Danish memandangi Via, Sasha, dan Nara dengan tatapan angkuhnya. Danish tidak menyangka bahwa ketiganya akan nekat datang ke acara fan meeting hari ini.“Ngapain kalian bikin kacau acara gue hari ini?” tanya Danish.“Lio, fan meeting itu acara umum dan kita juga berhak untuk datang ke sana,” kata Sasha.“Lagi pula, kita mau tahu siapa korban kamu sekarang! Dasar playboy!” seru Via. Danish tidak menyangka kalau ketiga wanita tersebut nekat mengintimidasi Danish seperti sekarang. Danish menggelengkan kepalanya dan menyuruh mereka bertiga untuk segera pulang.“Asal kalian tau, gue bukan playboy dan gue gak pernah berpacaran dengan salah satu dari kalian! Kalian juga harus tahu kalau gue sekarang sudah punya pacar,” teriak Danish. Sasha, Via, dan Nara seolah tidak percaya dengan seluruh ucapan Danish dan masih terus berusaha untuk mengintimidasi Danish. Sementara itu, Danish tidak menyadari kalau Alexa dengan jelas melihat kejadian tersebut.“Jadi, ini alasan Kak D
Alexa sedang berada di Warung Pecel Lele Pak Sabar bersama Kayla dan Belle. Alexa memutuskan untuk makan siang di sini karena Mami Yuliani sudah pergi arisan sejak tadi pagi dan belum sempat memasak makanan di rumah. Seperti biasa, Pak Sabar menyambut Alexa dengan ramah.“Yo, Mbak! Mau pesan apa? Lele ada, ayam ada, bebek juga ada,” kata Pak Sabar.“Ah, Pak Sabar! Saya mau pecel lele, kalau teman-teman saya katanya mau pesan bebek aja,” kata Alexa.“Yo, sabar, toh, Mbak! Sebentar saya siapkan dulu pesanannya,” kata Pak Sabar. Pak Sabar menyiapkan lele dan bebek goreng untuk Alexa, Kayla, dan Belle. Kayla dan Belle baru pertama kali mengunjungi Warung Pecel Lele Pak Sabar dan langsung terkesima dengan keramahan dan kesabaran yang dimiliki oleh Pak Sabar.“Beliau itu namanya Pak Sabar. Pak Sabar dipercaya adalah orang paling sabar sedunia dan engga pernah marah,” kata Alexa.“Astaga! Tuh, Ra, kamu harus belajar sabar dari Pak Sabar supaya engga hobi marah-marah,” kata Kayla.
Alexa menekan nomor ponsel Danish, namun lagi-lagi Danish menolak panggilannya. Alexa berpikir kalau Danish sedang sangat sibuk dan tidak mau diganggu, tetapi Alexa merasa kalau Alexa harus bertemu dengan Danish sekarang untuk menghilangkan semua rasa penasarannya. Alexa memutuskan untuk mengetik sebuah pesan Whatsapp kepada Danish.To: Danish AdelioKita harus ketemu! Hari ini! Chicken Ranger sore hari ini! Alexa memutuskan untuk segera mengirimkan pesan tersebut kepada Danish. Alexa menanti pesan Whatsapp balasan dari Danish sambil harap-harap cemas. Di seberang sana, Danish mengeryitkan dahinya ketika membaca pesan Whatsapp dari Alexa. Danish tertawa dan mengetik sebuah pesan balasan untuk Alexa.From: Danish AdelioKenapa? Segitu kangennya sama gue? Alexa hampir melompat kegirangan saat membuka pesan Whatsapp balasan dari Danish. Alexa memilih untuk segera bersiap-siap untuk menemui Danish di Chicken Ranger sebelum terlambat.-- Alexa melambai
Alexa menyelesaikan makan malamnya di Chicken Ranger dengan cepat. Pikirannya sudah dipenuhi oleh keinginan untuk mencari tahu semua tentang Danish. Danish menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, kenapa loe kayak engga tenang gitu makannya? Seolah-olah loe kayak habis maling seseuatu,” kata Danish. Ucapan Danish kembali membuat Alexa tersentak. Danish seperti bisa membaca isi hati dan pikiran Alexa. Alexa menggelengkan kepalanya dan menjawab.“Maling apa? Mana mungkin aku maling. Aku buru-buru karena takut Kak Danish terlambat nonton pertandingan sepak bola hari ini,” kata Alexa.“Oh,” kata Danish. Danish melirik jam tangannya dan segera menghabiskan soda miliknya. Danish berdiri dan berpamitan kepada Alexa.“I gotta go now,” kata Danish.“Oh, iya gapapa, Kak. Aku bisa pulang sendiri,” kata Alexa. Danish tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Alexa. Alexa berharap semoga saja Danish tidak curiga dengan gerak gerik Alexa yang begitu m
