Acara makan malam berjalan seperti biasa, walau Danish lebih banyak menghabiskan makanannya dalam diam. Alexa merasa bersalah karena takut kalau pertanyaan tadi menyinggung perasaan Danish. Alexa mungkin berniat untuk meminta maaf kepada Danish setelah Danish menghabiskan makanannya. Danish baru saja menghabiskan steak miliknya dan langsung angkat bicara.“Alexa, gue mau bicara,” kata Danish.“Kak, Alexa mau bicara,” kata Alexa. Keduanya berbicara secara bersamaan. Danish menatap lurus ke arah Alexa dengan tatapan bingung hingga membuat Alexa salah tingkah.“Silahkan, Kak Danish bicara duluan,” kata Alexa.“Well,” kata Danish. Danish berdeham kemudian menyerahkan sebuah kotak kado kepada Alexa. Alexa menatapnya dengan bingung.“Alexandra,” kata Danish.“Ini apa, Kak? Ini buat aku?” tanya Alexa.“Alexandra, gue gak punya banyak waktu hari ini. Apa loe mau pura-pura jadi pacar gue?” Danish melontarkan pertanyaan tersebut hingga membuat Alexa terdiam.
Alexa baru saja mengalami salah satu kejadian paling menyebalkan dalam hidupnya. Sementara itu, Alexa bisa melihat Danish masih saja tersenyum penuh kemenangan. Alexa berpikir kalau Danish tidak akan membuat ulah lagi hari ini, tetapi lagi-lagi Danish kembali mengatakan sesuatu yang membuat Alexa kesal.“Nih, totalnya jadi sekian. Lihat apa yang loe pesan, hitung totalnya, dan jangan lupa transfer ke gue.” Danish memberikan struk makan malamnya pada Alexa.“Hah? Lagi? Aku pikir Kak Danish yang bayar hari ini,” kata Alexa.“Karena loe bukan pacar gue,” kata Danish. Alexa terdiam dan menghela napasya. Alexa ingin berkomentar, tetapi cukup sadar diri akan perkataan Danish. Alexa memang bukan pacar Danish. Alexa hanya berpura-pura menjadi pacar Danish dan harus mengikuti setiap permainan yang ada.“Nih, sudah aku transfer,” kata Alexa.“Hmmm, ayo kita pulang sekarang, Ra,” kata Danish. Alexa mengangguk. Danish berdiri dari kursinya dan berjalan keluar Garden Café.
Hari ini Alexa memutuskan untuk pergi berjalan-jalan sendirian di sebuah pusat perbelanjaan untuk menghilangkan penatnya. Alexa masih ingat betul kejadian semalam yang membuatnya sulit untuk tidur. Alexa sudah resmi pura-pura menjadi pacar Danish, tetapi Alexa memilih untuk diam dan tidak menceritakan hal ini kepada siapa-siapa, termasuk kepada Kayla dan Belle. Lalu, apa yang akan dilakukan Danish selanjutnya? Apakah Alexa berhak untuk merindukan Danish, walaupun bukan pacar sungguhan Danish? Alexa menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan parfum milik Danish dari dalam tasnya. Alexa langsung tersenyum dan menekan nomor ponsel Danish. Di seberang sana, Danish menyadari ponselnya berdering. Danish membaca nama Alexa muncul di layar ponselnya, lalu mengangkat telepon tersebut. Danish berbicara dengan nada angkuhnya.“Alexa, ngapain loe telepon gue? Loe gak tau kalau gue lagi sibuk,” kata Danish.“Oh, Kak Danish. Kak Danish jawabannya dingin banget kayak es batu, d
Alexa sudah menghabiskan es krim Oreo miliknya tanpa sisa. Sementara itu, Alexa menatap Danish yang sedang melamun hingga es krim cokelat miliknya mulai mencair. Alexa menepuk pundak Danish.“Kak Danish, gak sayang apa itu es krim Kak Danish sampe mencair gitu?” tanya Alexa.“Oh, astaga! Gue tadi lupa udah pamit sama kru di lokasi shooting atau belum.” Danish berusaha mencari alasan lain.“Jadi, Kak Danish sengaja ke sini padahal shooting hari ini belum selesai? Aku minta maaf kalau begitu,” kata Alexa.“Oh, engga! Loe telepon pas banget gue sudah selesai shooting,” kata Danish. Alexa hanya mengangguk sambil tersenyum. Alexa sungguh terharu karena tidak menyangka kalau Danish benar-benar ada di hadapannya sekarang. Danish memilih untuk menghabiskan es krim miliknya sebelum benar-benar mencair seutuhnya.“Makasih, Ra! Es krim ini enak,” kata Danish.“Tuh, kan! Sudah dua kali hari ini Kak Danish bilang makasih sama aku. Tumben banget Kak Danish punya akhlak,” kata Alexa.“Ap
Rule number 1“Di depan teman-teman Danish, Alexa pacar Danish sungguhan” Alexa kaget bukan main saat melihat mobil Danish terpakir di halaman sekolahnya. Alexa mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah dan ternyata Alexa betul-betul melihat Danish sedang melambaikan tangannya sambil tersenyum kepadanya.“Ngapain Kak Danish ada di sini? Jangan-jangan dia mau minta maaf soal kemarin,” kata Alexa. Alexa melangkahkan kakinya mendekat kepada Danish. Alexa menatap Danish heran dan Danish langsung menarik lengan Alexa untuk masuk ke dalam mobilnya sebelum Alexa sempat kembali berbicara.“Ra, pokoknya loe harus ikut gue sekarang. Penting!” kata Danish.“Hah? Ikut Kak Danish ke mana?” Alexa bingung.“Nih, kita ke mall terus loe ganti baju dulu di sana,” kata Danish. Danish melemparkan sebuah paper bag kepada Alexa. Alexa membukanya dan melihat ada sebuah gaun kasual di dalamnya.“Ini buat aku? Tumben Kak Danish engga pelit,” kat
Alexa sedang memainkan ponselnya dan membuka aplikasi Instagram. Alexa menjelajahi setiap foto yang muncul di beranda Instagram miliknya, hingga kedua matanya tertuju pada sebuah poster acara fan meeting Danish Adelio yang akan diselenggarakan esok hari di Rooftop Café. Rooftop Café merupakan salah satu kafe terkenal di Jakarta dan tidak pernah sepi pengunjung.“Kak Danish besok mau fan meeting? Kak Danish kenapa engga cerita sama aku,” kata Alexa. Alexa langsung merasa kesal karena Danish tidak menceritakan rencana fan meeting yang akan diselenggarakan esok hari. Danish pun tidak mengajak Alexa untuk turut hadir dalam acara fan meeting tersebut. Alexa langsung menekan nomor ponsel Danish saat itu juga untuk meluapkan seluruh emosinya. Di seberang sana, Danish yang sedang sibuk mempersiapkan acara fan meeting mengernyitkan dahinya saat melihat nama Alexa muncul di layar ponselnya. Danish yang sedang tidak mau diganggu langsung menolak panggilan Alexa.“Yah, ken
Alexa sudah tiba di Rooftop Café. Alexa membawa kemeja biru tua milik Danish menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang ponsel yang ditempelkan di telinga kanan Alexa. Alexa sudah beberapa kali mencoba menelepon Danish, tetapi Danish masih saja belum mengangkat telepon Alexa.“Gimana, sih? Dia yang minta tolong, dia yang susah dihubungi,” kata Alexa. Alexa sudah mencoba berkali-kali menelepon Danish, tetapi Danish tidak kunjung mengangkat teleponnya. Alexa sempat memutuskan untuk nekat masuk ke dalam, meskipun bukan kru dan tidak memiliki undangan. Alexa mencoba masuk, tetapi langkahnya terhenti karena adanya seorang kru wanita yang memandanginya dengan sinis di pintu masuk.“Mbak, maaf apakah Mbak punya undangan fan meeting untuk hari ini?” tanya kru wanita tersebut.“Mbak, saya engga punya undangan. Saya diminta mengantarkan ini untuk Danish Adelio,” kata Alexa. Alexa menunjuk kemeja biru tua yang ada di tangan kirinya. Kru wanita tersebut
Raut wajah Alexa berubah panik ketika melihat kru wanita yang tadi ditemuinya di depan pintu sedang berjalan memeriksa undangan dari setiap tamu yang hadir dalam acara fan meeting hari ini. Alexa sekali lagi bisa menarik kesimpulan kalau acara fan meeting hari ini sangat eksklusif sehingga tidak bisa dihadiri oleh semua orang, terutama yang tidak memiliki undangan. Danish Adelio mungkin adalah seorang aktor dan model yang sangat istimewa, sehingga layak untuk mendapatkan acara fan meeting eksklusif seperti ini. Alexa pura-pura bersikap tenang, namun kedua mata kru wanita tersebut menatap tajam ke arahnya. Alexa semakin panik dan bermaksud untuk bersembunyi sekarang juga. Alexa baru saja akan berlari, tetapi lagi-lagi Alexa menabrak seseorang untuk ke sekian kalinya hari ini. Betapa kurang beruntungnya Alexa hari ini.“Eh, maaf, Mas! Saya engga sengaja,” kata Alexa. Alexa menyadari kalau seseorang yang baru saja ditabraknya adalah seorang pria muda d
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera