RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 29. **"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Adnan saat Dokter umum yang berkunjung memeriksa kondisi kesehatan Nara. "Alhamdulillah, sudah lebih sehat. Tekanan darah sudah normal dan bayinya juga sehat. Untuk itu Bu Nara jangan banyak pikiran, tetap semangat dan minum vitamin serta susunya. Ibunya sehat insya Allah bayinya juga sehat," kata Dokter menjelaskan. "Alhamdulillah kalau gitu, Dok? Jadi apakah hari ini sudah bisa pulang?" tanya Adnan lagi. "Sudah, Pak. Setelah pengurus berkas dan administrasi semuanya sudah selesai dan bisa pulang. Beristirahat di rumah." "Terima kasih, Dok," sahut Adnan.Nara juga mengucapkan terima kasih ke Dokter wanita itu. Dokter itu mengulas senyum sebelum akhirnya berlalu. "Sayang, kamu dengarkan kata Dokter. Nggak boleh banyak pikiran dan kamu harus fokus dengan kehamilan dan terus senang aja. Jangan lupa makan yang bergizi dan vitaminnya terus diminum," kata Adnan membelai rambut Nara setelah Dokter itu berlalu.
Setelah tiga orang menenangkan. Akhirnya Ervan menganggukkan kepalanya dan setuju. Dia udah nggak mau lagi tinggal bersama Ayah serta Nenek dan Mira. Dia takut dengan Siska. Ancaman Siska dan cubitan-cubitan Siska yang begitu memilukan membuat Ervan trauma dengan wanita itu, Ibu tirinya. **Untuk memenuhi keinginan istrinya Adnan akhirnya menghubungi Raka. Mereka masih berada di ruang perawatan dan sedang bersiap-siap untuk pulang. Raka mengangkat panggilan itu. Adnan berbicara sebentar dengan Raka lewat panggilan telepon. "Assalamualaikum, Raka. Di mana Ervan. Nara mau berbicara dengan Ervan. Nara udah rindu dengan Ervan." "Waalaikumsalam, Ervan sedang di rumah bersama ibu dan Mira. Dia katanya juga rindu Nara dan mau diantar. Sebentar lagi Ervan ke rumah. Bagaimana kabar Nara? Kapan kalian pulang? Sebentar lagi Ervan bakal di rumah.""Oh, kalau begitu Nara bakal senang. Kami juga mau pulang hari ini setelah di rumah dia bakal ketemu Ervan." "Alhamdulillah kalau Nara pulang hari
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 30. **Ervan meringis saat Nara memegang perutnya. Nara merasa ada sesuatu hal yang terjadi dengan putranya. Kenapa tiba-tiba putranya jadi pendiam tidak bersemangat dan ketakutan?Nara hendak melihat apa yang ada di balik kaos putranya. Sehingga bocah itu menutup-nutupi dari dirinya. Pasti memang terjadi sesuatu hal yang disembunyikan Ervan. "Sayang, biarkan Bunda lihat. Kamu sebenarnya kenapa?" "Jangan, Bunda …" "Apa yang terjadi sama kamu?" tanya Nara tegas. Saat Nara bertanya seperti itu, Ervan diam. Dia ketakutan dan lebih menunduk dalam. Nara semakin penasaran terhadap yang terjadi kepada anaknya. Pasti benar-benar terjadi sesuatu sehingga Ervan menjadi seperti ini. Nara terus memaksa agar dia melihat bagian perut Ervan dan akhirnya Nara bisa membuka baju putranya. Alangkah terkejutnya Nara melihat kulit perut putranya berwarna biru. Ada tiga bagian, seperti di cubit seseorang. "Sayang. Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa perut kamu berwarna keme
Adnan dan Nara merawat Ervan. Setelah memberikannya obat. Nara membiarkan Ervan istirahat lagi dan mencium pipinya berharap besok anaknya itu kembali sehat dan pulih seperti sedia kala. Keesokan harinya kondisi Ervan masih lemas dan demamnya sudah jauh berkurang. Tetapi tetap saja Ervan masih ketakutan dan lesu. Hari ini dia tidak sekolah permisi dulu akibat sakit. "Aku gak terima Siska melakukan kejahatan kepada anakku, Mas. Aku sama sekali nggak terima. Aku akan laporkan dia!" "Iya, kamu jangan khawatir. Aku dukung kamu!" kata Adnan. Nara dan Adnan akhirnya membuat kesepakatan. Apa yang harus dilakukan untuk kasus Ervan karena Nara nggak mau anaknya itu trauma. Siska harus diberi pelajaran atas apa yang sudah dilakukannya ke Ervan. Hari ini Adnan pergi bekerja setelah berpamitan dengan Nara dia melajukan mobilnya meninggalkan rumah. Nara yang sudah merasa jauh lebih sehat kondisinya. Setelah mengkonsumsi makanan sehat, vitamin dan buah-buahan serta meminum susu. Dia harus menem
