Danish sedang asyik bermain game di ponselnya. Danish merasa sangat bahagia karena sudah lama tidak memiliki waktu untuk bermain game. Kesibukan dalam pekerjaannya seolah telah memisahkan Danish dengan game kesayangannya. Danish tersenyum lebar dan berpikir kalau hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan.
Namun, sepertinya suasana hati Danish akan kembali berubah setelah bertemu dengan Frey. Frey datang menghampiri Danish dan menepuk pundak Danish berkali-kali.
“Lio!” seru Frey.
“Apa, sih? Ganggu gue lagi main,” kata Danish.
“Lio! Dengerin gue dulu sekarang!” seru Frey.
Frey mengambil paksa ponsel Danish hingga membuat Danish panik. Danish langsung cemberut karena Frey benar-benar membuatnya kesal. Frey nampak tidak mempedulikan Danish. Frey malah nye
Ujian Tengah Semester sepertinya merupakan salah satu musuh bagi sebagian besar pelajar di Indonesia, termasuk Alexa. Alexa harus rela begadang dan terpaksa mengurangi waktu santai dan waktu bermainnya demi mendapatkan nilai yang sempurna. Alexa tidak mau sampai kena marah Bu Siti, sang guru Matematika legendaris yang juga merangkap sebagai wali kelas XI B SMA Galaxy Nusantara. Alexa sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam Ujian Tengah Semester kali ini, namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Alexa yang biasanya selalu langganan meraih nilai 100 untuk Matematika dan menduduki peringkat tertinggi, kini harus puas dengan hanya menduduki peringkat ketiga. Alexa panik bukan main dan hanya mampu meratapi nasibnya sekarang. Sementara itu, Belle dan Kayla malah asyik bergosip di sebelah Alexa.“Eh, ternyata Danish Adelio itu lebih tampan dibanding di foto, ya! Waktu pentas sen
Danish terdiam meratapi nasib buruknya hari ini. Bu Siti benar-benar tega menyuruhnya menjadi guru privat Alexa. Sementara itu, Alexa masih tersenyum penuh kemenangan. Alexa akan merasa sangat senang jika harus menghabiskan banyak waktu bersama Danish, walau harus diisi dengan banyak rumus dan soal latihan Matematika. Beberapa menit telah berlalu, tetapi Danish dan Alexa masih belum beranjak dari hadapan Bu Siti. Bu Siti yang semula sedang asyik menonton tutorial mengolah ubi cilembu langsung melipat kedua tangannya di depan dadanya.“Lio, Alexa, kenapa kalian masih di sini? Lebih baik les privatnya segera dimulai,” kata Bu Siti. Lamunan Danish pun terhenti mendengar perkataan Bu Siti. Danish pura-pura mencari alasan agar bisa terbebas dari semua ini.“Bu Siti, mohon maaf saya engga bisa jadi guru privat A
Rule number 6:“Danish Adelio paling pintar” Sesi les privat hari ini diadakan di Chicken Ranger, salah satu restoran makanan cepat saji yang cukup terkenal. Danish berjalan masuk ke dalam Chicken Ranger, lalu dengan kejamnya tega menyuruh Alexa untuk membawa setumpuk buku Matematika tebal dari Bu Siti.“Nih, loe yang bawa bukunya semua,” kata Danish.“Ih, Kak Danish! Ini berat banget,” kata Alexa. Alexa berusaha menahan beban berat yang kini berpindah dalam genggaman tangannya. Sementara itu, Danish hanya menggelengkan kepalanya dan tidak mempedulikan Alexa yang sedang kesulitan. Danish menunjuk salah satu meja yang terletak di sudut restoran dan memutuskan untuk duduk di sana. Alexa meletakkan tas dan semua bukunya di atas meja sambil memijat tangan
Alexa sedang malas-malasan di kamarnya sambil memainkan ponselnya. Kamar Alexa sangat berantakan seperti kapal pecah. Tiba-tiba, Mami Yuliani membuka pintu kamar Alexa, seolah tahu kalau kamar anaknya sedang dalam kondisi yang berantakan. Mami Yuliani langsung melipat kedua tangannya di depan dadanya dan cemberut.“Alexandra! Kamar kamu berantakan sekali kayak kapal pecah!” seru Mami Yuliani. Alexa tersentak dan langsung menyimpan ponselnya. Otak Alexa seketika itu juga langsung berputar mencari pembelaan agar tidak dimarahi Mami Yuliani.“Yah, Mami! Kamar berantakan itu ciri-ciri orang kreatif,” kata Alexa asal.“Kreatif? Alasan saja kamu! Cepat rapikan kamarmu atau Mami engga kasih uang jajan minggu ini!” Mami Yuliani mengancam Alexa. Ancaman Mami Yuliani terdengar begitu mengeri
Union Pub and Club, itulah nama tempat yang sedang dikunjungi Sellena untuk bersenang-senang pada malam hari ini. Sellena sudah lama menjadi langganan tempat ini, tepatnya sejak dirinya mulai hobi mengunjungi diskotek dan merasakan ingar-bingar dunia gemerlap. Sellena melakukan semua itu hanya untuk bersenang-senang dan melupakan beban hidupnya yang terasa berat. Sellena meneguk minuman beralkohol di tangannya. Suasana Union Pub and Club masih tergolong sepi, padahal hari ini adalah hari Sabtu. Sellena merasa begitu kesepian dan memutuskan untuk meraih ponselnya. Sellena menekan nomor ponsel seseorang sambil tersenyum sinis. Di seberang sana, ponsel Alexa berdering. Alexa berpikir kalau Danish meneleponnya, namun ternyata panggilan tersebut berasal dari nomor tidak dikenal. Alexa mengernyitkan dahinya dan sengaja mengabaikan panggilan te
Jantung Alexa berdebar sangat kencang. Di hadapannya sudah ada beberapa gelas minuman beralkohol. Alexa seolah bisa membaca rencana jahat Sellena sebentar lagi. Alexa benar-benar merutuki kebodohannya hari ini. Alexa tidak seharusnya melakukan semua ini. Alexa memejamkan kedua matanya sebentar. Alexa ingat perkataan Danish di Chicken Ranger beberapa hari yang lalu.“You should take care of yourself. Sebentar lagi usia loe sudah 17 tahun. Loe harus bisa membedakan mana yang baik dan buruk,” kata Alexa dalam hatinya. Perkataan Danish terus terbayang dalam benak Alexa. Alexa takut kalau Danish akan marah padanya jika mengetahui perbuatan bodoh Alexa. Namun, Alexa tidak mau kalau Sellena menganggapnya lemah. Alexa membalas tatapan sinis Sellena.“Apa tujuan loe mengundang gue ke sini?” tanya Ale
Danish sudah mencoba menghubungi Alexa berkali-kali, namun Alexa selalu mengabaikan panggilannya. Hal tersebut membuat Danish sangat panik sekarang. Di manakah Alexa berada? Suara Alexa terdengar begitu menghawatirkan. Danish yakin kalau firasatnya tidak salah. Alexa benar-benar butuh bantuannya sekarang. Danish melangkahkan kakinya untuk kembali menemui teman-temannya. Theo, Garry, dan Mike seolah dapat membaca wajah kusut Danish sekarang. Mereka menatap Danish heran.“Lio, apa yang terjadi? Muka loe kusut kayak habis ketemu kochenglanak,” kata Theo.“Ah, jangan-jangan loe habis dimarahi Pak Damar, ya? Makanya, loe jangan suka bolos kalau shooting,” kata Garry. Garry, Theo, dan Mike malah tertawa dan tidak memahami situasi genting yang dialami Danish sekarang. Danish menatap ketiga sahabatn
Alexa masih memiliki sedikit kesadaran. Alexa bisa menghirup aroma parfum Danish di setiap tarikan napasnya. Awalnya, Alexa berpikir semua ini hanya halusinasi, tetapi aroma parfum Danish benar-benar meyakinkannya sekarang. Danish telah datang menolongnya. Alexa samar-samar kembali mendegar suara Danish.“Alexa? What happened? Loe kenapa?” tanya Danish.“Kak Danish, you’re the cutest man in the world! Don’t leave me!” seru Alexa. Danish mengernyitkan dahinya. Sepertinya Alexa dalam keadaan mabuk berat sehingga kesadaran dan ingatannya terganggu. Alexa pasti akan berbicara di luar kesadarannya sekarang.“Ra? You’re so drunk! Dasar bodoh! Loe masih kecil, bisa-bisanya loe minum alkohol,” kata Danish.“Kak Danish, don’t leave me! Aku sangat ketakutan. I’m so scared
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera