"Apa itu yang kau maksud dengan seseorang yang tidak bisa aku provokasi?" Rendy tiba-tiba berkata, dan berjalan kearah Martin. Menyaksikan pria yang dikatakan dapat membunuh manusia biasa hanya sekali tamparan tidak lagi memiliki tangan kanan, Rendy dengan ringan berkata, "Ternyata hanya omong kosong belaka. Sampah tak berguna!" "Kau... kau..." Mata Martin melebar, melihat kearah Rendy dengan mulut bergetar dan terbata-bata berkata, "Seniman... Seniman Beladiri... tingkat tengah...."Perkataan Martin membuat Sunjaya mengerutkan keningnya, dan sekali lagi melihat kearah Rendy dengan kerutan di wajahnya. Sama halnya dengan Sunjaya, Sutan Banu yang sejak awal tidak terlalu memperhatikan hal di sekitarnya juga mulai mengangkat kepalanya, dan melihat kearah Rendy. Tatapan keduanya menyipit, dan tak butuh lama sebelum kejutan muncul dia wajah mereka. "Benar-benar Seniman Beladiri tahap tengah..." Sunjaya bergumam dengan kejutan di antara kata-katanya. Tapi Rendy tidak mendengarnya, da
"Jangan lupa juga dengan tawaran yang kami berikan." Sunjaya tiba-tiba berkata kepada Rendy, "Asalkan kamu mau menjadi pengawal cucuku, aku akan membantumu menemukan adikmu. Ini bukan hanya sekedar bertemu, mungkin juga bisa membawanya kembali."Rendy menggigit giginya, merasa sangat kecil, dan dingin bertanya, "Bagaimana denganya?" Orang yang Rendy maksud ada Sutan Banu. Setelah semua yang terjadi sekarang, bisakah Sunjaya menghadapinya? Dilihat dari caranya yang memberikan janji lebih baik daripada Sutan Banu, tampaknya Sunjaya ini memiliki identitas yang lebih kuat daripada Sutan Banu. Itu bisa dilihat jelas saat Sutan Banu segera menoleh kearah Sunjaya dengan tatapan yang serius. "Kita lupakan saja semuanya. Aku yakin dia akan baik-baik saja." Jawab Sunjaya sangat yakin kepada Rendy. Jawaban itu juga membuat keseriusan di wajah Sutan Banu merendah, tapi dia masih berkata, "Seniman Beladiri tahap tengah di umurnya yang sekarang, dia bisa dianggap sebagai jenius. Menariknya dal
"Apa itu?" Agam, yang sedang berjaga-jaga di luar gedung tiba-tiba berkata."Itu seperti sebuah matahari kecil," komisaris Burhan yang ada di sebelah Agam menjawab, dan menyipitkan matanya. Sebelumnya, ketika komisaris Burhan keluar gedung, dan mengamankan situasi, dia bertemu dengan Agam dan mulai mensterilkan situasi di sekitarnya. Ketika ada ledakan berulangkali kali di dalam gedung, mereka berdua jelas mendengarnya, dan terkejut. Tapi mereka tidak berani untuk masuk dan melihatnya. Baru ketika melihat sesuatu yang melayang di udara, keduanya bereaksi. "Apakah itu Naga?" Agam berkata dan merasa sedikit tidak yakin. Karena, seperti yang dilihat oleh orang-orang di dalam gedung sebelumnya, Agam juga menyaksikan penampakan kepala Naga berwarna keemasan yang melayang di udara. Tapi karena jaraknya terlalu jauh, dia masih tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. "Tapi... Kenapa itu seperti Tuan Red?" Komisaris bergumam, dan tiba-tiba melihat kearah Agam. Agam juga melihat kearahny
Pada saat yang bersamaan dengan orang-orang masih bergosip diluar, Rendy yang ada di dalam kamar tampak berulang kali mengerutkan keningnya. Dia masih tertidur dan menutup matanya di tempat tidur, tapi kerutan dan butiran-butiran keringat terus bermunculan di keningnya. Melihat sesuatu yang mustahil, Rendy sangat ketakutan dengan apa yang dilihat dalam mimpinya. Seekor Naga, benar-benar nyata dengan tubuh sangat besar dan panjang hampir tidak bisa di ukur, Rendy melihat bahwa dia sedang melayang di antara kekosongan luar angkasa, dan beberapa makhluk aneh, seperti manusia, seperti monster dengan berbagai ukuran sedang mengepungnya. Ribuan makhluk aneh yang seperti sebuah semut di depan Naga berwarna keemasan itu tampak seperti semut, tapi begitu, meskipun Rendy tidak pernah melihatnya, dia menemukan bahwa mereka tidak biasa. Dengan membawa pedang, dan berbagai senjata yang sama sekali tidak ada di bumi, mereka mencoba untuk membunuh Naga raksasa itu. "Cling!"Kilatan cahaya puti
Sampai Lilya menceritakan semua hal yang terjadi, Rendy akhirnya mengerti, dan samar-samar ingatannya mulai kembali. Tidak semuanya, tapi Rendy tahu semua hal ini di mulai dari mana. Naga.Yah, semua hal yang terjadi dengan dirinya selama ini adalah karena Tato Naga di tubuhnya. Kenapa dia bisa melihat tubuhnya, dan semua hal yang dia alami selama ini, itu adalah karena dia mendapatkan tato Naga ini sejak dua tahun lalu. Sekarang, ketika sampai disini, akhirnya Rendy tidak lagi menjadi bingung, dan kepalanya terasa ringan. Seperti sebuah awan mendung menghilang, semuanya menjadi jelas. Akan tetapi, dengan kepalanya yang menjadi jernih, banyak hal yang tiba-tiba bermunculan di ingatan Rendy. Suatu yang aneh, kata-katanya yg tidak mengerti entah darimana tiba-tiba muncul di ingatannya. Membuatku berkelir, dan tampak berekpresi. "Kakak, apakah kamu baik-baik saja?" Liliya bertanya saat melihat ekspresi Rendy terus berubah. Rendy menggelikan kepalanya, tidak melihat dan dengan ring
"Itu...." Sunjaya sedikit terdiam dan memberikan senyum malu di wajahnya. Jika di masa lalu, saat Sunjaya mendapatkan respon dingin Rendy semacam ini, dia akan segera mendengus jijik, dan mencibir. Tapi hari ini, setelah melihat sesuatu yang terjadi beberapa waktu lalu, dan bahkan hampir membuat dirinya kehilangan nyawa, pria tua itu tidak lagi bisa menganggap Rendy sebagai pemuda biasa.Lebih dari itu, pria di depannya ini bukan hanya sekedar pemuda biasa, tapi juga di luar imajinasinya. Keadaannya yang masih duduk di kursi roda adalah bukti nyata. Dari itu semua, saat melihat wajah dingin tanpa ekspresi dan bahkan sedikit sinis pada pemuda di depannya ini, kali ini Sunjaya hanya merasakan ketakutan dan perasaan dingin di punggungnya. Sunjaya tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia merasa bahwa saat melihat Rendy lagi, dia merasa bahwa pemuda ini lebih mengerikan daripada sebelumnya. Tatapan acuh tak acuh dan ketidakpedulian itu seakan-akan membuat Sunjaya berpikir bahwa pemuda ini
"Tuan Red, apakah maksud Anda adalah kalung yang Dayana kenakan?" Sunjaya tiba-tiba bertanya setelah mendengar pembicaraan sebelumnya. Rendy menoleh kearah Sunjaya saat mendengar pertanyaan itu, tapi dia tidak merespon dan kembali melihat kearah Dayana.Sebenarnya, Rendy tidak benar-benar tahu apa yang ada disana, dia hanya merasakan bahwa ada energi spiritual yang samar-samar terpancar dari dada Dayana. Dia tidak benar-benar tahu jika itu adalah kalung. Apa yang diinginkan oleh Rendy adalah untuk memeriksanya, karena hal itu menarik perhatiannya. Tapi sejak awal Dayana ini selalu salah mengartikan, dan berpikir jika dirinya tertarik dengan dadanya. Sekarang, Dayana sendiri juga mulai mengerti dan lebih tenang, tapi dia masih menatap kearah Rendy dengan waspada dan berkata, "Tidak mungkin! Aku tidak akan menunjukkannya padamu." Dilihat dari cara bicara dan kewaspadaan Dayana sampai-sampai menutupi dadanya menggunakan kedua tangan, Rendy menebak bahwa adalah hal yang spesial. Hal
Suasana hati Rendy hari ini benar-benar baik saat berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, jadi dia hanya memberikan "hehe" pelan pada Dayana. Senyum lucu, yang biasanya tidak mungkin muncul saat Rendy mendapatkan respon dingin semacam itu. Tidak marah, Rendy hanya merasa sangat lucu saat melihat Dayana kehilangan kontrolnya. Tapi tetap saja, dia tidak akan terus mengurusnya dan melihat kearah Sunjaya. "Tulang yang pada di kaki dan beberapa anggota tubuhmu bukanlah masalah, tapi akan agak sulit untuk menyembuhkan luka yang lebih tersembunyi." "Apakah benar-benar bisa di sembuhkan?" Sunjaya buru-buru bertanya dengan semangat saat mendengar kata-kata Rendy. Tapi tidak untuk Dayana, yang terus mencibir dan melirik Rendy dengan jijik serta sinis. Wanita itu tampaknya benar-benar sakit hati padanya. Untungnya Rendy bukan seseorang yang suka mencari masalah terhadap wanita, dan hanya mengangguk pelan pada Sunjaya. Anggukan Rendy adalah berkah yang segera membuat Sunjaya sangat bers
Tuan Cheng merasa ragu dengan apa yang Bella berikan, dan mencoba membukanya hanya untuk terdiam saat melihat apa yang ada di dalamnya. Tidak ada bedak atau peralatan kecantikan di dalam wadah kosmetik sepuluh sentimeter persegi itu, melainkan tampilan layar hijau penuh dengan dua titik yang tampaknya berjarak cukup jauh. "Itu adalah radar yang telah aku persiapkan," Bella menjelaskan sambil menunjukkan titik merah kecil di layar, "Titik merah di tengah adalah tempat dimana kita sedang berada, sedangkan titik yang ada di depan adalah Sima Cho berada." "Jadi, sebenarnya...." Tuan Cheng segera mengerti dan melihat kearah dua pria dan wanita di depannya. Bella membenarkan dan sekali menjelaskan, "Kami memang memiliki radar dan tahu dimana Sima Cho berada, dan kemungkinan besar dia akan menuju tempat Sekte Misterius itu berada. Tapi kami tidak tahu medan di pegunungan ini, jadi kami akan meminta Tuan Cheng untuk menunjukkan jalannya." "Jadi begitu...." Tuan Cheng sekali lagi melihat
Pagi hari. Saat cuaca masih dingin, tapi cahaya matahari mulai naik, Tuan Cheng yang masih tertidur di tenda mulai membuka matanya, dan berkedip beberapa kali sebelum melihat sekelilingnya beberapa waktu. "Aduh...." Mengelus tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa sakit, kedua matanya tiba-tiba terbuka lebar dan seketika berdiri. "Benar... Kemarin malam...." Pria paruh baya itu tiba-tiba berlari keluar tenda dan berteriak. "Tuan Red! Tuan Red! Bahaya!" Dengan berteriak dan berlari terburu-buru, Tuan Cheng yang tampak panik segera tiba di tempat Rendy berada. Di sana, Rendy ternyata sudah bangun dan sedang minum kopi, tampak santai dan tenang menoleh ke arahnya. "Baru bangun?" "Ya.. yah!" Menjawab sambil mencoba mengatur nafasnya, Tuan Cheng kembali menjadi panik dan buru-buru berkata, "Itu, Tuan Sima, dia... Dia pergi! Saat saya bangun tadi, saya tidak melihat tanda-tandanya. Selain itu... Saya ingat jika kemarin malam--""Oh... Apakah Tuan Cheng sudah bangun?" Suara Bella memot
"Demi Dewa! Apakah dia Manusia?" Satu penembak jitu di atas tebing tampak terkejut dan tidak percaya saat melihat sosok Rendy melalui teropong. "Jangan banyak bicara! Kita harus cepat pindah lokasi!" Satu sniper lain segera memperingatkannya dan mulai berbalik. Tapi, "bom" segera terdengar dan menghentikannya keduanya untuk bergerak lebih jauh. Berdiri di atas tebing, dua orang itu sangat terkejut dan berhenti bergerak saat menyaksikan sesosok manusia berjalan dari gumpalan awan es. Tapi keduanya segera tersadar dan mengambil pistol. "Dor!""Dor!"Dua tembakan pistol terdengar, tapi sosok Rendy telah menghilang dari hadapan keduanya. "Dimana bocah itu?" "Apakah kita menjatuhkannya?" Keduanya saling bertanya dengan aksen Mandarin, tapi kemudian berhenti saat mendengar suara acuh tak acuh di belakangnya. "Apakah kalian mencariku?" "Kau?" Keduanya kembali terkejut dan berbalik saat mendengar Rendy juga menggunakan aksen Mandarin. Tapi Rendy tidak lagi basa basi dan sudah muncul
Siang hari, kelompok Rendy akhirnya tiba di Kota Babao. "Kota Babao sebenarnya adalah kota yang sudah ada di Pegunungan Qilian. Jika seseorang ingin mendaki gunung, ini adalah titik awal pendakian." Tuan Cheng mulai menjelaskan kepada Rendy. Setelah melakukan perjalan setengah hari bersama-sama, Tuan Cheng mengetahui bahwa pemimpin dari kelompok mereka adalah Rendy. Awalnya dia berpikir bahwa Rendy sedang melakukan pendakian atau berwisata ke Pegunungan, tapi dia menemukan bahwa pria ini tidak terlihat seperti seorang pendaki. Dikatakan sebagai turis juga bukan, meskipun Bella, wanita itu terlihat terlalu cantik untuk menjadi seorang pendaki, dia juga tidak terlihat sebagai orang yang sedang berlibur. Di situlah Tuan Cheng merasa ragu, tapi dia masih menjelaskan hal-hal tentang Pegunungan Qilian sebagai seorang profesional. "Menurut koordinator yang di berikan oleh Tuan Sima Cho, kita akan menuju ke Gunung Qilian yang dikatakan perbatasan akhir ke Gunung Kunlun. Untungnya itu mas
Mengetahui bahwa saat tiba di Kota Xining adalah sore hari, Rendy memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Qilian esok hari. Bukan karena dia terlalu lama membuang waktu, tapi ada hal yang perlu dia lakukan untuk saat ini. Mengorek informasi dari Sima Cho, bahwa ada sebuah Sekte budidaya di Pegunungan Qilian, Rendy berpikir bahwa kekuatannya saat ini masih terlalu lemah. Meski tidak bisa di pastikan kebenarannya, Rendy memilih untuk mempersiapkan dirinya sendiri, bagaimanapun itu adalah sebuah Sekte. Jadi, pada malam harinya, Rendy sudah duduk di dalam kamar hotel sambil mengeluarkan kalung yang dia dapatkan dari Dayana. Keluarga Magata mungkin berpikir bahwa kalung warisan Keluarga mereka bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Rendy tahu bahwa itu adalah hal yang langka di bumi. Batu Spiritual. Batu yang memiliki energi spiritual antara langit dan bumi, itu adalah batu yang di gunakan oleh Dayana sebagai kalung. Berbicara tentang batu spi
Wajah Rendy kali ini menjadi dingin, dan membuat tubuh Sima Cho gemetar ketakutan. Benar-benar sangat takut, Sima Cho seketika jatuh ke tanah dengan air kencing yang mulai membasahi celananya. Sima Cho, pria dewasa dan dihormati di manapun berada itu sebenarnya mulai kencing di celana. "Hum?" Ketika Rendy melihatnya, seketika dia mengerutkan keningnya dan berhenti. Tapi dia tidak peduli dengan keadaan Sima Cho dan dengan dingin berkata, "Jangan berpikir bahwa aku akan melupakan semua perbuatanmu." "Bang!" Seketika Sima Cho menjatuhkan kepalanya ke tanah dengan keras dan bersujud kepada Rendy. "Tu-tuan.... Master... Grandmaster... Tuan Yang Agung! Sa-sa-saya... Mengaku salah! Tolong ampuni nyawa saya.... Apapun akan saya lakukan untuk menebus semua dosa-dosaku." "Apa menurutmu nyawamu setimpal dengan semua yang telah kamu lakukan?" Nada suara Rendy terdengar sangat dingin. Mengingat tentang kematian kedua orang tuanya, dan keberadaan adik perempuannya yang tidak diketahui, apa