Rule number 2“Dilarang stalking dan mengganggu privasi Danish” Danish masih tidak habis pikir dan semakin penasaran dengan kelakuan gadis berinisial 3 huruf A ini. Apakah Alexa merupakan stalker paling hebat sedunia sehingga bisa menemukan nama akun Instagram Danish? Padahal, Danish sangat yakin kalau dirinya telah mengunci rapat-rapat nama akun Instagramnya dan hampir tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Minat Danish untuk menonton pertandingan sepak bola langsung hilang. Danish segera meraih ponselnya dan menelepon Alexa. Di seberang sana, Alexa masih asyik menjelajahi setiap foto yang ada di akun Instagram Danish. Alexa menyadari kalau ponselnya berdering. Alexa tersenyum puas dan berpikir bahwa Danish pasti telah menyadari perbuatan Alexa. Alexa berdeham dan langsung mengangkat telepon dari Danish.“Halo, Kak Danish! Kak Danish ngapain telepon aku segala? Bukannya Kak Danish lagi nonton pertandingan sepak bola, ya? Ah! Kak Danish pasti kangen sama aku,” kata
Rule number 3“Dilarang berinteraksi di Instagram Danish” Danish terbangun karena suara notifikasi ponselnya yang tidak kunjung berhenti. Danish baru menyadari kalau dirinya lupa mengubah ponselnya ke mode pesawat, sehingga notifikasi-notifikasi tersebut terus masuk ke dalam ponselnya. Danish meraih ponselnya dan kaget ketika seluruh notifikasi tersebut datangnya dari Instagram.“Alexandra_Amora liked your photo”“Alexandra_Amora commented: cute overload!” Danish mengeryitkan dahinya. Lagi-lagi, Alexa kembali membuat ulah dengan cara memberikan like atau menyukai seluruh foto Danish di Instagram, serta memberikan komentar terhadap beberapa foto Danish.“Dasar! Kenapa dia hobinya selalu buat ulah?” kata Danish. Danish langsung menekan nomor ponsel Alexa. Danish bersumpah akan memarahi Alexa habis-habisan sekarang. Hanya butuh waktu beberapa detik saja, Alexa langsung mengangkat telepon Danish dengan suara bahagia.“Aw, hari masih pagi, tapi Kak Danish udah
Alexa sengaja datang lebih awal ke Game and Go sebelum Danish datang ke sana. Tujuannya hanya untuk mencari cara memenangkan permainan basketball arcade melawan Danish, walaupun harus berbuat sedikit curang. Alexa menghampiri salah satu operator permainan di Game and Go.“Mas, saya mau nanya, dong! Ada cheat supaya bisa menang main basketball arcade?” tanya Alexa. Alexa bisa melihat perubahan wajah yang terpancar dari Mas operator tersebut. Alexa memang keterlaluan karena bertanya hal-hal di luar jangkauan manusia.“Eh, maaf, Kak! Kalau mau main basketball arcade engga bisa pake cheat,” kata Mas operator.“Yah, masa engga ada, sih? Mas aja yang pelit kali engga mau kasih tahu ke saya.” Alexa masih tidak mau kalah.“Serius, Kak! Engga ada cheat. Maaf, saya permisi dulu,” kata Mas operator. Alexa langsung cemberut karena Mas operator tidak lagi menghiraukannya. Alexa meraih ponselnya dan membuka Mbah Google yang sangat canggih.“Cheat main basketball arcade,” kat
Danish mengompres pergelangan tangan kiri Alexa yang cedera dengan es batu sambil menghela napasnya. Danish menatap Alexa lekat-lekat hingga membuat Alexa salah tingkah.“Sudah oke?” tanya Danish. Alexa mengangguk dan tersenyum tipis. Alexa ikut menatap kedua mata Danish lekat-lekat.“Maunya aku bilang oke atau aku pura-pura sakit?” tanya Alexa.“Ra! Loe ngerjain gue, ya? Jangan-jangan semua ini cuma prank,” kata Danish. Danish mencubit pergelangan tangan kiri Alexa. Alexa kembali mengerang kesakitan.“Ouch! Sakit, tau! Kak Danish jahat banget,” kata Alexa.“Gue gak yakin kalau loe betul-betul sakit,” kata Danish.“Ih, mana sini!” Alexa mengambil es batu dari genggaman Danish. Alexa mengalihkan pandangannya dan tidak mau menatap Danish, seolah berpura-pura marah pada Danish. Alexa tidak mengerti kepada dirinya sendiri karena sampai rela terluka demi memenangkan pertandingan basketball arcade melawan Danish.“Ra! Cek ponsel loe,” kata Danish.
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera