Part 38
Let's fight for the right, bring your spirit to your glory!
*****
Satu malam sebelum Alexandra memberanikan diri datang ke kerajaan. Albanus dan Devilla saling bertemu untuk merencanakan sesuatu, tetapi mereka terbuai dengan keadaan saling menyukai satu sama lain.
Malam itu di dalam gua Devilla saat sinar bulan purnama sempurna, penyihir Devilla dan Albanus terbuai dengan hubungan terlarang mereka. Keduanya sedang menikmati sentuhan masing-masing yang saling menyesap satu sama lain. Suara gemericik air yang mengucur dari ujung batu runcing dari dalam gua menjadi pengiring di sekitar dua insan yang terlena itu.
Perlahan - lahan tangan Albanus mulai merangkak bergerilya menuju bagian sensitif milik makhluk itu tanpa rasa jijik. Pria tua itu benar-benar mabuk kepayang. Dia mencodongkan tubuhnya ke samping dan mulai meraba.
Devilla yang sebenarnya bertubuh mengerikan penuh rongga dan keriput. Namun, Albanus terbuai oleh sihir yang
Part 39 The most beautiful people we have known are those who have known defeat, known suffering, known struggle, known loss, and have found their way out of those depths.–Elisabeth Kubler-Ross ***** "Kau bukan Ares, siapa kau?" pekik gadis itu menantang sang naga yang sudah turun dan berjalan mendekat ke arah gadis itu. Naga itu mendenguskan asap dari lubang hidungnya ke arah wajah Alex. Hawa panas sangat terasa kala gadis itu merasakan embusan asap tersebut. "Albanus bagaimana ini? Apa kau tau kalau dia dapat mengalahkan sang naga dan mengaku Ratu dari Bukit Kegelapan sampai bisa mendapatkan pedang yang pernah dicari oleh ayahku," ucap Evander. "Kau percaya dia sang ratu itu?" Albanus mencoba meracuni pikiran sang raja. "Aku percaya karena buktinya dia bis
Part 40. The world is in a constant conspiracy against the brave. It’s the age-old struggle: the roar of the crowd on the one side, and the voice of your conscience on the other. – Douglas MacArthur ***** Dengan penuh kesal, amarah dan sedih, Raja Evander melepas baju Zirah yang ia kenakan. Sehabis memakai pakaian ganti ia melewati pintu menuju ruang duduk. Di sana terdapat dua sofa kayu besar itu yang berhadapan di sela meja rendah tiga bagian. Pria itu menuju ke arah jendela yang menampilkan pemandangan ke arah beranda di kamarnya. Pria itu melihat cahaya di luar sana. Ia merasa pasti sekarang sudah tengah malam meskipun bulan berselimut awan. Tiba-tiba, Tuan Albanus menyuruh Raja Evander untuk duduk di salah satu sofa dan dia duduk di seberang Evander. Pria tua bangka itu memerintahkan Ibu Rose untuk menyajikan makan malam dengan lauk ayam dan potongan-potongan jeruk yang dimasak dengan saus minyak zaitun. Di sampingnya minyak zaitun
Part 41Know thy self, know thy enemy. A thousand battles, a thousand victories. — Sun Tzu.*****"Hei, jaga ucapanmu anak muda! Dasar raja yang bodoh, hahaha..." Albanus menoleh pada Devilla yang menyambutnya dengan senyum menyeringai."Kau... kau memang monster! Aku jadi yakin kalau kau yang merencanakan pembunuhan ayahku dan juga adikku, benarkan Albanus?" Evander berseru penuh amarah."Hahahaha... Anda pintar ya sekarang," ucap pria tua bangka itu dengan bertepuk tangan meledek Evander.Raja Evander langsung menyerang Albanus, terjadi perkelahian seru antara keduanya. Hebatnya lagi Devilla membuat suasana sunyi sampai para pengawal tak mendengar keributan itu.Pihak Albanus mulai terdesak karena kalah tenaga. Evander mulai membuatnya terpojok. Pria paruh baya itu sampai jatuh di lantai dan terkena pukulan berkali-kali. Akan tetapi, pria tua bangka itu mendapat bantuan dari kekuatan Devilla.Sihir dari Devilla membuat