"Ledakan!"Energi di seluruh tubuh Ba Ringin meledak, dan dengan raungan, harimau di belakangnya mulai bergerak. "Bom.""Bom." "Bom."Seolah-olah terjadi gempa bumi, harimau raksasa itu seolah-olah membawa kehancuran saat bergerak. "Rooarr!" Membuka mulutnya, dan berlari di tanah, harimau itu meninggal kekacauan di belakangnya. "Menarik...." Tidak memiliki waktu untuk berkomentar, Rendy mulai serius dan memasang kuda-kuda. Meremas jari-jari di tangan kanannya, waktu di sekitar Rendy tiba-tiba berhenti, kemudian bergetar, dan dengan "ledakan" raungan Naga seketika terdengar. "Groooarrh!!" Meninju udara di depannya, kepala Naga Merah, seperti sebuah darah kental terbang dari balik tinju Rendy. Memiliki ukuran yang sama dengan harimau raksasa di sisi lain, keduanya akhirnya bertemu. "Boom!""Boom!"Dunia seakan-akan mengalami kehancuran, bumi mulai bergetar, debu dan angin tiba-tiba datang menghantam segalanya. "Boom!" Seolah-olah ada gunung yang meletus, suara ledakan itu te
"Kamu?" Wajah Ba Ringin kali ini menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tidak lagi mengabaikan atau meremehkan pria muda di depannya, Ba Ringin mulai melihatnya dengan tatapan serius dan waspada. Karena barusan, satu serangan Rendy memberikan banyak dampak pada tangan dan pikirannya. Rasa sakit dan kesemutan pada pergelangan tangannya membuktikan bahwa apa yang dilakukan Rendy sebelumnya bukanlah sesuatu yang bisa di anggap remeh. Dari kejadian itu, Ba Ringin juga harus berpikir dan yakin bahwa pria ini memiliki kedudukan yang sama dengannya. Tidak! Ba Ringin melihat sesuatu yang berbeda dan membuat keningnya berkerut. "Grandmaster... Apakah kamu seorang Grandmaster?" Tidak menjawab, Rendy hanya memberikan senyum tipis, dan berkata, "Jika kamu tahu, sebaiknya kamu segera menyingkir." "Hehehe...." Tiba-tiba Ba Ringin tertawa kecil dan melihat Rendy dengan pandangan berbeda. Itu seperti pertama kali melihatnya, ada sedikit antispasi dan harapan di kedua matanya. Tapi tidak ada lagi
"Ini...."Dua teman dan dua orang di dalam villa secara bersamaan terkejut saat melihat kejadian itu. Tapi Rendy tidak memperdulikan reaksi di sekitarnya, dan sekali lagi bergerak. Sama seperti yang muncul di cctv sebelumnya, gerakan Rendy kali ini benar-benar cepat dan mustahil untuk dilihat melalui mata telanjang. Apa yang muncul di layar cctv hanya sebuah bayangan yang meluncur pada dua orang di sisi lain yang masih terkejut selama seperkian detik, dan dua kali suara tubuh teredam terdengar. "Bam.""Bam." Dua tubuh yang jatuh ke tanah sejauh sepuluh meter, dan tidak lagi bergerak menjadi kengerian yang segera Sima Cho rasakan. Jantungnya berdetak kencang, dan ketakutan mengakibatkan keringat dingin membasahi punggungnya. Abnormal. Adalah kata-kata yang bisa Sima Cho pikirkan. Tidak pernah sekalipun dia berpikir bahwa ada manusia yang memiliki kekuatan semacam itu. Sepanjang hidupnya, pemandangan semacam ini adalah pertama kalinya dia temui.Dua orang Seniman Beladiri Kuno t