Beranda / Thriller / Qolbu Quddus / Chapter 17 Hasil Autopsi

Share

Chapter 17 Hasil Autopsi

Penulis: aries23
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-20 08:16:21
Tiga polisi mendatangi rumah bu Ina dengan wajah kecewa.

“Kami tidak menemukan sidik jari apapun ditubuh tersangka….” jelas Riko mendatangi rumah bu Ina. Mendengar hal itu membuat bu Ina menangis histeris.

“Lebih baik, kita lakukan pemakaman secepat mungkin untuk jenazah pak Budi….” jelas Polisi Bagas. Para warga pun menyiapkan pemakaman untuk pak Budi. Safira mendatangi Riko, Bagas, dan Vino yang menghadiri pemakaman pak Budi.

“Bagaimana mungkin tidak terdeteksi sidik jari pelaku?” tanya Safira tidak habis pikir. Bukankah para polisi itu sangatlah pintar mengungkapkan kasus-kasus seperti ini. Bagaimana mungkin sidik jari pelaku pun tidak terdeteksi.

“Entahlah…. Semua bukti yang ada ditempat kejadian sudah kami periksa, namun tidak terdeteksi sidik jari siapa pun….” Riko menghela napas pendek.

“Juga darah pada tempayan itu? Bukankah saat tempayan itu dipukulkan pada korban, tentu saja sipelaku memegangnya? Kenapa bisa tidak terdeteksi sidik jarinya?” selidik Safira.

“Itulah yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Qolbu Quddus   Chapter 18 Siapa Pelakunya?

    Dewi tengah sibuk mendiamkan dan memberikan susu pada bayinya. Sejak dilahirkan, bayi itu terus saja menangis. Dewi nampak lelah, namun sudah pekerjaanya sebagai seorang ibu untuk lebih sabar merawat anaknya. Gorden jendela nampak berhembus dengan kencang. Suasana rumah Dewi sunyi, hanya ada ibunya dan Dewi. Suara anjing melolong membuat suasana semakin mencekam. “Apa kau sudah memberikannya susu?” tanya ibu Dewi mendekati Dewi. “Sudah bu, seperti biasanya Farhan tidak pernah mau diam….” jawab Dewi lirih. “Ya sudah, bawa Farhan kedalam kamarmu dan tidurkan dia….” perintah ibu Dewi yang langsung dituruti oleh Dewi. Saat memasuki kamar, Dewi terperanjat saat melihat seorang pria berdiri membelakanginya. “Siapa kau?” tanya Dewi dengan wajah memucat. Pria tersebut hanya diam dan tiba-tiba tertawa dengan nyaring membuat Dewi merinding. “Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau memilih diam dan mengorbankanku?” tanya pria itu dengan nada dingin. “Maaf, kau siapa? Kau tidak bisa sembarangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Qolbu Quddus   Chapter 19 Pakaian Putih

    Ibu Dewi memeluk anaknya dengan erat, “Menurut ibu, lebih baik kau beritahu saja kejadian yang sebenarnya…. Karena semua akan berakhir jika kau mengakui semua nak. Beritahu semua orang! Ibu sudah tidak sanggup lagi menanggung malu dan teror dari pria itu…. Dia hanya meminta kita mengakui semuanya…. Hanya itu! Dengan begitu, dia mendapatkan keadilan yang dia inginkan….” Ibu Dewi semakin mempererat pelukan pada anaknya. “Mengaku lah! Dengan kau ceritakan semuanya, maka hidupmu akan aman…. Saya janji tidak akan mengusikmu lagi….” ujar suara mesterius itu lagi. Dewi nampak semakin ketakutan mempererat pelukan ibunya dan sang ibu hanya diam sambil menangis. “Katakan semua? Aku ingin keadilan? Aku ingin kau mengakui siapa pelakunya? Kau akan lihat mayat pak Ahmad, pak Nafis, dan pak Abdul besok pagi jika kau tidak mengakuinya….” “Kenapa kau terus mengusik kami? Saya tidak memiliki kesalahan padamu.” teriak Dewi terisak. “Karena kau semua orang menuduhku memperkosamu dan aku tidak akan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • Qolbu Quddus   Chapter 20 Pak Nafis dan Seorang Gadis

    Warga kembali digemparkan dengan penemuan mayat dan seorang gadis tanpa busana disemak-semak. Safira mengamati mayat tersebut, “Sepertinya ini pembunuhan lagi….” ujar Safira menghela napas panjang. Safira mendekati seorang gadis yang ditemukan disemak-semak. “Kemungkinan ini pemerkosaan dan dia masih hidup….” jelas Safira setelah memeriksa urat nadi wanita tersebut. “Bagaimana ini? Desa kita semakin hari semakin resah…. Sudah banyak para warga dibunuh dengan sadis dan sekarang juga terjadi lagi pemerkosaan setelah kejadian pemerkosaan Dewi….” ujar seorang warga. “Apa yang harus kita lakukan? Bisa jadi salah satu dari kita akan menjadi korban selanjutnya jika kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini dan mendapatkan siapa pelaku pembunuhan ini….” sambung warga lainnya. “Apa perlu kita melakukan autopsi lagi pak?” tanya seorang remaja kepada pak polisi. Matanya memerah karena terus saja menangis. “Jika kau ingin ayahmu di autopsi, biar saya yang menanggung biayanya…. Tapi saya ragu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • Qolbu Quddus   Chapter 21 Introgasi Dewi

    “Assalamualaikum….” ucap polisi Riko mengetuk pintu rumah Dewi. “Waalaikumsalam….” jawab ibu Dewi membukakan pintu. “Boleh saya bicara sebentar bu?” tanya polisi Riko dengan ramah. “Boleh silahkan masuk…. Mau tanya apa ya pak?” tanya ibu Dewi bingung mendapati seorang polisi mendatangi rumahnya. “Dewi nya ada buk?” tanya Riko. Ibu Dewi hanya diam. “Bisa saya bicara denganya?” “Anak saya tidak enak badan pak…. Maaf, Dewi baru saja istirahat….” “Kami mendapatkan foto anak ibu di balik baju pak Nafis yang tewas dibunuh oleh seseorang. Saya harap ibu, tidak menghalangi tugas kami untuk menanyai Dewi!” ibu Dewi nampak terkejut. “Anak saya bukan pembunuh pak….” jawabnya dengan lirih. “Kami tidak menuduhnya, tapi kami hanya ingin menanyai beberapa hal saja….” jelas Riko. Ibu Dewi menghela napas pendek, lalu mengizinkan polisi Riko untuk menemui Dewi didalam kamarnya. Dewi sangat terkejut saat melihat polisi memasuki kamarnya. “Saya mau bertanya beberapa hal, saya harap mbak bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Qolbu Quddus   Chapter 22 Desa yang Di Kutuk

    Para warga dikumpulkan dikantor kepala desa, “Dengan berat hati kami mengumumkan lagi-lagi tidak terdeteksi sidik jari pelaku ditubuh pak Nafis dan juga pelaku pemerkosaan terhadap Naira…. Kami merasa gagal tidak bisa mengungkapkan kasus ini…. Kami merasa pembunuhan ini tidak dilakukan oleh manusia…. Bukan mengajari, tapi bisa saja ada salah satu warga sini melakukan kesalahan, sehingga masalah terus terjadi didesa ini…. Seperti semacam kutukan….” jelas polisi Riko menghela napas panjang. Para warga hanya saling pandang, “Kami tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal yang membuat desa kami harus dikutuk….” sanggah pak Ahmad. “Mungkin saja desa ini telah dikutuk…. Bukankah sudah banyak warga disini mati dengan mengenaskan, setiap bayi yang baru lahir pasti terus saja menangis, dan sekarang Naira juga diperkosa…. Bukan sekali ini saja terjadinya pemerkosaan terhadap para gadis didesa kita ini, namun untuk menutupi harga diri desa ini, kejadian ini tidak diberitahu pada semua warga….

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Qolbu Quddus   Chapter 23 Kesurupan

    Seketika mata Dewi melotot dan mengadah kelangit. Dewi kembali tertawa diiringi dengan tangis pillu. “Sakit....” teriak Dewi pillu. Dia meronta-ronta seperti kesurupan. Menarik-narik rambutnya, memukul-mukul badannya dan mulutnya terus mengucapkan kata “ Tolong dan sakit….” Nadira berlari memecah kerumunan dan memeluk Dewi, “Ulung!” teriaknya memanggil nama Ulungnya dan memeluk Dewi. “Maafkan Ulung…. Maafkan Ulung…. Ulung tidak bisa menjagamu…. Maafkan Ulung….” ujar Dewi dengan suara serak. Suaranya berubah menjadi suara seorang pria. Dewi semakin erat memeluk Nadira. “Aku yang membunuh para warga…. Aku yang membunuhnya…. Kecuali kematian pak Slamet, pak Slamet dibunuh pak Ahmad. Karena beliau adalah saksi dari peristiwa pengeroyokan tersebut, namun saat niat baik pak Slamet untuk melaporkan kejadian itu ke polis, pak Ahmad membunuh pak Slamet agar bapak tidak dipenjara atas kasus pengeroyokan itu….” “Bohong….” sanggah pak Ahmad. “Malam itu aku hendak meminta keadilan kepada oran

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Qolbu Quddus   Chapter 24 Pulang

    Nadira duduk dikursi teras rumahnya. Matanya kosong menatap jalananan. Nadira terperanjat saat merasakan sesuatu mengusap tangannya, namun saat dilihat disekitarnya, Nadira tidak menemui seorang pun. “Jangan takut dan kaget…. Ini Ulung, mulai dari sekarang Ulung akan menjagamu dengan cara seperti ini…. Ulung janji akan terus disisimu, jangan bersedih adik kecilku…. Jika Dira sedih, Ulung juga sedih….. tersenyumlah sayang….” Nadira memejamkan matanya saat merasakan pelukan hangat dari seseorang tanpa wujud. Mata Nadira terbuka saat mendengar suara seseorang. Abbas dan Safira mendekati Nadira. Abbas memeluk hangat Nadira. “Mau ikut abang? Abang mau pulang? Abang mau mengajak Nadira ikut abang pulang…. Abang janji akan menjagamu dan merawatmu seperti adik abang sendiri….” jelas Abbas dengan lembut memeluk erat Nadira. Safira hanya buang muka melihat kedekatan Abbas dan Nadira. Hatinya terasa teriris, hatinya sedih saat melihat ada sebuah keluarga atau abang dan adiknya saling menyayan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Qolbu Quddus   Chapter 25 Saatnya Balas Dendam

    Satu bulan yang lalu…. “Aku ingin dia dipecat, atau hari ini terakhir rumah makanmu berdiri.” ancam Fikri menatap dingin Heru pemilik rumah makan Buana. Safira nampak keberatan dengan sikap Fikri, yang menurutnya berlebihan. “Tidak bisa begitu dong….” protes Safira menatap Fikri kesal. “Apa hakmu memerintahkan pak Heru untuk memecatku? Kau bukan pemilik rumah makan ini? Biarkan pak Heru yang memutuskannya.” jelas Safira semakin kesal, saat Fikri hanya menyeringai menanggapi kata-katanya. Safira tidak tahu, siapa sebenarnya yang sedang dia hadapi, Fikri Wijaya Kusuma, putra tunggal Hartawan Wijaya Kusuma, yang terkenal dengan kekayaannya dan disegani banyak orang. Hartawan Wijaya Kusuma juga seorang DPRD di Kabupaten Rokan Hilir. “Kamu di pecat Ra…. Kami tidak membutuhkan karyawan yang ceroboh, suka membuat keributan, dan yang terpenting hari ini kau telah membuatku rugi. Silahkan ganti seragammu dan segera keluar dari rumah makan ku….” ujar Heru dingin. Saat Safira kembali ingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25