Part 42When you love someone, and you love them with your heart, it never disappears.”(Ketika kamu mencintai seseorang, dan kamu mencintai mereka sepenuh hati, maka perasaan itu tidak akan pernah hilang.) — Forget Paris.*****"Alex?" Evander berseru kala melihat gadis itu muncul dari balik punggung Naga Ares.Alex hanya terdiam dan tetap berdiri di tempatnya. Ia menjaga jarak dengan Evander. Namun, pria itu mulai melangkah mendekati dengan langkah gontai. Luka di tubuhnya cukup dalam kala itu. Terutama di bagian kakinya yang sempat terantuk batu besar kala dijatuhkan ke sungai."Aku tau kau marah padaku, aku memang layak mendapatkan hukuman seperti ini. Aku hanya pria bodoh yang tak mampu membedakan mana yang jujur mana yang dusta," ucap Evander. Ia menghela napas berat lalu mengembuskannya.Pohon besar penuh akar gantung yang menjalar itu menjadi tempat Evander untuk menyandarkan punggungnya. Ia mulai terlihat letih dan kekasih. Bahka
Part 43When you love someone, and you love them with your heart, it never disappears.”(Ketika kamu mencintai seseorang, dan kamu mencintai mereka sepenuh hati, maka perasaan itu tidak akan pernah hilang.) — Forget Paris.***"Sudah kubilang jangan takut. Ayo, naik!" Alex memaksa Evander untuk naik ke punggung sang naga. Pria itu akhirnya menurut."Pegangan!" seru Ares lalu terbang menembus kumpulan awan putih di langit cerah itu. Mereka menuju The Dark Hill.Sesampainya di sana, Evander menelisik ke arah sekitar. Bola matanya bergerak mengelilingi kawasan Bukit Kegelapan itu. Ia masih ingat jelas bagaimana ayahnya meninggal di bukit tersebut. Dia juga masih ingat jelas bagaimana Devilla membawa lari adiknya dan membunuhnya."Hei, ayo masuk ke dalam!" ajak Alex.Mereka melangkah masuk ke dalam gua milik Naga Ares. Tuan Obis terperanjat kelangsungan sosok sang Raja Anathema datang bersama Alexandra. Ia langsung membungkuk memberi
Part 44No one has the ability to do something perfectly. But each person is given a lot of opportunities to do something right. — unknown.*****Kondisi Evan sudah membaik, ia mengajak Alexandra masuk ke sebuah hutan."Kita mau kemana?" tanya Alexandra."Sudah kau diam saja, ini baru pertama kalinya aku membawa seorang perempuan ke sini apalagi perempuan itu sepertimu," sahut Evander melirik gadis itu seraya melangkah terus."Ini kan hutan yang waktu..." Alexandra bergumam sambil mengingat kejadian saat ia melihat Devilla membunuh seorang pemuda di rumah tua dalam hutan."Apa kita akan ke dalam hutan itu?" tanya Alex."Lalu kenapa? Apakah kau takut?" Evander memasang wajah smirk saat gadis itu meliriknya."Kenapa harus takut, aku hanya heran ada ya seorang pria membawa seorang gadis berkencan dalam hutan " ucap Alex mulai asal."Hahaha... Aku suka saat kau bilang kalau kita sedang berkencan.""Lho, ini apa
Part 45"If someone takes responsibility without force, that is love". - Radhanath Swami*****Setelah mencuci tangan, Evander langsung mengejar Alexandra kala itu. Ia berusaha menangkap lalu memeluk gadis itu. Pria itu langsung menghujani Alex dengan kecupan penuh cinta.Alexandra akhirnya mengajak sang raja menemani Obis menemui kelompok Rusalka. Tiba-tiba, gadis itu mendapat ide. Ia akan berusaha untuk meyakinkan kaum Rusalka untuk membantu mereka merebut kembali Kerajaan Anathema.Sesampainya di tepi pantai, Alexandra menunjukkan pada Evander ke arah seorang pria yang terjebak oleh sihir Rusalka. Perlahan-lahan, pria yang terbuai itu masuk ke tepi pantai dan lanjut melangkah sampai ke tengah laut lebih dalam. Makin kelamaan pria itu tak terlihat dan tenggelam."Ke mana pria itu?" tanya Evander penasaran."Dia terjebak sihir Rusalka, dan sekarang dia menjadi santapan makhluk air itu.""Lalu, kenapa kau membawa ak
Part 46 “Don’t compare your struggles to anyone else’s. Don’t get discouraged by the success of others. Make your own path and never give up.” — MJ Korvan ***** Di tepi hutan terlarang, Alexandra membawa Evander menemui rakyatnya yang sudah terbuang dari Kerajaan Anathema. "Mana desa yang kau bilang itu?" tanya Evander. "Kau belum bisa melihatnya, ya?" "Lihat apa?" "Hmm... baiklah perhatikan baik-baik!" Wanita itu mengarahkan cahaya dari pedang Brave Gold di tangannya ke arah hutan tersebut. Alexandra menoleh pada Evander yang masih terlihat bingung lalu ia bertanya, "Apa kau bisa melihatnya sekarang?" Evander malah menatap balik ke arah gadis itu, lalu menganggukkan kepala seolah menjawab pertanyaan Alex kalau ia bisa melihat sesuatu yang ditunjuk oleh wanita itu yaitu Tepi Hutan Terlarang
