"Aku akan segera menikah! Menikah dengan tuan!" Bella berteriak dalam hatinya, dan kemudian melihat Rendy dengan mata berkaca-kaca. Percaya atau tidak, sepertinya Bella sangat senang saat mengetahui bahwa keberuntungan akan segera menghampirinya. Dengan Rendy yang memberinya bunga itu, Bella juga sudah sangat yakin jika orang yang akan menikahinya adalah dia.Jadi, saat menyaksikan Rendy yang sedang berjalan dengan langkah kaki ringan tapi mantap disana, Bella tidak bisa mengalihkan pandangannya. Seolah-olah sedang menyaksikan pangeran impiannya pergi mengambil kuda sebelum kembali lagi untuk menjemput dirinya.Bella tidak sendirian saat melihat Rendy yang berjalan di tengah-tengah kerumunan. "Siapa pria itu?" Hampir semua orang juga melihatnya, dan bertanya-tanya tentang identitasnya. "Barusan, mempelai wanita mengatakan bahwa dia adalah orang yang datang kemari tanpa diundang." "Tanpa diundang? Bukankah berarti dia orang yang tidak dikenal?""Tampaknya mempelai wanita itu meng
"Garry!!" Darlan berteriak dan berdiri saat melihat putranya tergeletak seperti itu. Wajahnya tampak sangat khawatir, dan buru-buru untuk bergerak memeriksanya. Akan tetapi, dia segera berhenti setelah satu langkah berjalan, karena Rendy sedang menatapnya dengan dingin, dan membuat seluruh tubuh gemuk Darlan menegang. Hawa dingin segera menyelimuti dirinya, dan perasaan akan kematian secara tak sadar membuat Darlan kembali duduk ke tempatnya. Sangat ketakutan, dia tidak lagi berani bergerak, atau hanya sekedar bersuara. Tapi, dia masih mengkhawatirkan putranya, dan menoleh kearah Sunjaya untuk meminta pertolongannya. "Jangan khawatir, putramu masih hidup." Kata Sunjaya ringan dan bermartabat kepada Darlan, yang masih tidak melihat kearahnya. Tatapan Sunjaya sangat serius melihat kearah Rendy. Seolah-olah telah menemukan sesuatu yang mencengangkan, kedua alisnya berkerut dengan pikiran keras di wajahnya. Rendy juga melirik kearah Sunjaya, tapi dia tidak mengatakan apapun, dan be
"Apa itu yang kau maksud dengan seseorang yang tidak bisa aku provokasi?" Rendy tiba-tiba berkata, dan berjalan kearah Martin. Menyaksikan pria yang dikatakan dapat membunuh manusia biasa hanya sekali tamparan tidak lagi memiliki tangan kanan, Rendy dengan ringan berkata, "Ternyata hanya omong kosong belaka. Sampah tak berguna!" "Kau... kau..." Mata Martin melebar, melihat kearah Rendy dengan mulut bergetar dan terbata-bata berkata, "Seniman... Seniman Beladiri... tingkat tengah...."Perkataan Martin membuat Sunjaya mengerutkan keningnya, dan sekali lagi melihat kearah Rendy dengan kerutan di wajahnya. Sama halnya dengan Sunjaya, Sutan Banu yang sejak awal tidak terlalu memperhatikan hal di sekitarnya juga mulai mengangkat kepalanya, dan melihat kearah Rendy. Tatapan keduanya menyipit, dan tak butuh lama sebelum kejutan muncul dia wajah mereka. "Benar-benar Seniman Beladiri tahap tengah..." Sunjaya bergumam dengan kejutan di antara kata-katanya. Tapi Rendy tidak mendengarnya, da
"Jangan lupa juga dengan tawaran yang kami berikan." Sunjaya tiba-tiba berkata kepada Rendy, "Asalkan kamu mau menjadi pengawal cucuku, aku akan membantumu menemukan adikmu. Ini bukan hanya sekedar bertemu, mungkin juga bisa membawanya kembali."Rendy menggigit giginya, merasa sangat kecil, dan dingin bertanya, "Bagaimana denganya?" Orang yang Rendy maksud ada Sutan Banu. Setelah semua yang terjadi sekarang, bisakah Sunjaya menghadapinya? Dilihat dari caranya yang memberikan janji lebih baik daripada Sutan Banu, tampaknya Sunjaya ini memiliki identitas yang lebih kuat daripada Sutan Banu. Itu bisa dilihat jelas saat Sutan Banu segera menoleh kearah Sunjaya dengan tatapan yang serius. "Kita lupakan saja semuanya. Aku yakin dia akan baik-baik saja." Jawab Sunjaya sangat yakin kepada Rendy. Jawaban itu juga membuat keseriusan di wajah Sutan Banu merendah, tapi dia masih berkata, "Seniman Beladiri tahap tengah di umurnya yang sekarang, dia bisa dianggap sebagai jenius. Menariknya dal
