Takut? Bingung?Elrissa masih berdiam diri di belakang rak buku. Padahal, tadi dia bersemangat ingin mengerjai Alano— tetapi memori dikejar stalker itu makin memenuhi isi kepalanya.Alano masuk ke dalam ruang perpustakaan mini ini. Dia agak kesulitan melihat di kegelapan."Sayang? Kamu di mana?" Suaranya pelan sekali.Langkah pria itu mendekat diiringi juga dengan suara lagu yang hampir habis. Dia melihat sedikit bayangan tubuh Elrissa yang bersembunyi di balik rak depannya."Sayang ..." Ia memanggil lirih, menengok ke balik rak itu, lalu mengejutkan Elrissa, "aku menemukanmu!""Ah!" Elrissa terloncat kaget, tahu-tahu Alano sudah di sebelahnya.Akibat pencahayaan kurang, alhasil wajah pria itu juga agak samar.Batin Elrissa menolak mengakui kalau Alano mirip sekali dengan sosok di gang waktu itu.Alano mendekat hingga wanita itu terhimpit di antara dadanya dan rak buku."Aku menang berarti, ya?" Alano mengambil sejumput rambut Elrissa dengan jemarinya. Lalu, berkata lebih lirih, "Sud
Si pria berguling ke samping. Dia memandangi langit-langit kamar bernuansa remang ini. Suasana mendadak sunyi, hanya terdengar napas mereka yang masih terengah-engah, menikmati sisa-sia kenikmatan barusan. Ada luka jahitan sepanjang sepuluh sentimeter yang baru kering di atas puting dada kanan pria itu, seperti bekas sayatan benda tajam. "Aku mau pergi sebentar." Ia menyibakkan selimut, lalu bangkit. Ia mengenakan kemeja dan celananya yang berserahkan di lantai. Wanita yang terbaring di sebelah menarik kemeja belakang pria itu. Dia tampak. "Daniel, Kamu tega banget selalu menyebut nama orang lain saat bersamaku.“ "Maaf.” Pria bernama Daniel ini menarik kemejanya hingga terlepas dari pegangan. “Tolong jangan membahas itu, kita sepakat melakukan ini karena kebutuhan tubuh saja 'kan?” "Tapi seenggaknya jangan memanggilku Rissa, namaku ini Sarah ..." "Kenapa kamu sewot? Apa salahnya aku memanggil nama tunanganku? Kamu juga bebas memanggil nama siapapun.“ ”Aku nggak sewot,
Elrissa bangun dari ranjang. Ia beberapa kali menguap sembari mengerjap-ngerjapkan mata. Suasana kamar tidur ini masih remang, tapi dari jendela sudah terlihat kalau pagi hari telah datang. Tak seperti biasanya, hari ini cuaca agak lebih terang. Elrissa penasaran dengan kondisi luar. Jadi, dia menyingkap selimut, lalu turun dari ranjang, berjalan mendekat ke pintu kaca menuju balkon. "Dikunci nggak, ya?” Dia membuka tirai putih, lalu terlihatlah pemandangan luar yang indah. Dia mengotak atik kenop pintu kaca itu sampai berhasil terbuka. Saat dibuka, udara dingin menerpanya, menerobos masuk hingga mendinginkan kamar. Elrissa berjalan mendekat ke pagar balkon. Rambut berkibar oleh angin pagi yang segar. "Indah banget.“ Hujan tak turun lebat seperti hari-hari kemarin. Tetapi, halaman depan rumah Alano tampak basah, dipenuhi oleh air embun yang melimpah. Tiga pria berseragam hitam tampak mondar-mandir, satu di antaranya menata pot tanaman. Mereka adalah pegawai keamanan rumah
