"Papa kejar kami, Pa." Teriak dua bocah perempuan yang sangat lucu dan menggemaskan berlarian disebuah taman bunga yang sangat indah banyak bunga-bunga bermekaran disana.
"Iya kejar kami Papa...!" Sambung seorang anak laki-laki yang tidak kalah menggemaskan. Raka pun mengejar mereka ditengah kebingungannya. Namun, saat dia mengejar mereka tiba-tiba kabut putih menyelimuti dan semuanya menghilang termasuk ketiga anaknya.
"Deva, Deva... Dimana kamu sayang?" Teriak Raka. Sambil berlari mencari keberadaan Devana. Namun, tiba-tiba dia membuka matanya dan saat mendengar suara Devana memanggilnya. Raka pun terbangun dan melihat sekitarnya dia bingung karena kini dia tengah berbaring diruangan serba putih dan jarum infus yang menancap di punggung ditangannya. Tapi dia tidak menemukan istrinya disampingnya
"Akhh... Dimana aku? De-Deva kamu dimana sayang?" Raka memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Sambil kemba
Empat hari sudah Devana dirawat dirumah sakit. akhirnya dia kini sudah diizinkan untuk pulang karena si kembar juga sudah tak bermasalah lagi. Mereka juga sudah bisa dibawa pulang, karena kondisinya mereka yang memang sudah kuat untuk keluar dari inkubator dan mereka pun sudah mengenakan kalung dengan nama masing-masing. Karena kalung pesanan Devan sudah jadi dan sudah diambil. Kini kalung itu pun dikenakan pada mereka.Santi dan Siska juga Rendi dan pekerja lainnya sudah menyiapkan penyambutan untuk Devana dan ketiga bayi kembar sang majikan. Raka pun sudah membawa mereka menuju ke rumah mereka. Dan kini mereka pun sudah sampai dirumah.Melihat sambutan dari asistennya saat dia kembali ke rumah membuat Devana merasa sangat terharu. Karena bagi Devana mereka sudah Devana anggap seperti keluarga dia sendiri."Selamat datang nyonya Deva dan juga....""Naela Ciara, Naila Clarine
Devana baru saja memberi susu pada bayinya. Tidak terasa pertumbuhan putra dan putrinya sangat pesat kini usia Cla, Cia dan Nevan pun sudah menginjak 7 bulan. Mereka pun terlihat sangat lucu dan menggemaskan.Kini Devaba dibantu Siska untuk merawat Cla dan Beban. Sedangkan Cia sudah dua hari ini dibawa menginap oleh Ana dirumahnya. Begitulah mereka selalu dimonopoli secara bergantian dan biasanya Nevan dan Cia juga sering dimonopoli oleh Ratih. Tapi karena Ratih sedang menemani Radit ke keluar kota. Jadi kini Devana lah yang merawat mereka berdua dibantu oleh Siska."Sayang aku berangkat Ke kantor dulu ya. Baik-baik dirumah, Cla dan Nevan masih tidur ya?" Tanya Raka. Yang kini tengah memakai jasnya dan bersiap untuk pergi ke kantor."Iya Cla baru saja minum susu. Sedang Nevan masih tidur belum bangun. Ya udah hati-hati ya, Mas. Nyetirnya jangan ngebut-ngebut, jangan dibiasain ngebut kalau bawa mobil,"
6 Tahun KemudianJam sudah menunjukan pukul 07.00. Sementara Devana dan Raka baru saja terbangun karena terlalu lelah setelah aktivitasnya yaitu olahraga malam diatas ranjang.Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu terdengar begitu kencang dari luar kamar mereka."Mama, Papa buka pintunya. Cia, kak Cla sama kak Nevan sudah siap berangkat sekolah Ma. Pa." Teriak Cia dari luar kamar Kedua orang tuanya itu, bocah berusia 6 tahun itu terus mengetuk pintu Kamar Devana dan Raka dengan wajah kesal dan bibirnya yang ditekuk."Astaga Mas. Lepasin aku mau bangun! Itu Cla, Nevan dan Cia mau berangkat sekolah." Devana pun berusaha melepaskan pelukan suaminya."Biarkan saja. Mereka memang bocah pengganggu. Biasanya kan pergi sekolah sama Siksa dan kadang sama bi Santi yang mengurus. Hari ini kamu libur dulu mengurus bocah-bocah nakal itu," Ucap Raka. Masih
Kini Devana, Raka dan ketiga anak kembarnya sedang berada dirumah mommy dan daddy Devana."Oma, Mama huaaaa....Nenek." Tangis Cis pun semakin kencang saat menghampiri oma, mama dan neneknya yang tengah duduk memperhatikan Nevan yang tengah asik bermain dengan kakek dan opa nya."Kenapa Cia nangis, sayang? " Tanya Devana. Yang melihat Cia menangis."Kak Cla dan papa, Ma. Mereka gak mau main sama Cia huaaaa... hiks... hiks... " Rajuk Cia dengan isak tangisnya. Sementara Cla seolah tak peduli ia malah sibuk dengan buku pelajarannya. Devana yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat putrinya yang satu itu kadang membuat dia bingung dari mana dia dapat sifat seperti itu? Dingin, Cuek, pendiam tapi kadang pemalu dan juga peminim. Kalau peminim dia tau pasti itu dapat dari bunda Raka yaitu Ratih."Udah sayang, biarin kak Cla jangan diganggu ya. dia sedang belajar sayang.
