Beranda / Urban / RAHASIA PEMERAN UTAMA / Bab 7 | Protagonis

Share

Bab 7 | Protagonis

Penulis: Desmesta
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-25 16:47:08

“Ya ampun, kasihan sekali.” 

Sambil menyetir Saga melirik ke arah yang dilihat Erina. Seorang anak Ibu-ibu sedang mengamen sambil menggendong anak balita dan diusir oleh pengemudi mobil di depan. Erina menurunkan kaca jendela, memanggil Ibu itu untuk diberi uang. 

“Terima kasih, Mbak. Semoga Tuhan membalas kebaikan Mbak.” Ujar pengamen itu setelah diberi uang. 

“Orang-orang kok tega ya, padahal diberi 2 ribu saja pengamen itu pasti sudah senang,” decak Erina seolah tak habks pikir usai kaca jendela kembali terangkat. 

“Mungkin dia merasa pengamen itu masih muda dan sehat, seharusnya dia bisa cari pekerjaan lain.” Jawab Saga memberi perspektif lain. 

“Kalau memang ada pekerjaan, dia tidak akan memilih turun ke jalanan sambil membawa anaknya. Lagi pula, dia tidak mengemis, dia mengamen.” 

Jika di samping Saga ini adalah Eva, Eva akan mengatakan sebaliknya. “Aku masih akan memaklumi ya, kalau itu pedangang tisu atau jepitan rambut yang harganya 3 kali lipat dari pasaran. Mereka jelas-jelas berdagang, terserah mereka ambil profit berapa. Atau lansia yang fisiknya sudah lemah tapi nggak mati-mati, sedangkan mati kelaparan itu memalukan. Aku menghargai pengamen-pengamen di bus antar kota, mereka benar-benar bernyanyi, bukan sekedar membunyikan kerencengan. Tapi kalau dia masih bisa berdiri tegak, lari cepat menghindari lampu hijau, dan berani berpikir punya anak, mereka bukan orang yang pantas dikasihani.” 

Saat Saga menjawab dengan jawaban yang senada dengan yang Erina ucapkan barusan, Eva menjawab lagi. “Kamu lihat Pak Tua di bawah tiang lampu itu. Dia bisa saja menengadahkan tangan minta-minta, tapi dia malah menjual bunga mawar yang bisa saja layu sebelum terjual. Kamu tahu artinya apa? Semua itu tergantung pilihan.” 

Terkesan jahat dan tidak bisa memahami situasi orang lain memang, tapi Saga tidak punya sanggahan untuk menyalahkan pendapat Eva. Jika masyarakat percaya bahwa pilihan paling benar adalah pilihan yang dipilih oleh paling banyak orang, sampai kapan pun Eva akan dibenci orang-orang.

“Apa kamu akan memberikan semua pengamen atau pengemis yang kamu temui?” Tanya Saga. 

Erina menjawab tanpa jeda berpikir. “Tentu saja, seribu atau dua ribu milikku akan sangat berarti untuk mereka.” 

“Kakak pasti mikir aku sok baik ya?” 

“Eh, enggak lah.” Saga kaget ditodong pernyataan demikian. Siapa pun yang mengenal Erina pasti bisa merasakan kelembutan gadis itu. Dia pernah menaruh wadah makanan kucing di depan tokonya untuk kucing-kucing liar, tapi tidak bertahan lama, setelah diprotes oleh pemilik toko sebelah karena banyaknya kucing berkeliaran. Erina sangat sedih dan Saga menyarankan untuk menaruh wadahnya di tempat yang jauh dari tempat bisnis. Orang-orang mengibaratkan Erina seperti malaikat tanpa sayap. 

“Aku memang gampang kasihan dengan orang lain karena ingat dulu aku juga pernah susah. Sebelum menikah sama Papa Handy, Mama ditinggalkan Papa kandung aku. Kami sering pindah-pindah kontrakan karena kerjaan Mama nggak tentu. Kak Saga juga tahu aku pernah sakit lumayan parah sampai kami harus jual rumah dan mulai lagi dari nol. Aku merasa bersalah sekali sama Kak Eva karena harus ikut kerja buat bantu Papa.” 

Erina lalu menghembuskan napas panjang. “Karena itu juga aku nggak bisa menjauhi Kak Eva, nggak peduli sebenci apa dia sama aku.” 

“Aku tahu.” Kisah itu bukan kisah baru bagi Saga.

Bukan mau Saga berdiri ditengah-tengah antara Eva dan Erina. Saga berusaha memahami keduanya dan tidak memihak siapa-siapa, tapi Eva salah paham padanya. Saga benar-benar ingin melihat dua saudara itu kembali saling menyayangi seperti dulu. 

Saga hanya menyesalkan sikap Eva yang terkesan menyalahkan Erina atas sesuatu di luar kendali Erina, terlebih kejadian itu juga membuat Erina kehilangan Ibu kandungnya. Sangat tidak masuk akal karena Eva menganggap Erina bersalah hanya karena kejadian itu terjadi saat Papa Eva pergi menjemput Erina. 

Alih-alih kasmaran seperti pertama kali Saga melihat Erina, kini perasaan Saga lebih ke arah mengasihani seorang adik yang mengemis kasih sayang kakaknya. 

*** 

“Gimana?”

“Beres.” Jawab Lala begitu memasuki mobil. “Pak Syarif sebenarnya mau bertemu Mbak Ev langsung, dia masih ingin minta maaf langsung. Tapi aku bilang Mbak Ev super sibuk dan nggak usah bilang siapa-siapa kalau Mbak Ev yang memberi bantuan karena Mbak Ev nggak mau ada omongan-omongan aneh."

Eva mengangguk sekali. “Kamu awasi terus dia sampai usahanya stabil. Pak Syarif tidak bilang apa-apa lagi?”

Lala menggeleng. “Dia cuma berterima kasih berkali-kali dan masih nggak percaya Mbak Ev membantunya buka usaha.”

Kejadian kemarin tidak mudah bagi Pak Syarif, dia yang tidak mengerti apa-apa, tiba-tiba mendapat banyak perhatian. Dia tidak bisa kerja jadi kurir lagi dan tetangga mengucilkan keluarganya. Pak Syarif kesulitan mencari kerja mengingat usianya yang sudah tua. Mengetahui itu Eva menyuruh Lala untuk melihat apa yang bisa dilakukan. Ternyata Pak Syarif punya rencana untuk berjualan bakso dan mie ayam namun terkendala modal, dia sedang berusaha mencari pinjaman untuk membeli gerobak bekas yang bisa dipakai. Eva kemudian memutuskan untuk menyewakan Pak Syarif sebuah kios, lokasinya dekat pasar dan merupakan kawasan ramai karena dekat dengan sekolahan juga.  

Awalnya Pak Syarif menolak karena merasa bersalah terhadap Eva, namun Lala berhasil meyakinkannya dengan berkata bahwa membantu Pak Syarif membuka warung tidak ada apa-apanya untuk seorang Evaria Dona, terlebih yang akan turun tangan membantu bukan Eva, melainkan Lala.

“Bagus.” Puji Eva karena Lala berhasil melakukan tugasnya tanpa ketahuan Prita, karena kalau sampai Prita tahu, Prita tidak akan menyia-nyiakannya sebagai bahan pencitraan Evaria. “Sekarang, ini buat kamu.” Eva memberikan sebuah tas kertas berlogo sebuah merek sepatu ternama.

Lala memekik takjub. “Ini buat aku, Mbak Ev?”

“Buka dulu isinya, baru girang.”

“Melihat bungkusnya saja aku sudah senang.” Dengan antusias Lala membuka isi tas kertas itu, di dalamnya ada dus berisi sepasang sneakers impiannya yang tidak terbeli karena mahal dan susah dicari di dalam negeri. “Wah, Mbak Ev...” Lala terharu, ia memeluk Eva sangat erat.

Eva berlagak gerah dipeluk tetapi tertawa geli. 

“Aku pakai sekarang ah.” Lala benar-benar mengganti sepatunya dengan sepatu baru, Eva yakin sampai nanti malam Lala tidak akan bisa berhenti menggerakkan kakinya jalan kesana kemari. Kecuali ada kejadian luar biasa seperti tidak sengaja menginjak kotoran anjing.

“Senang?” 

“Iya!!!” 

“Kalau aku mau minta tolong sesuatu kamu akan bantah, nggak?”

“Tidak!!!”

“Keluar.”

“Hah?”

Eva tersenyum manis. “Aku mau jalan-jalan ke mal sendiri sekarang.”

Wajah Lala menunjukkan keberatan. “Kalau ketahuan Mbak Prita lagi bagaimana?” 

“Tidak akan ketahuan kalau kamu tidak keceplosan.”

“Mbak Ev... Kok begitu sih?” Lala merengek berharap Eva akan merubah pikiran. "Apa enaknya jalan di mall sendiri?"

Eva berdecak tak sabaran, menunjukkan wajah aslinya yang garang. “Kalau kamu cerewet, aku ambil lagi sepatunya!” 

“Eh jangan-jangan.” 

Ancaman itu berhasil membungkam Lala. Dengan berat hati Lala turun dari mobil dan membiarkan Eva pergi.