Elrissa menghabiskan sisa waktu siang dengan menonton berita di televisi, sementara Alano bekerja di ruangannya.Tak seperti sebelumnya, saat ini Elrissa sudah bisa menonton berita, meski sedikit sekali. Sekalipun dia menggunakan saluran TV berbayar, ternyata tidak semua bisa diakses."Apa iya aku cuma boleh nonton Netflix? Yang benar saja,“ gerutunya meratapi siaran di televisi tidak ada yang menarik.Dia kembali merasa terkekang di rumah, jangankan keluar, berita pun tak bisa dia dapatkan dengan bebas.Selain itu, beberapa situs tak bisa dia akses di ponselnya, termasuk media sosial. Jadi, dia tak begitu tahu apa yang terjadi di negaranya ini.Alano sengaja memblokir semua akses berita dari luar sampai pemberitaan tentang Daniel sang pembunuh berantai lenyap.Tetapi, tak disangka, tak sengaja Elrissa menemukan channel televisi yang menayangkan breaking news tentangnya.".... Menurut kepolisian, pembunuh berantai tersebut men-tatto lehernya dengan garis vertikal kecil setiap kali ber
Alano puas dengan pemikiran Elrissa untum saat ini. Karena hal tersebut, dia mengeluarkan kunci mobil. Lalu, benda itu disodorkan kepada wanita tersebut. Dia berkata, "Maaf, kalau selama ini aku terlihat seperti mengekangmu. Tapi, mulai sekarang, kamu bebas kemanapun ... ini mobil untukmu, pakai saja." "Hah? Ini serius? Mobil untukku?" Terkejut, Elrissa agak gemetaran menerima kunci mobil itu. Dia bisa menyetir, tapi tidak pernah memiliki mobil sendiri. "Iya, di garasi 'kan ada dua mobil, satunya yang warna putih itu pakai saja, jenis matic, kamu pasti bisa 'kan? Atau kalau kamu nggak suka, kita beli baru. Kamu pilih sendiri." "Nggak usah. Aku bukan orang nggak tahu diri." "Jangan gitu dong, Sayang. Kamu itu istriku." "Tapi ini beneran. Aku pernah pakai mobil, tapi nggak tahu kalau masih bisa..." "Misal kamu lupa, kamu les berkendara dulu nggak apa-apa, kok." "Makasih." "Sama-sama." "Aku belum pernah punya mobil, y- jelas sih ...." Elrissa terharu menatap kunci mobil yang
Seperti biasa, sebelum atau bangun tidur, Elrissa dan Alano melakukan hubungan intim.Alano semakin mahir dalam melakukan kegiatan ranjang ini, bahkan terus mencoba berbagai gaya.Elrissa terpejam sembari mendekap bantal layaknya guling. Antara masih mengantuk tapi juga bergairah.Dia hanya bisa diam, menikmati hujaman Alano dari belakang.Gerakannya pelan, namun dalam. Alano sengaja agar durasi bercinta mereka lebih lama dan romantis.Sehelai selimut tebal menutupi aksi tubuh bawah mereka yang bergulat."Selamat pagi, Sayangku yang nakal ..." bisik Alano diiringi erangan lirih di belakang telinga Elrissa. Tangannya meraba2 pinggang Elrissa."Bagaimana, sayang, enak bukan caraku membangunkanmu?" Ia bertanya.Elrissa berbalik badan, kini telentang. Dia menarik selimut sampai menutup dadanya. "Kamu sudah gila."Ia menyentuh perut bawahnya yang hangat. Benih cinta Alano telah memenuhinya."Ini masa suburku, loh, kamu dari kemarin-kemarin keluar banyak, aku takut pil kontrasepsinya nggak
Elrissa dan Alano sampai di tempat yang dikatakan bersejarah bagi hubungan Daniel dan Elrissa. Di sana sudah ada Bella, dan disusul dengan Reno.Reno sendiri kaget dengan kehadiran Alano di sini, begitu pula Bella yang kaget karena Alano malah ramai-ramai datangnya.Mereka berempat berkumpul di tepi danau indah dekat dengan rumah penginapan bernama Mindy Inn. Danau itu cukup indah, airnya sudah hampir mengering— tapi sangat jernih.Akhir-akhir ini sering hujan sehingga suhu udara menurun, menyebabkan suasana menjadi dingin dan sembab."Kamu kedinginan, Sayang?“ Alano menengok Elrissa, lalu mendongak ke langit siang yang terlihat agak mendung, pertanda akan turun hujan.Dia berkata lagi, "Sepertinya memang cuacanya akan buruk malam ini. Ayo kita ke penginapan saja.”Bella meliriknya. Dari tadi suasana hatinya buruk, terlebih mengetahui kalau Elrissa dibelikan mobil baru. “Jangan banyak drama, Rissa, kamu mau melarikan diri karena nggak bisa mengelak lagi 'kan?”Pundak Elrissa menggigit
