POV REZA
Hari ini aku akan bersiap-siap pulang ke rumah Sinta, dengan menyebut akan bekerja ke luar kota pasti Kinan tidak akan mudah curiga dengan apa yang sudah aku lakukan padanya.Ya ... aku memang telah membohonginya, sejak mengenalnya di tempat kumuh, aku mengulurkan tangan dan meminta dia untuk menjadi kekasihku. Sejujurnya saat itu aku sama sekali tidak ingin menjalin asmara dengan Kinan, namun melihat kecantikannya membuatku tergoda dan ingin menyentuh tubuh sexsinya.
Kinan dan Sinta memang berbeda, walaupun aku telah memiliki keluarga di Surabaya dan sudah memiliki malaikat kecil dari hasil pernikahanku bersama Sinta. Tapi dengan percaya dirinya aku malah menginginkan sentuhan wanita lain untuk menjadi penghangat dekapan diwaktu tengah kesepian.Malah, pertemuanku dengan Kinan sama sekali tidak sengaja terjadi. Saat itu aku tengah menjalani suatu proyek besar di daerah Sukabumi, membangun sebuah perumahan mewah dan ketika sudah waktunya istirahat tanpa sengaja aku bertemu dengan Kinan yang tengah terduduk lesu, sementara hujan sangat deras mengguyur daerah ini.Aku menolongnya dan memberikan apa pun yang ia inginkan, dengan menyewa rumah untuknya. Apalagi setelah mendengar perkataannya yang memilukan tentang Mama tirinya yang begitu kejam, hatiku begitu tersentuh. Entah kenapa pada saat itu aku mulai jatuh cinta pada pandangan pertama.Mungkin orang menyebut, bahwa aku tengah puber kedua, dengan usiaku yang menginjak kepala tiga aku malah merasakan kesenangan menginginkan sentuhan perempuan lain. Apalagi aku dan Sinta tengah LDR dan membuatku merasa kesepian.''Maukah kamu menikah denganku, Kinan? Aku berjanji tidak akan pernah mengkhianati atau pun mengecewakanmu.'' ucapku ketika melamarnya untuk menjadi suaminya.Kinan tergugu, tatapannya seakan tak menyangka akan ucapan yang terlontarkan dari mulutku. Tapi setelah beberapa saat kemudian wajahnya yang manis tersenyum lebar dan mengangguk mengisyaratkan bahwa ia menerima cintaku dengan sepenuh hati.
''Aku mau, Mas, apalagi aku ingin mempunyai seorang suami yang menjaga dan menjadi imam yang baik untukku dan anak kita kelak. Apalagi kita sama-sama belum menikah. Jadi aku mau merekan separuh nafasku untuk bersanding denganmu di pelaminan dan kita mengarungi bahtera rumah tangga menjadi sakinah mawadah warohmah.'' jelas Kinan.
Kinan memang belum mengetahui bahwa aku telah memiliki seorang istri dan anak di luar kota. Aku pun tak ingin membeberkan statusku pada siapa pun bahwa aku telah memiliki keluarga. Apalagi mengingat masa laluku yang sangat kelam, pastinya detik ini juga ketika aku melamarnya akan mentah-mentah ia tolak dan pergi begitu saja dari hadapanku. Tapi dengan kebohongan ini Kinan sampai kapan pun pasti tidak pernah mengetahui masa laluku.''Iya, Sayang, kita memang belum sama-sama menikah sebelumnya. Aku bahagia sekarang sudah memiliki kamu, apalagi sampai akan menikahimu. Mulai sekarang kebutuhan dan lainnya akan aku tanggung karena sebentar lagi kita akan resmi menjadi sepasang suami istri dan kita juga akan bahagia selamanya,'' ucapku sembari memeluknya dengan erat.''Terima kasih Mas, berkat kamu aku bisa merasakan kebahagiaan kembali setelah kepergian kedua orang tuaku. Jika Mama dan Papa masih ada, mereka pasti senang melihat aku bisa berbahagia denganmu. Kamu memang sangat baik dan bertanggung jawab, cintaku tidak akan pudar walaupun ada masalah sedikit pun. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, begitu pun kamu jangan pernah berniat meninggalkanku,'' ujarnya tersenyum gemas.
Aku hanya membalas dengan senyuman, mendengar perkataannya justru aku bukan lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Tapi ... ya, bagus. Itu pastinya jika suatu saat terbongkar Kinan pasti akan percaya penuh terhadapku.Aku memang tengah menjalani masa-masa mencintai wanita seperti Kinan, mengingat istriku yang sama sekali tidak bisa memuaskan dengan gampangnya aku mencari wanita lain untuk menjadi pelampiasan nafsuku. Aku memang tidak sepenuhnya serius dengan Kinan, menjalani kehidupan ini pun aku anggap seperti permainan yang begitu misteri. Jika sudah bosan dengan wanita idaman lain tinggal tinggalkan dan cari lagi.Kinan akan sama persis dengan apa yang telah aku lakukan pada Sania, aku pernah menjalin hubungan sampai menikahinya secara sirih tanpa sepengetahuan Sinta istriku. Tapi sayangnya, rumah tangga yang aku jalani bersama Sania hancur karena lelaki dari masa lalu Sania menghancurkan segelanya. Ya, dia bernama Anjas.
Tak ingin terbongkar bahwa aku telah menyakiti Sinta istriku, dengan cepatnya aku membuat kedua orang tua Sania dan juga Sania sendiri meninggal dunia karena kecelakaan yang menewaskannya.Tapi semua itu malah menjadi malapetaka untukku, tanpa diduga .....BERSAMBUNG...Bagaimana ceritanya? Apakah suka? Komentar gemesnya di tunggu, sore ini aku akan up bab lagi cerita ini.RAHASIA SUAMIKU (6)Tapi semua itu malah menjadi malapetaka untukku, tanpa diduga Anjas mengetahui rencana kecelakaan yang dialami oleh Sania dan kedua orang tuanya. Ia begitu murka dan hendak membunuhku. ''Ternyata kamu yang sudah membunuh Sania dan kedua orang tuanya Rizal, kenapa kamu begitu tega, kamu pun juga sudah membunuh kedua oranh tuaku? Apa salahku sebenarnya? Dengan gampangnya kamu bunuh. Apa kamu tidak punya hati? Jika istrimu tahu habis kamu diceraikan olehnya,'' ucapnya memendam kemarahan. Terlihat sebuah pisau tertancap di saku celana miliknya. ''Silahkan saja jika mau melaporkan ke Sinta, aku sama sekali tidak perduli Anjas. Yang aku inginkan hanyalah kehancuranmu, sudah lama sekali aku menyimpan dendam. Apalagi aku sangat tidak sudi melihat kamu bahagia dengan Sania.'' ujarku membuat Anjas meradang, lalu ia mengambil pisau yang telah dipersiapkan.''Sekarang juga akan aku bunuh kamu.''''Kurang ajar kamu, jadi mau main kekerasan? Oke, aku ladeni sekarang juga.'' A
RAHASIA SUAMIKU (7)''Ternyata kamu sudah pulang Zal, Om kira kamu tidak akan pulang lagi.'' cecar Om Wira, aku kira yang datang adalah Kinan. Ah, tapi ... masa iya Kinan, ia 'kan tidak tahu alamat rumah ini dan aku pun sama sekali tidak akan membeberkan padanya. Bisa mati perlahan aku jika kedua istriku tahu bahwa rahasiaku sudah terbongkar.''I-iya, Rizal sudah pulang. Pekerjaan di luar kota telah selesai, jadi langsung saja pulang ke rumah ini bertemu dengan anak dan istri tercinta,'' jelasku sembari tersenyum. Hatiku merasa kaget, sungguh tak sanggup bila ada satu orang pun yang tahu rahasia yang aku sembunyikan rapat-rapat.''Oh begitu, bagus deh. Hmm ... oh iya, Om mau bicara sesuatu sama kamu boleh? Ini soal pekerjaan yang akan kita bangun sebentar lagi,'' tanya Om lagi diiringi dengan senyuman tipisSesaat aku menatap wajah Om Wira. Entah kenapa firasatku mengatakan bahwa sesuatu akan terjadi, tapi aku tidak boleh gegebah atau pun gugup, bisa curiga kalau Om Wira sampai tahu a