"Apa itu?" Agam, yang sedang berjaga-jaga di luar gedung tiba-tiba berkata."Itu seperti sebuah matahari kecil," komisaris Burhan yang ada di sebelah Agam menjawab, dan menyipitkan matanya. Sebelumnya, ketika komisaris Burhan keluar gedung, dan mengamankan situasi, dia bertemu dengan Agam dan mulai mensterilkan situasi di sekitarnya. Ketika ada ledakan berulangkali kali di dalam gedung, mereka berdua jelas mendengarnya, dan terkejut. Tapi mereka tidak berani untuk masuk dan melihatnya. Baru ketika melihat sesuatu yang melayang di udara, keduanya bereaksi. "Apakah itu Naga?" Agam berkata dan merasa sedikit tidak yakin. Karena, seperti yang dilihat oleh orang-orang di dalam gedung sebelumnya, Agam juga menyaksikan penampakan kepala Naga berwarna keemasan yang melayang di udara. Tapi karena jaraknya terlalu jauh, dia masih tidak yakin dengan apa yang dilihatnya. "Tapi... Kenapa itu seperti Tuan Red?" Komisaris bergumam, dan tiba-tiba melihat kearah Agam. Agam juga melihat kearahny
Pada saat yang bersamaan dengan orang-orang masih bergosip diluar, Rendy yang ada di dalam kamar tampak berulang kali mengerutkan keningnya. Dia masih tertidur dan menutup matanya di tempat tidur, tapi kerutan dan butiran-butiran keringat terus bermunculan di keningnya. Melihat sesuatu yang mustahil, Rendy sangat ketakutan dengan apa yang dilihat dalam mimpinya. Seekor Naga, benar-benar nyata dengan tubuh sangat besar dan panjang hampir tidak bisa di ukur, Rendy melihat bahwa dia sedang melayang di antara kekosongan luar angkasa, dan beberapa makhluk aneh, seperti manusia, seperti monster dengan berbagai ukuran sedang mengepungnya. Ribuan makhluk aneh yang seperti sebuah semut di depan Naga berwarna keemasan itu tampak seperti semut, tapi begitu, meskipun Rendy tidak pernah melihatnya, dia menemukan bahwa mereka tidak biasa. Dengan membawa pedang, dan berbagai senjata yang sama sekali tidak ada di bumi, mereka mencoba untuk membunuh Naga raksasa itu. "Cling!"Kilatan cahaya puti
Sampai Lilya menceritakan semua hal yang terjadi, Rendy akhirnya mengerti, dan samar-samar ingatannya mulai kembali. Tidak semuanya, tapi Rendy tahu semua hal ini di mulai dari mana. Naga.Yah, semua hal yang terjadi dengan dirinya selama ini adalah karena Tato Naga di tubuhnya. Kenapa dia bisa melihat tubuhnya, dan semua hal yang dia alami selama ini, itu adalah karena dia mendapatkan tato Naga ini sejak dua tahun lalu. Sekarang, ketika sampai disini, akhirnya Rendy tidak lagi menjadi bingung, dan kepalanya terasa ringan. Seperti sebuah awan mendung menghilang, semuanya menjadi jelas. Akan tetapi, dengan kepalanya yang menjadi jernih, banyak hal yang tiba-tiba bermunculan di ingatan Rendy. Suatu yang aneh, kata-katanya yg tidak mengerti entah darimana tiba-tiba muncul di ingatannya. Membuatku berkelir, dan tampak berekpresi. "Kakak, apakah kamu baik-baik saja?" Liliya bertanya saat melihat ekspresi Rendy terus berubah. Rendy menggelikan kepalanya, tidak melihat dan dengan ring
"Itu...." Sunjaya sedikit terdiam dan memberikan senyum malu di wajahnya. Jika di masa lalu, saat Sunjaya mendapatkan respon dingin Rendy semacam ini, dia akan segera mendengus jijik, dan mencibir. Tapi hari ini, setelah melihat sesuatu yang terjadi beberapa waktu lalu, dan bahkan hampir membuat dirinya kehilangan nyawa, pria tua itu tidak lagi bisa menganggap Rendy sebagai pemuda biasa.Lebih dari itu, pria di depannya ini bukan hanya sekedar pemuda biasa, tapi juga di luar imajinasinya. Keadaannya yang masih duduk di kursi roda adalah bukti nyata. Dari itu semua, saat melihat wajah dingin tanpa ekspresi dan bahkan sedikit sinis pada pemuda di depannya ini, kali ini Sunjaya hanya merasakan ketakutan dan perasaan dingin di punggungnya. Sunjaya tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia merasa bahwa saat melihat Rendy lagi, dia merasa bahwa pemuda ini lebih mengerikan daripada sebelumnya. Tatapan acuh tak acuh dan ketidakpedulian itu seakan-akan membuat Sunjaya berpikir bahwa pemuda ini