Ekstra Part Happy Ending “Happiness is not something ready made. It comes from your own action," — Dalai Lama. ***** Kondisi Evander dan Alexandra sudah membaik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Ayah dan ibunya menyempatkan diri menjemput keduanya saat pulang dari rumah sakit. Tuan Edward bahkan memberikan mereka bulan madu menuju Maldives dengan pesawat jet pribadi yang bertuliskan E Sky di dinding pesawat. "Ayah, kau benar-benar akrab dengan Ares sekarang ini," ucap Alexandra kala merangkul pinggang ayah mertuanya itu. Tuan Edward menoleh ke arah Ares yang berjalan di sampingnya. "Dia anjing yang pintar, semua yang aku perintahkan dia paham." Gurat kerutan di wajahnya nampak jelas kala ia tersenyum. "Yah begitulah ayah kalian, ia bahkan sengaja pulang cepat untuk bermain dengan anjing ini. Dia sudah menganggap Ares seperti anak
Part 90 “There are all these moments you think you won’t survive. And then you survive.” — David Levithan. ***** Beberapa petugas yang membawa tandu untuk mengevakuasi tubuh Alexandra dan Evander datang. Tuan Edward dan sang istri bersama Selena juga ikut berlarian menuju tepi sungai. Mereka juga tak sabar ingin melihat keduanya. Alexandra mencoba membuka kedua matanya. Ia sudah melihat para petugas lalu lalang di sekitarnya saat sudah berada di atas tandu darurat. Wanita itu menoleh ke arah Evander yang juga sedang ditandu. "Hai, Alex!" sapa Selena yang mengiringi dengan melangkah di samping tandu Alexandra. "Hai, Sel! Di mana Ares?" Alexandra mencari keberadaan anjing peliharaannya itu. "Ada, tuh! Dia terlihat menggemaskan dan lucu sekali." Selena menunjuk Tuan Edward yang menggendong tubuh anjing siberian husky yang kira-kira berusia satu tahun itu. Pria itu merasa berhutang budi
Part 89 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals.–Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya, Alexandra, Evander dan Ares melangkah mengikuti Obis dan Arial menuju The Dark Hill. Mereka sampai di batu besar bertuah yang menjadi pembuka dimensi waktu. Batu besar yang berpendar kehijauan seolah ada kristal-kristal yang menyelimuti permukaannya kala terkena sinar matahari itu berkilauan. "Wow, cantik sekali batu ini," ucap Evander. "Jadi, ini mungkin pertemuan terakhir kita, karena menurutku batu ini harus dihancurkan agar tak lagi membuka portal dimensi waktu," ujar Obis.
Part 88“Trust yourself. You’ve survive a lot, and you’ll survive whatever is coming.” — Robert Tew.*****"Ayah? Ibu?" Alexandra menoleh pada Tuan Obis."Begitulah."Pria kerdil itu mengangkat kedua bahunya."Kalian menganggapnya anak kalian?" tanya Alexandra."Ya, kau benar. Aku akan siapkan makanan untuk kalian. Oh iya, sebentar aku lupa mengeringkan tubuh kalian."Obis lalu mengarahkan telapak tangan pada Alexandra dan Evander. Makhluk itu sudah memiliki sihir untuk menyembuhkan dan mengeringkan tubuh kedua orang itu."Wow, kau hebat! Bagaimana kau bisa melakukan sihir seperti ini?" tanya Alexandra."Sejak aku pergi, batu besar tempat pedang Brave Gold memberikan aku kekuatan. Tapi, pedang itu hilang begitu saja. Dia akan kembali saat diperlukan
Part 87 “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why.” —Mark Twain. ***** Alexandra membuka kedua matanya. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Pipi wanita itu terasa dingin karena berada di atas tanah lembab. Jemari tangan kirinya mulai meraba. Tubuhnya basah kuyup kala itu. "Di mana ini?" lirih Alexandra mencoba mengamati sekitar. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Alexandra menemukan Evander terbaring tak jauh dari tempatnya berada. Tak butuh waktu lama, ia langsung menghampiri suaminya itu. "Evan, Evan sayang bangun...!" Alexandra berusaha mengguncang bahu kekar milik Evander. Tak ada respon yang tercipta. Pria itu masih terbaring tak berdaya. "Sayang, kau harus bangun! Jangan tinggalkan aku!" seru Alexandra. Tetap tak ada respon sampai akhirnya ia memberikan napas buatan pada pria itu. Linangan air matanya tak dapat terbendung sa