"Cia! Bisa gak sekali aja jangan ganggu aku! kamu tau nggak besok tuh ada ulangan jadi harus belajar, emang kamu gak mau belajar maunya main terus kayak gitu. Hah?!" Cla berkata dengan membentak. Membuat Nevan. Cia juga Siska terkejut dengan apa yang barusan mereka dengar dari Cla. Gadis kecil itu membentak sodara kembarnya hanya karena tidak ingin diganggu saat belajar."Huaaa.... Kakak kok bentak Cia sih? Kan Cia cuma pengen main sama Kakak tapi Kakak malah bentak-bentak Cia hiks... hiks...." Kini Cia pun menangis dengan isakan yang terdengar memilukan."Ada apa ini kok ribut-ribut?" Tanya Raka yang baru saja pulang dari kantor, tapi dia mendengar ribut-ribut dari ruang televisi dan melihat Cia tengah menangis sambil terduduk di lantai dengan isakan yang terdengar memilukan."Merra ada apa ini? Kok Cia nangis ampe kayak gitu?" Tanya Raka lagi. Dia ingin mendengar penjelasan dari Siska yang memang ber
Raka baru saja dari ruang kerjanya. Namun dia tak melihat istrinya didalam kamar. Tapi saat pintu balkon terbuka dia tersenyum melihat sang istri tengah berdiri sendirian di balkon sambil menatap langit yang memang sedang ditaburi bintang yang terlihat sangat indah.Raka pun membawa selimut untuk menghangatkan mereka karena diluar memang terasa sangat dingin. Devana pun tersenyum saat merasakan ada tangan kekar yang melingkar dipinggangnyan memeluk perutnya dengan hangat karena ada selimut juga yang menghangatkan tubuh mereka."Sayang gimana Anak-anak?" Tanya Raka. Sambil memeluk Devana dari belakang dengan selimut yang kini membungkus tubuh mereka berdua."Udah pada tidur, Mas. Cla juga udah biasa lagi sama Cia. Itu semua berkat putra kita, Nevan." Devana menjawab sambil mendekap tangan kekar Raka yang melingkar diperutnya. Tidak lupa senyuman manis yang tak luntur dari bibir ranumnya.
Dikamarnya Raka masih tidur hanya mengenakan celana pendek saja dengan bertelanjang dada. Namun, tiba-tiba dia terkejut karena tiba-tiba seseorang berdiri di samping ranjangnya dengan tatapan intens. Membuat Raka terkejut karena kehadiran perempuan yang bukan lah istrinya."Kau! A-apa yang sedang kau lakukan disini?"Tanpa menjawab. Wanita itu hanya tersenyum dan terlihat genit. Dia mengenakan pakaian yang sangat seksi mungkin dia sengaja karena ingin menggoda Raka."Siska! Sedang apa kau di kamarku. Mana istriku?"Bukannya menjawab wanita yang ternyata adalah Siska itu malah duduk disamping Raka yang kini menatapnya dengan tatapan tajam."Dirumah gak ada orang pak. Anak-anak juga masih tidur. Mumpung sepi gimana kalau kita senang-senang, jujur aku penasaran dengan keperkasaan bapak yang membuat kak Devana mendesah setiap malam." Siska berucap dengan nada suara dibuat-buat seperti mendesah."Gila kamu! Keluar dari kamarku. Mau be
Devana pun meletakan kotak kecil yang dia bawa di pangkuan suaminya. Raka menoleh pada Devana dengan raut wajah bingung."Ini apa?" Tanya Raka."Buka aja, Mas. Tadinya aku mau kasih kado ini saat Anniversary kita. Tapi masih agak lama," Jawab Devana. Dengan senyuman manisnya.Raka pun membuka kotak itu dan dia sangat terkejut saat melihat isi kotak itu. Dia menoleh ke arah Devana dan menatap lekat wajah cantik istrinya itu."Ini beneran kan, Yang? Kamu gak lagi becandain Mas." Raka bertanya pada Devana dengan mata yang berkaca-kaca.Devana mengangguk lalu tersenyum dengan menatap wajah suaminya. Air mata Raka pun menetes. Karena sangat bahagia dengan kabar yang diberikan oleh istrinya. Raka memeluk istrinya dengan erat sambil menggenggam kotak yang ternyata berisi alat tes kehamilan dan juga beberapa lembar kertas hasil pemeriksaan dari dokter kandungan."Sudah 5 minggu sayang. Dan kamu bermaksud merahasiakan ini sampai Anniversa