Kegiatan belanja selalu bisa jadi terapi terbaik menjaga suasana hati, itulah kenapa semua akan lebih mudah jika punya banyak uang. Orang berekonomi pas-pasan tidak akan menyetujui teori itu, dan berkata uang bukanlah sumber kebahagiaan dunia. Tidak salah, semua orang punya cara masing-masing untuk merasa lebih baik. Orang bersangkutan lah yang paling tahu mana yang paling sesuai dengannya.

Kalau Eva, perasaannya akan tenang setiap kali memasuki gerai sepatu dan melihat sepatu-sepatu cantik berjejer memamerkan pesonanya. 

***

Eva berbohong jika mengatakan dirinya tidak tertekan memikirkan kasusnya meski ia yakin pengacaranya pasti akan mengupayakan yang terbaik. 

Bagaimana jika ia diputus bersalah dan ia dihukum penjara? Bagaimana dengan kerja kerasnya selama ini? Bagaimana Eva akan melewati sisa harinya nanti?

Ia ingin semua ini segera berakhir lalu mengambil istirahat panjang. 

“Berapa lama?” Tanya Prita saat Eva mengatakan keinginannya vakum sementara. 

“Setahun atau dua tahun.” 

“Apa?!” Jawaban Eva tidak disangka-sangka Prita. “Kamu mau melakukan apa selama itu? Saat kamu kembali, bisa-bisa kamu harus mulai dari awal lagi karena posisimu diambil artis-artis baru.” 

Sejujurnya Eva belum tahu apa yang ingin ia lakukan, ia hanya tidak ingin melakukan apa-apa setelah kasus ini selesai. “Ya, mungkin liburan. Tujuh tahun ini aku belum pernah benar-benar istirahat, kan?” 

“Mau liburan ke mana? Kita nanti bisa tur Eropa sebulan.” 

“Aku ingin punya waktu sendiri, Mbak."

Prita menghela nafas lalu menatap Eva lama. “Kalau begitu kita bicarakan setelah kamu menentukan tujuanmu.” Prita memutus percakapan dan tidak mau mendengar Eva lagi. 

Eva memaklumi sikap keberatan Prita. Sebagai manajer, artis yang ditangani Prita hanya Eva saja, jika Eva tidak produktif, imbasnya akan ke Prita juga. 

“Sudah waktunya. Ayo berangkat.” 

Hari ini sidang pertama kasus penganiayaan itu digelar, Eva siap menghadapi apa pun yang bisa terjadi. Ia akan menunjukkan sikap tenang dan percaya diri. 

Saat menuju ruang sidang, Eva beserta rombongannya berpapasan dengan Erina. Erina menghalangi jalannya dan Lala sudah bersiap untuk memintanya menyingkir. 

“Aku ingin bicara dengan Kakak, lima menit saja.” Pinta Erina. 

Eva ingin langsung menolak tapi ia tak ingin menimbulkan kecurigaan beberapa wartawan yang datang khusus untuk memantau sidangnya. Eva kemudian memberitahu Prita untuk masuk ruang sidang lebih dulu. 

Eva memimpin langkah di depan, mencari area kosong yang dirasa aman. 

“Bicara sekarang.” 

“Kenapa Kakak nggak pakai rekaman CCTV yang aku beri?” 

“Kenapa kamu pikir aku akan butuh itu?” 

“Aku mau Kakak tahu kalau bukan aku yang merencanakan semua ini.” 

Eva memutar bola mata jengah, itu persis seperti yang dikatakan Saga. Erina tidak terlibat apa-apa. “Tapi kamu tahu dan membiarkannya.” 

“Aku sudah berusaha menghentikan Mira, Kak.” 

“Oh ya? Apa kamu juga berusaha menghentikan dia saat dia berusaha mencari-cari masalahku, ini bukan perbuatan pertama dia. Dia sudah melakukannya sejak tiga tahun lalu.” 

“Aku nggak mungkin bisa tahu semua yang Mira lakukan.” 

“Cerita kamu tentang aku pasti dramatis sekali sampai-sampai orang luar seperti Mira mau terlibat langsung. Terlepas dari itu benar atau tidak, rendah sekali orang-orang yang memakai cerita sedih untuk mendapatkan simpati orang lain.” 

Erina menggeleng-gelengkan kepala, tidak terima tudingan Eva. “Aku nggak pernah cerita apa-apa, aku berani sumpah, Kak. Dia memang sering mengomentari perlakuan Kakak ke aku, sudah aku coba luruskan tapi dia malah anggap aku bodoh.” Jelasnya. 

“Kak.” Erina mulai membuat Eva jengah dengan jurus andalannya, air mata. “Saat Mira berulah, inilah yang aku takutkan. Kakak akan semakin menjauhi aku.” 

Eva melengos membuang muka. “Lima menit kamu sudah habis.” 

“Aku mau jadi adik Kakak lagi.” 

Ucapan Erina menghentikan gerak Eva. Tatapan Eva menusuk tajam, mencoba meraba adakah maksud lain dari ucapan Erina. Erina sangat bebal, seperti bola yang terus memantul saat dilempar. Tidak peduli sejahat apa Eva memperlakukannya, Erina tetap kembali seolah sikap Eva tidak berarti apa-apa. Jika mereka dalam satu cerita, sangat tepat mengibaratkan Erina sebagai tokoh protagonis dan Eva antagonis. Erina digambarkan memiliki segudang kesabaran untuk menghadapi Eva yang tidak berperasaan. 

“Apa maumu sebenarnya?” Desis Eva benar-benar tidak bisa menebak jalan pikiran Erina. 

“Aku tahu Kakak masih menganggap aku penyebab kecelakaan Papa Mama, aku tidak akan berusaha menyangkal lagi. Anggap saja aku memang bersalah, karena itu aku nggak akan pernah berhenti sampai Kakak memaafkan aku.” 

“Kamu bilang itu cuma kecelakaan.” Eva tidak pernah bisa biasa setiap ada yang menyebut kejadian itu hanya kecelakaan, meski mereka mengatakan atas dasar kesimpulan kepolisian. 

“Kakak benar, seharusnya aku tetap di rumah saat Papa melarangku pergi hari itu. Aku nggak tahu kalau malam itu Papa sedang mabuk dan aku malah minta jemput.” Erina menangis tersedu-sedu, dengan suara ditahan-tahan. “Tapi Kak, Mama aku juga meninggal karena kejadian itu."

Tangan Eva menggapai-gapai dinding terdekat mencari pegangan, kepalanya mendadak pusing. Semua orang mengatakan Erina tidak layak disalahkan karena kematian adalah kehendak Tuhan, Eva dianggap terlalu kejam dan tidak bisa menerima kenyataan. 

Padahal mereka hanya sebatas tahu dari apa yang muncul di permukaan, seperti gunung es, tidak ada orang yang bisa mengukur yang tersembunyi di bawah. Tidak akan ada yang bisa mengerti perasaan Eva. Meski Erina juga kehilangan orang yang dicintainya, tapi Erina tidak tahu apa-apa. 

“Kak, aku ingin kita kembali seperti dulu." 

Erina mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah bisa Eva berikan. Saat Erina berusaha menyentuh tangan Eva, Eva seketika mendorongnya hingga jatuh bersimpuh. 

Erina menyebalkan, sangat menyebalkan. Harus bagaimana lagi Eva mengatakan ia tidak sudi dekat-dekat dengannya? Di mata Eva, Erina hanya pembawa sial dalam hidupnya. "Berhenti Erina, kapan kamu akan mengerti kalau aku sangat membenci kamu?"

"Kakak hanya marah dan sedih, Kakak nggak benar-benar membenci aku."

Eva kehabisan kata-kata, Entah Erina memang tidak tahu diri atau memang dirinya tulus hingga mengabaikan harga diri. Eva memandangnya sekali lagi sebelum berbalik untuk pergi.

“Aku akan melakukan apa pun asal Kakak bisa memberi aku kesempatan."

Langkah Eva terhenti, memangnya apa yang bisa Erina lakukan selain menangis dan membuat Eva tampak jahat? Baiklah, mari kita lihat dia bisa apa. “Apa pun?"

Erina mengangguk dengan pasti. “Iya, apa pun.”

"Buktikan saja kalau begitu."

Eva lalu menggerakkan kakinya meninggalkan Erina yang masih dalam posisi bersimpuh. Baru beberapa langkah, Eva berpapasan dengan Saga yang berlarian seperti jantan kehilangan betinanya. Saga tampak terkejut melihat posisi Erina, dia menatap Eva dengan rahang mengetat.

“Aku sedikit mendorongnya. Jangan salahkan aku. Salah dia sendiri karena terlalu lemah.” Ujar Eva sebelum melangkahkan kaki lagi meninggalkan pasangan paling romantis abad ini. 

Bab terkait

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 08 | Memihak Diri Sendiri

    Orang percaya diri percaya bahwa dirinya sendiri bisa dipercayaSidang berakhir tak terduga bahkan oleh Eva sendiri. Semua orang terkejut saat Erina mengubah keterangannya selama pemeriksaan, hakim sampai mengingatkan konsekuensi jika kesaksian Erina di persidangan adalah palsu.Dengan yakin Erina berdalih bahwa saat itu ia bingung dan tidak tahu apa yang benar-benar terjadi sedangkan Mira terus menekannya untuk menyembunyikan rekaman CCTV itu, sehingga Erina terpaksa menuruti apa kata Mira dan berbohong pada penyidik bahwa kamera CCTV di tokonya hanya pajangan.Erina menyerahkan rekaman CCTV itu untuk mendukung kesaksiannya kali ini bahwa Mira lah yang menyerang Eva lebih dulu, sekaligus mematahkan tudingan bahwa hubungannya dengan Eva buruk. Mira menjadi orang yang paling kaget, itu adalah pemandangan terbaik sejauh ini di mata Eva.Mira tidak memiliki apa-apa lagi sekarang untuk membela diri, satu-satunya s

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-31
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 09 | Apa Kabar, Va?

    Saling mengenal, belum tentu saling memahami. Di saat kita merasa sudah cukup mengenal, sesungguhnya kita baru memutuskan berhenti mengenal"Jangan keluar, Rin. Malam ini akan turun hujan.”“Itu kan cuma perkiraan, Papa. Bisa saja meleset." Jawab Erina sembari mengikat tali sepatunya. “Aku sudah terlanjur beli tiket, kan sayang kalau nggak jadi.”“Tidak apa-apa, itu uang nggak seberapa. Nanti Papa ganti."“Jangan begitu, Pa. Uang tidak seberapa itu hasil keringat Papa.” Eva memprotes jawaban Papanya. Sejak ia tahu bagaimana susahnya mengumpulkan uang, Eva makin menghargai tiap rupiah yang ia miliki.Papa menghela nafas karena tidak berhasil menahan Erina pergi ke konser musik yang diadakan di lapangan terbuka. “Nanti pulang sebelum jam 9.” Pesan Papa.“Yah, jam segitu konsernya baru dimulai.”“Erina."“Papa tenang saja, aku sama teman-teman kok. Nanti ada temanku yang mengantar pulang sebelum jam 12. Oke? Dadah Papa, Dadak

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-02
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 10 | Kesempatan Kedua

    Siapapun bisa dan layak memberi dan diberi kesempatan ke dua. Meski itu dari Sampah untuk Sampah lainHanya butuh waktu tiga hari bagi Lala untuk mendapatkan informasi tentang Mira seperti yang Eva minta. Entah bagaimana gadis itu melakukannya. Eva sedang melihat foto-foto yang diperoleh Lala, sembari mendengarkan penjelasan Lala."Seperti yang Mbak Ev lihat, sekarang dia bantu-bantu di kedai milik tantenya, sebelumnya dia bantu-bantu di tokonya Erina, tapi sejak hari sidang itu sudah tidak lagi. Sudah pasti Mira merasa dikhianati.""Bagaimana dia bisa bayar pengacara?" Sebelumnya Lala mengatakan Mira bukan berasal dari keluarga kaya. Ibunya jadi TKW ke luar negeri dan tidak ada kabarnya hingga sekarang, sementara Ayahnya menikah lagi dengan janda kaya tapi keluarga baru ayahnya tidak mau menerimanya. Mira kemudian dirawat oleh keluarga Kakak ibunya, Mira bisa kuliah setelah menuntut tanggungjawab ayahnya yang selama belasan tahun tidak memberi nafkah. Setelah jadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 11 | Kemenangan Tapi Kehilangan

    Hidup itu seperti perjudian. Kita harus bertaruh untuk mendapatkan. Jika salah perhitungan, kamu bahkan tidak diberi waktu bersiap-siap kehilanganSaga baru saja menutup restoran dan naik ke ruang pribadinya, ia menemukan Eva sudah bergelung di bawah Selimut di atas tempat ridur. Eva datang tanpa pemberitahuan tiga jam lalu saat Saga sedang sibuk-sibuknya di restoran, sehingga Saga baru bisa menemuinya sekarang.Saga membiarkan Eva selagi dirinya membersihkan diri di kamar mandi, sebelum kemudian bergabung dengan Eva berbaring di atas tempat tidur. Saga memandangi belakang tubuh Eva yang berbaring miring membelakanginya. "Sudah tidur, Va?" Saga ingat Eva memiliki gangguan tidur."Hmm.""Kalau belum ayo ngobrol sebentar.""Aku ngantuk.""Kalau cuma numpang tidur, kenapa ke sini?""Hmm."Semakin Saga berusaha memahami Eva, semakin Saga sadar tidak banyak yang ia tahu tentangnya. Eva selalu menutup diri, meny

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 12 | Yang (Tak) Bisa Dipercaya

    Lucunya, masih ada saja orang yang merasa kehilangan sesuatu padahal tidak pernah memiliki itu.Prita menerobos masuk ke kamar Eva saat Eva masih belum puas memaki diri sendiri.Bodoh, bodoh, bodoh.“Kamu nggak bisa melarikan diri dan mengakhiri diskusi kita dengan kamu marah, Va.” Prita duduk dengan tenang di tepi tempat tidur. “Kita selesaikan sekarang, agar kita bisa kerja lagi dengan nyaman."Eva yang sedang duduk di depan meja rias memutar kursinya menghadap Prita. “Apa yang harus aku lakukan agar Mbak Prita mau membantuku membatalkan gugatan ke Mira.” Eva sudah terlanjur janji pada Mira. Hanya karena dikhianati bertubi oleh Erina dan Eva, Eva tidak ingin Mira kehilangan kepercayaannya terhadap orang lain, dan berakhir menjadi seperti dirinya.“Beri aku satu alasan jelas dan masuk akal kenapa kita harus melakukannya.”“Mira nggak sepenuhnya salah, Mbak. Dia punya alasan kenapa sampai nekat bertindak sejauh ini.” Eva kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 13 | Laki-laki Tanpa Sikap

    Begitu mudahnya orang kecewa karena harapan tak tercapai dan kepercayaan yang dikhianati. Tapi selalu saja mereka menjebak diri di pola yang sama"Pagi."Kening Eva mengernyit, memastikan pengelihatannya saat ini. Tekstur wajah Saga terlalu nyata untuk disebut sebagai 'sisa mimpi semalam'."Apa apa? Kamu melihatku seperti sedang melihat hantu." Senyum Saga mengembang menimbulkan rasa gelisah. Lelaki itu sudah berpakaian dan wajahnya sudah tampak segar."Kenapa kamu masih di sini?""Apa seharusnya aku nggak di sini?""Ini diluar kebiasaanmu. Aku nggak pernah melihat kamu setiap bangun, meskipun kita tidur di kamarmu."Lelaki itu tersenyum lagi, seolah harinya dipastikan akan penuh keberuntungan. "Kalau begitu, mulai sekarang aku akan menunggumu bangun sebelum pergi lagi.""Kamu membuat ucapanmu terdengar seperti janji." Eva tersenyum mencemooh."Kamu bisa menganggapnya seb

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 14 | Dikenal dan Dikenang Sebagai

    Seseorang bersikap baik bukan karena kamu atau dia memang baik, itulah yang harus dilakukan agar terlihat baik-baikPada akhirnya, Saga putuskan untuk mengejar Erina. Dengan kondisi seperti itu, bahaya jika Erina berkeliaran di luar tanpa pendamping. Sementara di rumah,

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-21
  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 15 | Ditinggalkan dan Meninggalkan

    Seseorang bersikap baik bukan karena kamu atau dia memang baik, itulah yang harus dilakukan agar terlihat baik-baikPada akhirnya, Saga putuskan untuk mengejar Erina. Dengan kondisi seperti itu, bahaya jika Erina berkeliaran di luar tanpa pendamping. Sementara di rumah,

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-21

Bab terbaru

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Epilog

    Tidak ada akhir bahagia sebab kebahagiaan tidak seharusnya berakhirBali selalu menjadi tempat pelarian terbaik, persis seperti yang selama ini digambarkan di film-film atau buku, dimana tokoh utama akan menjadikan tempat itu sebagai tempat rehat.Bali memiliki semuanya. Sinar matahari, pantai, gunung, udara sejuk, makanan lezat, filosofi hidup yang melekat pada masyarakatnya, dan tentu saja penerimaan.Dibantu seorang kenalan, Eva menemukan sebuah villa kecil yang terletak di Bali bagian timur yang memiliki udara sejuk. Butuh waktu penyesuaian cukup lama bagi Eva untuk kembali percaya diri berbaur dengan masyarakat. Ia takut mendapat penghakiman, atau parahnya dikucilkan. Namun seseorang meyakinkan Eva bahwa ia di sini bukan untuk mengasingkan diri, melainkan menata kehidupan baru.Suara alarm jam dibiarkan Eva berdering-dering sampai berhenti sendiri, lima menit kemudian alarm itu kembali berdering, dan begitu seterusnya lantaran orang yang seng

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 35 | Pelukan Terbaik

    Mengais untung yang tersisa dari serangkaian buntung yang menimpaSeperti; untung ada merekaEva tiba lebih dulu di sebuah ruangan privat sebuah restoran. Yessika Emma masuk dengan tenang dan duduk di depan Eva.Tidak ada yang memulai bicara sampai Eva mengakhiri kebisuan itu. “Maaf seharusnya saya yang minta ketemu Mbak Yessi lebih dulu. Saya tahu Mas Rizal membantahnya, tapi yang saya akui itu memang benar. Saya tidak pernah bermaksud merusak rumah tangga Mbak Yessi dan Mas Rizal, itu semua karena keserakahan saya. Saya menginginkan jalan pintas yang Mas Rizal tawarkan. Saya sangat malu berhadapan dengan Mbak sekarang.”“Saat suamiku menjanjikan kamu bisa bermain di filmnya dengan imbalan mau jadi selingkuhannya, aku penasaran apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan istri dan anaknya di rumah?” Yessika menjawab dengan melempar pertanyaan serupa tamparan.Kepala Eva kian menunduk. “Saat itu yang saya pikirkan hanya diri sendiri,” akunya.&

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 34 | Melepaskan Beban

    Ketika nasehat dianggap sebagai penghambat, satu-satunya cara membuat orang itu sadar adalah dengan ditampar. Ketika dia sudah merasakan sakitnya, beri dia waktu untuk menangis, sebelum mengajaknya bangkitSebenarnya percuma saja Rizal mengelak kebenaran perselingkuhanya dengan Eva, sementara Eva sudah mengakuinya secara terbuka. Rizal menuduh Eva sebagai pembohong, sayangnya tidak ada yang percaya sebab dia tidak bisa membuktikan ucapannya sendiri. Itu hanya membuatnya makin tampak tidak tahu diri.Artikel lama mengenai dicoretnya nama Sharena Himawan digantikan dengan artis pendatang baru Evaria Dona juga kembali mencuat sebagai bukti lain perselingkuhan mereka.Jujur Saga hampir tidak punya bukti untuk membebaskan diri lantaran Rizal kekeh tidak ingin menyelesaikannya dengan mediasi. Dia berteriak kencang mengatakan dirinya juga dijebak. Maka pernyataan pelapor menjadi kunci sekarang. Apa yang ingin dia capai dengan melaporkan Eva dan Rizal melakukan kegia

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 33 | Saling Menjaga

    Jika masih ada yang tersisa untuk diselamatkan, aku tidak keberatan mati sendirian"Apa yang akan kita lakukan, La? Seharusnya Eva yang dipenjara, bukan Kak Saga."Lala tidak mengabaikan kegusaran Erina setelah mengetahui rencana mereka gagal. Semua ini gara-gara Mira, Lala bersumpah akan memberinya pelajaran nanti. Meski Eva tidak bisa terjebak dalam tuduhan prostitusi, setidaknya reaksi media terhadap pengerebekan semalam lumayan menarik.Eva digambarkan memiliki hubungan dengan dua orang pria sekaligus, salah satunya pria beristri. Semua orang mencaci betapa rendahan seorang Evaria Dona yang selama ini mereka kenal sebagai selebritis kelas atas. Padahal ini akan lebih sempurna jika mereka melihat lebih banyak foto-foto telanjang Eva, jadi mereka ada gambaran Evaria lebih rendah dari yang mereka bayangkan."Katakan sesuatu, La. Eva dan Mas Rizal mungkin cuma akan jadi saksi, sementara Kak Saga jadi satu-satunya yang dipenjara."Lala

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 32 | Benteng Runtuh, Pertahanan Lumpuh

    Jika aku hancur, aku harus hancur sendiriTentu saja Mira datang ke rumah Eva bukan tanpa alasan. Alasannya lebih dari sekadar tidak memiliki tempat tujuan lain, Mira masih punya dua teman yang mau ia repoti. Dan alasannya adalah Erina.Mira menghabiskan cukup banyak waktu untuk mencari-cari kesalahan Eva, salah satu yang getol Mira ingin ungkap adalah rumor hubungan gelap antara Eva dengan Rizal Chandra. Setiap kali Mira membicarakan itu, Erina akan mengiringnya ke pembicaraan lain. Seolah tak ingin tahu dan percaya bahwa itu sepenuhnya rumor palsu.Namun, saat terakhir kali Erina tiba-tiba mengajaknya bertemu, Erina mengaku memiliki bukti kebenaran rumor itu dan mengajak Mira untuk mengungkapnya. Tentu saja Mira bingung, setan jahat dari lembah mana yang telah merasuki jiwa suci Erina."Bukti yang kamu cari-cari itu dipegang Eva dan Rizal Chandra. Aku bisa mendapatkannya untukmu, bagaimana? Bukankah kamu mau balas dendam?""Kamu tahu