Part 86 “I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. ***** "Siap ya, satu... dua... ti... ga!" Alexandra dan Evander melempar bucket bunga bersama ke arah belakang mereka. Tania akhirnya berhasil menangkap bucket bunga yang dilemparkan oleh Alexandra dan Evander secara bersamaan itu. Dia berteriak histeris dan melonjak-lonjak kegirangan. "Yeaay, akhirnya aku dapat... aku akan menikah... aku akan menikah! Brian, kau harus menikahi aku,ya?" tanya Tania yang langsung menoleh ke arah pria itu. Brian terperanjat saat Tania mengatakan hal tersebut. Ia hanya tertawa dan menahan berat air saliva yang ada di mulutnya itu. Alexandra dan Evander hanya bisa tertawa saat itu melihat kelakuan sahabatnya. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan sebuah lagu cinta yang dipersembahkan oleh Alexander untuk suaminya. Suara Alexandra terdengar sangat merdu dan membuat para tamu undangan y
Part 85 “It can only be true love when you enable your other half to be better, to be the person they’re destined to be.” — Michelle Yeoh. ***** Namun, di luar area hotel, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Julian yang masih menyimpan dendam ingin melakukan sesuatu pada Alexandra dan Evander. Meskipun ia sudah mengakui semua hasil sketsa rancangan pakaian yang Alexandra buat atas namanya, ia masih juga ingin menghancurkan pernikahan Evander dan Alexandra malam itu. Julian duduk di dalam mobil miliknya yang terparkir di halaman hotel, sementara ia memerintahkan pembunuh bayaran untuk melakukan sabotase terhadap mobil pengantin itu. Pria yang menggunakan jaket hitam dan topi yang ia turunkan ujungnya agar wajahnya tertutup itu mengendap-endap. Pria itu menuju mobil pengantin milik Alexandra dan Evander. Ia melakukan pemotongan terhadap kabel penghubung rem agar rem mobil tersebut blong dan akan menyebabkan kecelak
Part 84 Today you start this new journey in your life. Let it be fantastic, crazy and wonderful, unbelievable and unforgettable. — unknown. ***** "Bawa ini, aku akan menghubungi Julian," ucap Evander. "Menghubungi Julian? Kau mau apa?" Evander menghentikan laju mobilnya. Ia menunjukkan wajah smirk pada wanita itu saat turun dari mobil untuk bergantian dengan Alexandra. Kini, Alexandra sudah berada di kemudi mobil Bugatti Chiron Pur Sport milik Evander dan melajukan kendaraan itu menuju panti asuhan. Evander menghubungi Julian kala itu, ia menekan icon loud speaker agar wanita di sampingnya bisa mendengarnya. "Sayang... kau ada di mana, sih?" tanya Julian dari seberang sana. "Aku sedang berada, entahlah aku ada di mana yang jelas aku hanya ingin bilang kalau..." "Kalau apa? Kalau kau mencintaiku dan ingin pernikahan dipercepat? Sayang, aku tahu kalau aku mencintaiku, tetapi jadwal kegiatanku sangat
Part 83 "Animals are not property or things but rather living organisms, subjects of a life, who are worthy of our compassion, respect, friendship, and support.” — Marc Bekoff. ***** "Ares? Apakah ini reinkarnasi naga besar itu?" gumam Alexandra. Evander menoleh dan menanyakan perihal yang dikatakan Alexandra. "Ares, naga besar? Apa maksudmu naga yang membawamu pergi ke Kerajaan Anathema?" tanya Evander. Alexandra menjawab dengan anggukan. Evander sekilas menoleh pada siberian husky yang ada di pangkuan wanita di sampingnya itu. Hewan itu dalam keadaan tak sadarkan diri kala itu. "Jika anjing itu ditabrak mobil, ia dapat mengalami patah tulang, masalah pada tulang belakang, luka dan perdarahan, shock, bahkan cedera otak yang menyebabkan koma atau kejang. Atau, dia mungkin tidak mengalami luka apapun dan pergi begitu saja. Seekor anjing yang terluka parah dapat menggigit Anda karena d