Reno kaget melihatnya. "Daniel?" Dia menyapa. Elrissa seakan kehabisan napas saat mendengar nama itu sekaligus menatap pria itu. Dadanya berdebar entah karena apa. Untuk pertama kalinya, dia bertemu dengan pria yang selalu dibilang tunangannya itu. Daniel berhenti di hadapan mereka. "Aku nggak mengira kamu benar-benar ada disini, Ris." "Aku ..." Elrissa tak bisa berkata-kata. Ia tak berkedip menatap pria itu. Sekalipun tidak ingat, tapi ada sesuatu yang membuat dirinya tak bisa berhenti menatapnya. Daniel menyentuh telapak tangan Elrissa di atas meja. Dengan tatapan mata yang sedih, dia mengatakan, "Aku tahu kamu nggak ingat sama. Tapi, percayalah ... Aku adalah tunanganmu. Aku sudah berusaha keras sekali agar kita bisa bertemu." Elrissa sontak menarik tangannya, dan berdiri. Dia mundur, tak ingin dekat-dekat. "Aku ... Aku nggak ingat." "Kamu waspada dengan orang asing, aku paham. Tapi, aku mohon biarkan aku membuktikan semuanya. Kita harus pergi sebelum pria itu datang.
Elrissa dan Alano duduk di kursi yang dipisahkan oleh meja bundar. Di atas meja itu terdapat piring-piring berisi daging, sate dan burger yang semuanya masih hangat. Mereka berdua kompak bersandar santai sembari melihat ke langit dimana sudah ada kembang api yang menyala.Pesta tahun baru sudah dimulai.Alano menuangkan alkohol jenis gin ke gelasnya untuk kesekian kalinya.Elrissa memegangi piring kecil berisi irisan daging. Dia sudah memakan sebagian. Pandangannya masih ke arah samping, ke kekasihnya yang sudah habis dua botol alkohol. “Sayang, kamu terlalu banyak minum itu, sudah jangan lagi.”“Aku masih sadar, kok, nggak apa-apa.” Alano menoleh pada wanita itu sembari tersenyum. Memang benar, kelihatan sekali kalau dia masih belum terlalu terpengaruh alkohol.“Aku takut kamu tipe pengamuk kalau mabuk.”Alano tertawa. “Aku tipe tukang tidur kalau mabuk.""Awas saja kalau ketiduran disini, aku nggak akan membawamu masuk ...""Jangan gitu, dong, nanti kamu kedinginan loh kalau nggak d
Rumah sewaan Alano adalah bangunan tua pinggir jalan. Rumahnya tidak terlalu besar, tidak bertingkat, tapi setidaknya punya halaman belakang yang cukup luas dan dilindungi oleh pagar yang aman. Itu yang paling penting sekarang.Saat mereka datang, semua sudah dibersih, tetapi areanya masih basah dan lembab. Untungnya, cuaca bagus hari ini, udara lebih hangat dari sebelumnya.Elrissa beristirahat di kamarnya sendirian. Dia diminta untuk tidur saja oleh Alano. Tetapi, wanita itu tidak mungkin bisa beristirahat setelah kejadian di supermarket tadi. Semuanya begitu mengejutkan.Ketika hari sudah mulai gelap, Elrissa keluar dari kamar untuk memeriksa keadaan. Dia penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh calon suaminya di halaman belakang.Selama berjam-jam, Alano menikmati waktu sendirinya di halaman belakang. Dari mulai menyiapkan alat panggangan untuk pesta BBQ, menaruh meja di sampingnya yang sudah banyak terhidang potongan paprika, udang, daging dan lain-lain.Pencahayaan di hala
Elrissa tenggelam dalam pemikiran. Tetapi, semua itu buyar akibat wanita misterius tadi tak berhenti berteriak. Dia sempat berteriak, “Nona, jauhi pria itu! Dia monster! Dia bukan manusia! Tolong selamatkan dirimu!” Alano risih mendengarnya. Dia menarik tangan Elrissa, lalu diajak pergi ke rak terjauh agar menghindari kerumunan orang yang penasaran dengan keributan ini. Ketika sudah berada di samping rak minuman beralkohol, Alano berhenti berjalan, lalu mengambil beberapa kaleng alkohol untuk dimasukkan ke dalam troli. Elrissa tersadar. “Sayang, kamu minum alkohol? Kamu bilang nggak minum?” “Nggak apa-apa ‘kan? Ini juga mau tahun baru, sekalian merayakan.” Alano menjawab dengan nada cukup dingin. "Hmm ..." Elrissa tidak suka dengan ini. Alano paham kekhawatiran Elrissa. "Tenang, aku nggak mungkin mabuk. Jangan takut. Lagian di supermarket ini, alkohol yang dijual itu terbatas, nggak ada yang kandungan alkoholnya tinggi, malahan mirip soda biasa." "Oh." Alano kembali m
Seminggu telah berlalu …Alano mengajak Elrissa untuk pergi berlibur di kota kecil, sekaligus menghindari keramaian tahun baru di kota besar.Elrissa tampaknya ingin menghabiskan waktu lebih private bersama Alano. Kehamilannya telah diperiksa dan ternyata sudah jalan lima minggu. Ini cukup mengejutkan karena dia tidak terlalu merasakan gejalanya, kecuali lelah dan suka mengantuk.Sebelum ke rumah yang mereka sewa, terlebih dahulu Alano membelokkan mobilnya masuk ke area supermarket. Halaman parkirnya sudah ramai pengunjung. Tak heran sekarang sudah cukup siang.Supermarket itu bernama Tony’s Market, tempat yang jelas familiar kepada semua warga yang pernah berada di kota ini, termasuk Alano dan Elrissa. Saat kecil, mereka beberapa kali mampir kemari untu berbelanja.Saat keluar dari mobil, Elrissa menatapnya bagian depan supermarket itu. “Sudah berapa tahun ya aku nggak ke sini?”Alano ikut keluar mobil, menikmati udara segar di kota ini. “Aku juga sudah lupa kapan terakhir ke kota in
Elrissa memeluk Alano begitu sampai di rumah. Dia menangis di pelukan pria itu, menyesali keputusannya untuk pergi sendirian. Hatinya masih terluka dengan kelakuan tersembunyi dari Daniel.Alano mengelus rambutnya. Tidak perlu dijelaskan, dia sudah mengetahui segalanya. "Nggak usah menangis, Sayang, nanti akan aku balas semua sakit hatimu.""Dia ingin melenyapkan anak kita.""Nggak akan. Nggak akan ada orang yang bisa mencelakaimu ataupun anak kita. Tenang saja, ya."Elrissa melepaskan pelukannya, lalu memandangi wajah Alano. Air mata membasahi pipinya. Dia sangat stres karena semua ini.Alano tidak tega melihatnya. Dia memgusap air mata Elrissa dengan jempolnya. "Sudah jangan nangis. Dia nggak akan mengganggu kita lagi.""Iya.""Kamu mau liburan nggak? Kita bisa menyewa villa di kota lain? Kita bisa main ke pantai atau semacamnya."Elrissa menatap Alano dalam-dalam, senang dengan perubahan sikap pria itu. Sekarang, dia merasa sangat aman dan dicintai. Tidak dikekang seperti sebelumny
Daniel baru saja menindih tubuh Sarah di atas ranjang, tapi suara berisik pintu gerbang mengganggunya. Dia langsung bangun, dan menaikkan celananya lagi."Siapa itu, jangan-jangan dia ..." katanya sambil mengancingkan lagi kemeja yang dia pakai.Sarah bangun sembari menutupi dadanya dengan selimut. "Daniel, mau kemana?"Daniel mengacuhkannya, dan berlari keluar kamar, curiga kalau David mengkhianatinya.Dia menggebrak pintu kamar tamu, dan tak melihat ada Elrissa disitu. "Rissa!"Panik, dia keluar rumah, dan berlari ke pintu gerbang. Dari situ, dia bisa melihat wanita itu berlari menyusuri trotoar menuju ke jalan raya yang berjarak dua ratus meter dari rumah ini."ELRIISSSSAAA! MAU KEMANA KAMU!" teriak Daniel mengejarnya.Elrissa kaget, ternyata ucapan David benar, suara berisik dari pintu gerbang menyadarkan Daniel akan kepergiannya.Dia menambah kecepatannya berlari, dan untungnya jarak ke jalan raya tidak terlalu jauh.Sebuah taksi berhasil dia berhentikan, tapi sialnya lari Daniel
Elrissa masih tidak sadarkan diri saat ditidurkan di ranjang kamar tamu rumah David.David sampai dibuat tidak bisa berkata-kata dengan tindakan sepupunya. Dia tidak tahu kalau akan sampai seperti penculikan begini.Apakah ini tidak apa-apa? Sekalipun mereka tunangan, tapi ini sudah kelewatan. Dia pergi ke dapur dan mendapati Daniel sedang berciuman dengan Sarah.Muak, dia menarik pundak Daniel hingga mereka berhenti berciuman. "Stop berbuat bejat untuk sementara, ini masalah serius, kenapa kalian membawa masalah di rumahku?"Sarah memilih pergi, dia tidak mau terlibat pertengkaran. David sempat melototinya, kesal sekali.Daniel malah duduk di meja dapur layaknya seorang bos. Dia memainkan cangkir kosong yang dia pegang. "Kamu ganggu saja. Aku mau buat kopi ini.""Jangan keterlaluan, Daniel, bisa-bisanya bermesraan dengan mantan kekasihmu di rumahku?""Memangnya kenapa? Kamu sudah tahu 'kan?""Ini kelewatan.""Ada apa denganmu? Kamu jadi nggak asyik sekarang.""Aku bukannya nggak asy
Esok harinya ...Elrissa datang menemui Daniel di kediamannya seorang diri. Dia tidak tahu bagaimana nanti reaksi pria itu. Tetapi, dia harus memutuskan sekarang karena sudah mengandung anak pria lain.Begitu masuk ke dalam rumah, terlihat Daniel sudah bersiap untuk pergi.”Sebaiknya kita langsung pergi dari sini, Sayang, aku nggak mau pria itu mengincar kita lagi, kita akan pergi ke rumah David," katanya."Apa? Nggak, nggak usah, aku ingin bicara denganmu serius.“ Elrissa duduk lebih dahulu di sofa panjang ruang tamu.Daniel duduk di sofa depannya. "Bicara serius? Ada apa?”“Bagaimana tanganmu?" Elrissa ingin basa basi sedikit, agak khawatir dengan kondisi tangan Daniel yang waktu itu dikasari oleh Alano."Sudah membaik.""Syukurlah.""Kamu mau bicara apa?""Begini, aku ingin kita ... mmm ... nggak bisa melanjutkan hubungan ini. Maafkan aku.""Apa? Apa maksudmu!" Daniel meledakkan emosi. Dia jelas sangat marah. Setelah kesengsaraan yang terus dia alami, tentu saja tidak semudah melep
Elrissa menyendiri di kamar tidur sejak mendapatkan hasil tes kehamilannya. Perasaan tidak enak yang selalu dia rasakan ternyata adalah gejala kehamilan."Bagaimana? Mungkin beberapa minggu lagi kita harus menikah," ucap Alano berdiri di depan Elrissa yang duduk di tepian ranjang.Elrissa menengok ke kalender meja kecil yang ada di atas meja nakas. Disitu terlihat kalau sebentar lagi natal. "Aku nggak mau.""Maksudmu kamu akan tetap hamil dan tanpa status begini?""Aku nggak terima dengan caramu melakukan ini. Aku nggak mau.""Kalau kamu mau punya anak di luar pernikahan, nggak masalah. Aku nggak akan menikahimu.""Iya sudah.""Iya, aku nggak akan menikahimu, jadi kamu dan anak kita nanti akan dijadikan bahan gunjingan orang.""Ini era modern, banyak ibu single parent di luaran sana. Jangan menjadikan ini untuk mengekangku.""Oh hebat kamu, berani ngomong kayak begitu di negara ini?""Aku akan bilang kalau ayah dari anakku sudah mati.""Kamu lebih bodoh dari yang aku kira. Ini namanya