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 31 | Terperangkap Jebakan Masa Lalu

    Masa depan itu suci, masa lalu tidak boleh mencemari. Apa pun yang terjadiSetelah 3 bulan terpaksa menjadi wanita simpanan Rizal yang harus siap kapanpun Rizal menginginkannya. Menginginkan tubuhnya, lebih tepatnya. Rizal menepati janjinya. Eva dipertemukan dengan orang-orang yang berwewenang mencari bakat dari Fame Entertainment, Eva menandatangani kontrak nyaris tanpa hambatan dan ia bisa langsung menjadi pemeran utama di film garapan Rizal.Ketika Eva mulai mendapatkan popularitasnya, Eva merasa sudah tidak membutuhkan Rizal lagi. Ia mengatakan ingin mengakhiri hubungan gelap mereka dan menjalin hubungan yang lebih mengarah ke profesional. Rizal tidak mau melepas Eva begitu saja, dengan liciknya dia melemparkan sejumlah foto Eva dalam keadaan telanjang yang diambil tanpa sepengetahuan Eva.“Selama kamu masih terasa manis, aku tidak akan membuangmu," ujar Rizal mengerikan. “Lagi-lagi keputusan ada di kamu. Kamu tetap menjadi es krim favoritku atau satu Ind

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 30 | Malam yang Kembali Dingin

    Kebahagiaan itu siang yang bertamu pada malam. Bagaimana pun dunia akan kembali dingin, gelap, dan kesepianSebagai 'anak' kesayangan Pak Ibra, Eva tidak memiliki kesulitan untuk memenangkan hatinya lagi. Pak Ibra masih menyesalkan keputusan Eva meninggalkan Fame dan berkata Eva bisa kembali kapan saja.Erina juga ikut dalam makan malam mereka, dan bahkan bersama Pak Ibra, mereka bertiga sudah mengambil foto bersama. Erina mempertahankan citra suci dengan menolak ketika ditawari wine, dia mengaku belum pernah minum minuman beralkohol seumur hidup. Sontak saja Pak Ibra menertawakan kepolosan Erina. Pak Ibra membandingkan Erina dengan Eva dulu yang tampak sudah akrab dengan minuman memabukkan itu.Ya, terima kasih pada Rizal yang mencekokibya berbagai macam minuman jenis itu.Seperti pesan Saga, Eva tidak minum terlalu banyak. Kesadarannya ia jaga penuh untuk bertemu dengan Saga setelah ini.Eva berlari kecil menuju mobil Saga terparkir.

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 29 | Pagi Hari Menjelang Badai

    Bercerita artinya bukan mengumumkan kelemahan, melainkan berbagi kekuatanPagi ini barangkali menjadi pagi terbaik sepanjang hidup Evaria. Semalam ia bisa tidur lelap meski tanpa alkohol atau obat. Pertama kali yang dilakukannya begitu membuka mata adalah melihat fotonya bersama Saga di depan patung ikon Fantasiland.Rasanya apa yang mereka lakukan semalam masih seperti mimpi, foto ini menjadi satu-satunya bukti bahwa itu nyata. Sensasi bahagia ini, masihkah akan berlanjut hari ini dan esok?Sejenak Eva lupa akan kecemasan dan segala permasalahannya, kemudian Eva mengingatkan diri lagi bahwa ia tidak boleh terlena.“Ada yang asli di belakangmu, kenapa nggak berbalik dan lihat langsung?” bisik Saga disambung dengan kecupan-kecupan kecil di sepanjang tengkuk hingga belakang cuping telinga Eva.Eva menggeliat kegelian, membalikkan badannya hanya agar Saga berhenti menciuminya. Kenyataannya, Saga belum mau berhenti. Ia beralih menciumi rah

  • RAHASIA PEMERAN UTAMA   Bab 28 | Bahagia Sebentar Saja

    Jika sudah tahu tak ada yang melindungimu, bangun sendiri benteng pertahananmuEva tidak tahu berapa lama ia menangis, ketika akhirnya ia bisa menenangkan diri, langit yang semula masih terang kini meredup. Parkiran pun sudah nyaris kosong. Saga belum juga kembali, padahal Eva sudah berjaga-jaga mengunci pintu agar Saga tidak masuk dulu, sampai Eva siap.Eva terpaksa keluar, celingukan ke segala arah mencari keberadaan Saga.“Mbak Evaria?” Seseorang berseragam Fantasiland mendekati Eva. “Mari, Mbak. Sudah ditunggu Mas Saga di dalam.”“Di dalam mana?” Petugas itu hanya tersenyum dan membimbing Eva sampai melewati pintu masuk Fantasiland.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status