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 31. **"Nara, ada apa?" tanya Raka kaget. Raka sangat speechless dengan adanya Nara. Raka tahu Nara ke di rumahnya pasti ada alasan. Tidak mungkin tiba-tiba saja wanita pujaannya itu ada di depan rumahnya. Apakah dia bermimpi? Apa alasan Nara datang ke sini?Raka meneliti lebih jauh. Raut wajah Nara seperti menahan sesuatu amarah. Apa yang membuat mantan istrinya datang ke kontrakan sederhananya? Tidak mungkin mau bertemu dengan dia? Pasti ada masalah sehingga Nara harus datang kemari. Padahal dia baru saja keluar dari rumah sakit. Pertanyaan besar yang menggelitik hati Raka. "Aku datang kemari karena nggak terima. Aku nggak terima, Mas. Kenapa kalian nggak bisa jaga Ervan? Sekarang Ervan sakit. Dia demam di rumah!"Nara berkata begitu saja dan Raka terkejut. Apakah benar Ervan demam? Karena apa? Padahal kemarin mereka melihat Ervan dalam kondisi sehat? Walaupun Ervan memang lebih lesu dan pendiam. Ervan terus mengatakan dia mau pulang ke rumah Nara. Tidak
Plak ...Raka mendaratkan tamparan keras. Raka nggak peduli lagi dengan Siska yang sudah beberapa kali membohonginya. Mengambil uangnya dan dia yakin kalau Siska melakukan itu. Padahal uang itu sengaja untuk modal usaha tetapi Siska dengan tega mengambilnya. Belum lagi Siska menyakiti Ervan. Raka percaya dengan Nara sepenuhnya kalau Siska yang salah. Siska kaget, Raka begitu saja menamparnya. Siska merasa nyeri di pipinya. Siska memegangi pipinya yang terasa sakit. "Kurang ajar sekali kamu, Mas, memperlakukan aku kayak gini. Kamu melakukan ini hanya untuk membela perempuan ini!" "Aku melakukan itu karena kamu udah kurang ajar. Kamu udah menyakiti anakku dan kamu udah ngambil uangku. Istri apa kamu? Dasar perempuan gak berguna kamu!"Siska yakin dia kalah dan dia tidak bisa menang melawan 4 orang yang menyudutkannya. Dia harus cari cara lain agar mendapat simpati salah satu dari mereka. Nara menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kalau Raka menampar Siska. Apakah
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 32. **Raka terkaget mendengar penuturan Siska yang mengaku hamil. "Kamu hamil?" tanya Raka. "Ya, aku hamil, Mas. Jadi kamu jangan terus-terusan mikirin perempuan lain karena hati aku terluka akibat ulah suamiku sendiri."Siska mencoba untuk membela diri. Dia tersenyum sinis ke Nara dan Nara bisa memastikan kalau Siska sengaja melakukan ini. Nggak tahu apakah benar dia hamil atau tidak. Tetapi apa yang sudah diperbuat Siska menyakiti hati anaknya dan tidak akan bisa didiamkan Nara. "Aku sama sekali nggak peduli kamu mau hamil atau enggak. Itu ada urusan kamu. Tetapi kamu nggak bisa bersikap seenaknya kepada anakku. Bagaimanapun dia adalah anakku dan ini adalah keluarganya. Mas Raka ayahnya. Jadi kamu nggak bisa bersikap semena-mena kepadanya, kamu hanya ibu tiri!" kata Nara menunjuk Siska dengan pandangan sengit. "Udahlah lagian ngapain sih kasus ini dibahas lagi. Anak kamu yang sakit bisa diobati kan aku sekarang juga kurang enak badan. Aku sama seperti
Setelah Nara pergi. Raka kembali beranjak dan sana Siska sudah sadar setelah Ibu memberikan minyak angin kepadanya Siska sudah terduduk dan dia terlihat pucat. "Kamu serius hamil?" tanya Raka. "Ya, kan aku sudah bilang sama kamu kalau aku hamil. Apa kamu nggak percaya sama aku?" "Aku nggak tahu aku percaya apa nggak Tapi kamu memang sudah sering membohongi ku jadi aku sama sekali nggak bisa percaya sama kamu." "Udah daripada ribut mendingan kita bawa aja Siska ke bidan. Apakah benar dia itu hamil atau enggak. Kita akan lihat sendiri Siska berbohong atau tidak!" kata Ibu. Raka menganggukkan kepalanya. Sepertinya itu ide yang bagus kalau Siska hamil maka dia benar-benar hamil tapi kalau tidak dia tidak akan bisa berbohong lagi. Di sana akan diuji secara klinis. Apakah dia benar-benar hamil atau tidak. "Iya, Siska aku setuju untuk membawa kamu ke bidan agar diperiksa. Apakah kamu hamil atau tidak." "Ya udah kalau kalian nggak percaya aku bener-bener hamil dan aku bisa membuktikan