RAHASIA SUAMIKU (8)''Sekarang kondisinya sudah parah, mengakibatkan kelumpuhan karena kedua kakinya tertiban batu besar,'' jelasnya membuatku syok. Aku begitu tak menyangka Kinan yang sangat aku sayangi mengalami kecelakaan hebat.''Saya akan segera kesana sekarang juga,'' ucapku mematikan sambungan telepon secara sepihak.Aku melangkah pergi ingin memeriksa kondisi Kinan, aku tak ingin ia mengalami kelumpuhan total. Karena jika benar, bagaimana nasib rumah tanggaku, sedangkan aku selalu meminta hakku sebagai seorang suami untuk dipuaskan di ranjang.''Mas mau kemana, kok nampaknya gelisah?'' tanya Sinta.''Maaf, Sayang, Mas harus pergi ke Rumah sakit, soalnya teman Mas sedang membutuhkan dukungan katanya ia mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kelumpuhan,'' jelasku meminta izin pada Sinta.''Siapa teman Mas? Apa seorang wanita?'' Sinta berdelik, tatapannya sungguh membuatku tak nyaman.''Bukan, seorang laki-laki. Kalau begitu, aku pergi dulu ya, tidak akan lama kok, paling hanya s
RAHASIA SUAMIKU (9)POV AUTHORSetelah mengetahui bahwa yang menelepon adalah orang iseng yang mengerjainya, Reza dengan cepat pulang ke rumah Kinan karena ingin memastikan kejadian yang sebenarnya. Setelah mengeceknya di Rumah sakit, ia pun sama sekali tidak pulang terlebih dahulu ke rumah Sinta dan malah lebih memilih pulang ke rumah Kinan. Hatinya merasa yakin bahwa sekarang Kinan sedang mengalami masalah dan butuh pertolongannya. Namun disatu sisi ia begitu bimbang karena Kinan sama sekali tidak bisa dihubungi apalagi mengingat putrinya yang pasti akan terus-terusan menunggu membuatnya merasa prustasi.Setelah lama perjalanan, akhirnya Reza telah sampai di depan rumah mewah yang ia berikan pada Kinan, ia pun bergegas membuka pintu rumah ini. Namun sayangnya Kinan sudah berhasil mengunci pintu rumah ini rapat-rapat. Membuat Reza sama sekali tidak bisa masuk bahkan lewat kaca jendela sekali pun.Reza terus berusaha supaya ia bisa masuk ke dalam rumahnya bersama Kinan, ada satu cara
''Anjas? Kenapa kamu ada disini? Bukankah kamu sudah ....''''Saya masih hidup dan ada sesuatu yang harus saya beritahukan padamu tentang Rizal,'' ujar Anjas, tatapannya begitu serius.''Ya sudah, silahkan masuk!'' Sinta menyuruh Anjas masuk, ia mengangguk dan segera masuk ke dalam rumah Sinta. Kemudian mereka duduk bersama di sofa ruang tamu.''Maafkan saya Sinta, saya harus menjelaskan kronologi suamimu dan tentunya kamu harus tahu tentang Rizal sebenarnya,'' ujar Anjas, Sinta yang sudah siap mendengarkan ceritanya. ''Iya, ada apa Anjas? Ada apa dengan suami saya?'' ''Suamimu telah berselingkuh dengan wanita lain dan tanpa sepengetahuanmu selama Rizal berada di kampung, ia sudah menikah lagi dan wanita itu bernama Kinan. Dia pun juga yang sudah membunuh adikku, dan kedua orang tuaku. Bukan itu saja, dia pun hampir membunuhku dan Sania, apalagi mengingat kedua orang tuanya juga meninggal karena Rizal sudah berhasil menyabotasi mesin kendaraannya,'' jelas Anjas membuat Sinta terkeju
Tiba-tiba dari arah lain terlihat seorang wanita berteriak kencang meminta tolong, namun dengan segera kedua lelaki preman itu langsung membekap tubuh wanita yang hendak akan menggagalkan rencana mereka.''Bagus! Kalian bawa wanita ini pergi ke hutan biar di mangsa sama serigala sekalian. Siapa suruh ia akan menggagalkan rencanaku,'' ucap Shelin pada kedua lelaki itu. Ternyata semua ini sudah direncanakan oleh Shelin sendiri.''Baik Bos, tenang saja. Wanita ini pasti akan aman berada di tangan kami, asalkan bayarannya tinggi,'' ujar salah satu dari kedua lelaki itu, mereka tersenyum sinis.''Kalian tenang saja, saya sudah persiapkan uangnya dan kerjakan dulu baru saya membayar kalian secara cash.'' perintah Shelin, lalu salah satu dari mereka membawa pergi wanita asing itu. Satunya lagi ia membawa tubuh Reza yang akan dibawa ke suatu tempat.Shelin tersenyum penuh kemenangan melihat tubuh Reza yang sekarang tengah pingsan, ia merasa senang karena pembalasannya akan segera terlaksana.
Sinta terlihat terkejut ketika Anjas mulai mendekati Reza sembari memegang pisau digenggaman tangannya. Reza pun tidak kalah terkejut.''Rizal ... asalkan kamu tahu, sudah sekian lama aku menunggu ingin menghabisi nyawa kamu, namun selalu gagal dan gagal. Tapi sekarang tidak akan ada lagi kegagalan. Hari ini aku akan membunuhmu bersama istri dan anak yang sangat kamu cintai. Ingat Rizal nyawa harus dibayar dengan nyawa.'' Anjas tersenyum kecut, memandang Reza dengan penuh kebencian.''Aku mohon, maafkan kesalahanku dulu, Anjas. Itu semua sudah menjadi masa lalu.'' ujar Reza memohon.''Kamu bilang cuma masa lalu? Dasar bajingan. Kamu pikir dengan cara melarikan diri dan hidup bersama istri barumu kamu bisa tersenyum bahagia di atas penderitaanku hah? Oh ... tidak! Aku sangat ingin kamu MATI!'' pekik Anjas menekankan ucapannya.''Aku siap menjalani hukuman, asal jangan pernah kamu membunuhku, apalagi Sinta dan juga anak kandungku, mereka sama sekali tidak punya salah apa-apa. Ini semua
''Jangan bergerak! Sekarang Anda tidak akan bisa kemana-mana lagi.'' ucap salah seorang polisi yang tiba-tiba saja langsung menangkap Anjas. Dengan perasaan berkecamuk, Anjas hanya menuruti perkataan Polisi. Kedua tangannya di borgol.''Ampun Pak, saya sama sekali tidak pernah berbuat salah kepada orang lain. Jangan tangkap saya.'' Anjas merintih memohon ampun. ''Jelaskan saja semuanya di kantor,'' ucap Polisi. Anjas pun pasrah. Tubuhnya dicengkram dua polisi dan langkah kakinya tertatih.Polisi dengan cepat langsung memasukan Anjas ke dalam mobil Polisi. Kemudian mobil pun langsung berjalanan meninggalkan lokasi tempat kejadian perkara. Sesaat di perjalanan Anjas terus-terusan menangis. Air matanya mengalir begitu deras, padahal sebelumnya ia sudah berjanji untuk pantang menangis.Sampai pada akhirnya mobil yang ditumpangi oleh Anjas pun berhenti di kantor Polisi. Dengan beringasnya para kepolisian langsung memaksa Anjas untuk masuk ke dalam kantor. Ternyata Anjas langsung dijeblos
PoV KinanHari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku, selepas semuanya kejadian yang terjadi sebelumnya akhirnya bisa dilalui dengan suka cita, canda tawa dan bahagia. Selepas sebulan lalu aku di operasi, saat ini aku hanya bisa beraktivitas di rumah. Apalagi luka jahitan yang membekas masih terasa sangat ngilu. Masih terbayang jelas diingatanku ketika menatap sendiri bayi mungil yang barusaja aku aku lahirkan dengan bantuan para medis. Semoga saja bayiku tenang di alam sana. Aku yakin, saat ini bayiku tenang bahagia berada di pangkuan sang maha pencipta.Saat ini, aku tengah berada di rumah. Rumah sederhana yang sekarang sudah menjadi tempat tinggalku seorang diri. Terkadang, Setya yang selalu menemaniku. Tanpa dia aku sama sekali nggak bisa melakukan apapun.''Kamu mau makan, Kinan?'' tanya Setya.Aku menggeleng. ''Aku belum lapar, Setya.''''Kalau begitu kamu mau apa? Aku buatkan sekarang?'' tanyanya perhatian.Aku tersenyum senang menatapnya.''Aku hanya ingin kamu ber
Apakah ini adalah akhir dari ceritaku? Entahlah, aku bingung, kenapa hingga sekarang Kinan belum siap menerima aku untuk menjadi laki-laki terakhir di hatinya.''Setya, kamu kenapa?'' tanyanya sembari menepuk pundak membuatku tersadar. ''Ah, tidak! Hmm ... aku izin ke toilet sebentar, ya, Kinan. Perutku mulas.'' Tanpa mendengar jawabannya aku lantas berdiri dan berlari kecil menuju toilet umum. Baru sekarang aku pergi meninggalkan Kinan. Aku terpaksa meninggalkannya dan berkata bohong, padahal sebetulnya aku tak benar-benar ingin pergi ke toilet.Langkah kakiku sekarang terhenti, aku duduk di taman belakang rumah sakit. Nampak banyak sekali orang yang berlalu larang orang melangkah dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Pun denganku. Sekarang, aku sendiri bingung akan perasaan ini. Apakah aku sanggup pergi meninggalkan Kinan dan melupakan tentang apa yang sudah pernah kami lalui? Saat ini, aku hanya bisa menarik nafas gusar, entah kejadian apalagi yang akan menantuku nantiny
''Setya, apakah aku salah mengharapkan janinku kembali? Selama aku mengandungnya, aku sangat menyayangi. Tetapi, kenapa Tuhan mengambilnya, padahal belum sempat aku melihat wajah dan merawat anakku sendiri,'' lirihnya. Air matanya tak berhenti menetes."Anak hanya titipan Kinan, kapan pun bila Tuhan berkehendak pasti akan kembali. Kita harus sabar, ikhlas menghadapi cobaan. Kamu harus kuat dan sembuh. Perjalanan hidupmu masih panjang.'' Aku berucap kembali. Seketika Kinan terdiam. Dia tak menangis kencang seperti tadi. Nampaknya ia mulai berusaha meredakan rasa sedih dan amarahnya. Aku yakin, Kinan adalah wanita kuat, ia mampu melewati cobaan buruk menjadi bersinar kembali.Perlahan, aku mengusap air mata yang menetes di kedua pipinya. Kinan begitu tenang sekarang. Aku tersenyum melihatnya yang nampak tegar. Tak lama berselang, Kinan meminta izin untuk terlelap hingga kondisinya kembali stabil.***Jam di pergelangan tangan telah menunjuk ke arah pukul 05:15 WIB. Waktu telah hampir m
Tiba-tiba, aku merasa terkejut, kedua bola mata Kinan terbuka perlahan. Dia menatapku. Gegas kuhapus air mata yang menetes di kedua pipi.''Kinan, akhirnya kamu sudah sadar,'' ucapku sembari tersenyum menatapnya.''Di mana aku?'' tanya Kinan. Sorot kedua matanya memandang ke seluruh penjuru ruangan picu ini. Kemudian, ia hendak berusaha bangkit. Namun, gagal.''Sekarang kamu berada di Rumah sakit, Kinan. Kamu barusaja melakukan tindakan operasi secara Caesar,'' jelasku memberitahunya.Seketika, raut wajah Kinan tersenyum. Aura kebahagian terpancar dari sudut wajahnya.''Lalu, bayiku mana? Apakah dia sehat? Laki-laki atau perempuan?'' tanyanya antusias. Aku tersentak mendengar ucapannya. ''Setya, ada apa? Jawab pertanyaanku!'' Kinan membentak. Mulutku kelu seakan tak kuasa memberitahu yang sebenarnya bahwa janin yang di kandungan Kinan sudah meninggal dunia. Tetapi, jika aku tak mengatakan Kinan pasti akan nekad.''Bayi kamu ... sudah meninggal dunia, Kinan.'' Ucapan itu, akhirnya kel
PoV SetyaHari ini perasaanku begitu sangat gelisah ketika mengetahui apa yang sebentar lagi akan terjadi. Setelah Kinan dibawa ke ruang tindakan operasi, aku merasa bersalah sebab harus memilih Kinan untuk tetap hidup. Sementara janin yang ada di kandungannya meninggal dunia. Sebetulnya yang aku inginkan Kinan dan bayinya terselamatkan, tetapi Dokter malah meminta untuk aku memilih agar salah satu dari mereka tetap hidup. Jika saja kejadian Kinan jatuh dari kamar mandi tidak terjadi, mungkin hingga detik ini Kinan masih tetap berada di rumah. Saat ini pun, aku masih menunggu di balik pintu ruang operasi. Aku berharap Kinan mampu melewati cobaan yang dialaminya. Sejak tadi, tidak henti mulut dan hati berdoa akan keselamatan Kinan.''Setya?'' Tiba-tiba saja aku mendengar seseorang memanggil, seketika itu aku langsung menatap wajahnya. Dan, betapa terkejut ketika mengetahui bahwa dia adalah Kiara -- mantan kekasihku dulu. ''Kiara? Ka-kamu ... kok bisa ada di sini?'' tanyaku terbata-
''Setya, ada apa? Jawab pertanyaanku!'' Kinan membentak.''Bayi kamu ... sudah meninggal dunia, Kinan.'' Akhirnya ucapan itu keluar dari mulut Setya.''Apa? Meninggal dunia? Kok bisa?'' tanya Kinan tak percaya dengan ucapan Setya.''Kamu mengalami pendarahan hebat, Dokter meminta untuk melakukan operasi agar bisa menyelamatkan kamu. Sementara bayi yang ada di kandunganmu tidak terselamatkan.'' Setya kembali menjelaskan.Detik kemudian, sorot kedua mata Kinan berembun, perlahan air matanya menetes membasahi kedua pipi. Kenyataan pahit yang harus ia terima karena kehilangan jabang bayi yang dikandungnya.''Tidak mungkin anakku meninggal Setya, tidak mungkin. Selama aku mengandungnya, aku begitu sangat mengharapkan kehadirannya untuk menemaniku. Aku tak rela jika harus kehilangan dia,'' lirih Kinan. Dia berkata dengan nada tinggi membuat pasien yang berada di ruang picu terganggu. Tiba-tiba dua perawat datang dan menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada Setya.''Saya mau ana
Berdoa, hanya itu yang mampu ia lakukan. Ketika melihat Kinan dibawa masuk ke ruang operasi berkali-kali hatinya mengucap doa untuk keselamatan Kinan. Setya merasa khawatir dengan keadaannya, apalagi janin yang ada di kandungan Kinan baru memasuki usia enam bulan. ''Setya!''Seketika seseorang datang dan memanggil nama Setya. Dia pun segera menoleh, ternyata ....''Kiara? Ka-kamu ... kok bisa ada di sini?'' tanyanya heran. Kiara, adalah wanita yang dahulu pernah singgah di hati Setya, tetapi entah kenapa Kiara memutuskan pergi meninggalkan Setya tanpa alasan yang jelas. Dan, sekarang mereka dipertemukan kembali.''Aku di sini hanya sedang menjalani perawatan, tapi sekarang sudah diperbolehkan pulang. Kamu sendiri sedang apa di sini?'' tanya Kiara.''A-aku ....''Pintu ruang operasi seketika terbuka, seorang dokter keluar dan menatap Setya.''Operasi yang dijalani istri Bapak alhamdulilah lancar. Saat ini, istri Bapak sudah kami pindahkan ke ruang picu agar kondisinya pulih pasca ope
Hingga dua jam berlalu, Kinan tidak kembali ke luar rumah. Setya merasa putus asa. Dia bangkit seraya ingin pergi dan menghapus harapannya mendapatkan cinta Kinan. Namun seketika, terdengar suara rintihan yang begitu menggema dari dalam kamar. Setya terperanjat kaget menyadari bahwa wanita yang dicintainya dalam bahaya. ''Kinan ....!'' Setya memberanikan diri masuk ke dalam rumah Kinan. Terlihat, Kinan tengah meringis kesakitan di kamar mandi sembari memegang perutnya yang tengah hamil. ''Ya Allah, Kinan!'' Setya terkejut melihat Kinan terkapar, apalagi sesaat melihat darah mengalir pada kedua kakinya. Gegas, Setya langsung menggendong tubuh Kinan dan menidurkan tubuhnya di dalam mobil. Saat ini, Kinan dalam keadaan pingsan. Setya membawa Kinan ke Rumah sakit terdekat agar secepatnya mendapatkan pertolongan. Sesampainya di Rumah sakit, Kinan langsung dilarikan ke ruang IGD. Perasaanku begitu hancur ketika mengetahui kejadian ini. Aku takut nyawa Kinan terancam tak terselamatk
''Kinan!'' Terdengar suara laki-laki yang begitu familiar. Kinan mencoba meyakinkan suara laki-laki yang berasal dari luar rumah. Dari bayangannya, ia meyakini bahwa itu adalah suara Reza, suaminya. Namun, bukankah Reza sudah di penjara? Kenapa dia tahu tempat tinggal Kinan sekarang?Kinan bangkit, ia melangkah dengan hati-hati. Perasaanya seakan tak percaya bahwa Reza kembali datang dan menemuinya. ''Kamu?'' Kinan membuka pintu, dia sangat terkejut ketika mengetahui seorang laki-laki tengah berdiri di hadapannya. Tatapan laki-laki itu beralih menatap perut Kinan yang sedang hamil besar. Dia adalah Reza, mantan suami Kinan.''Kinan ... ternyata kamu sedang hamil sekarang, apa jangan-jangan ini adalah anak kita?'' tanyanya antusias. Kinan melempar wajah tak suka memandang Reza.''Anak kita? Jangan mimpi! Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi, kamu lebih baik pergi dan jangan pernah temui aku sampai kapan pun,'' usir Kinan. Raut wajahnya seakan tak suka melihat kedatangan Reza.''