Bab terbaru

  • Qolbu Quddus   Chapter 46 Lukisan

    Safira menghela napas lelah membaca bait demi bait tulisan diary tersebut. Safira menutup laptopnya, dan segera keluar dari kamarnya. “Mau kemana?” hadang Safira saat melihat Fikri keluar dari kamarnya. “Bukan urusanmu.” jawabnya acuh. “Akan memanaskan motor,” ucap Safira meninggalkan Fikri yang hanya bisa mendengus sebal. Dia harus bisa menghindari Safira, dia tidak ingin terlalu dekat dengan wanita itu. Fikri tidak ingin masalalu nya terulang lagi. Bukankah menjaga lebih baik dari pada merusak. Fikri melangkah keluar dan dilihatnya Safira sedang memanaskan motornya. Fikri mendekati Safira, dengan kasar merampas kunci motor dan segera hendak menaiki motor tersebut, namun dengan gerakan gesit, Safira menarik baju Fikri. “Kau tidak akan bisa pergi tanpa diriku. Apa kau ingin disiksa terus oleh ibumu? Apa kau sangat suka ya disiksa oleh ibumu?” ujar Safira ketus. “Bukan urusanmu.” jawab Fikri dingin. “Akan jadi urusanku jika menyangkut dirimu. Apalagi aku sudah ditugaskan untuk

  • Qolbu Quddus   Chapter 46 Rekaman Cctv

    “Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Safira disebrang telepon.“Silahkan….” jawab Abbas.“Boleh aku minta alamat rumah bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?”“Akan saya kirimkan…..” jawab Abbas. Saat sudah mendapatkan alamat Zivana, Safira segera keluar dari rumah pribadi Fikri. Motornya berhenti disebuah rumah dan mengetuk pintu rumah tersebut. Seorang wanita keluar membukakan pintu.“Maaf, bolehkah saya bertemu dengan bu Zivana Azzahra Alfathunissa Hidayatullah?” tanya Safira ramah.“Maaf bu Zivana tidak ada dirumah…. Bu Zivana belum pulang.” jawab sang Art.“Kapan ya pulangnya?”“Mungkin sore ini, kalau tidak lembur….”“Bolehkah saya masuk dan menunggu bu Zivana? Saya ingin sekali bertemu dengannya.” sang Art hanya menganguk perlahan dan menyilahkan Safira masuk. Sesaat setelah masuk, sang Art nampak menelpon seseorang. Safira mengamati seluruh ruangan tersebut. Dia melihat foto keluarga, Safira mengamati foto tersebut dengan seksama. Safira duduk disofa panjang. Tak lama

  • Qolbu Quddus   Bab 150 Pengajuan Banding

    "Maksud Anda apa berbicara seperti itu? Anda meragukan pengkapan yang kami lakukan? Kau iri? Sudah tidak percaya lagi oleh pak Haikal?" Alfa tersenyum menyeringai. "Saya tahu, ini semua rencanamu untuk mengetahui isu kalian tentang berita Taqy Shafiullah. Bau busuk rencana sudah tercium kok, hanya menunggu waktu kehancuran kalian saja...." ucap Safira dengan dingin. "Bilang saja kau memihak pada teroris ini. Jika iya, itu sama saja kau membela para teroris. Itu sama saja kau berpihak pada kejahatan dan kau memberi kesempatan bagi para teroris membunuh dan menyebarkan teror lagi....""Jika iya memangnya kenapa? Kau takut seorang Safira Ramadhani berpihak pada teroris? Jika aku ikut menyelesaikan kasus ini, sudah pastikan kau kalah, Alfarezel Arfan.... Kesempatan mu untuk menang hanya sedikit.... Jangan sampai saya turun tangan menangani kasus ini Fa...." Safira tersenyum sinis. Saat melewati Alfa, Safira sengaja menyenggol lengan Alfa dengan kasar. Alfa tampak geram, meninggalkan sel

  • Qolbu Quddus   Bab 149 Mengadu domba

    "Saat itu Reyhan di ancam saat melakukan pemberontakan karena apa yang dituduhkan para polisi itu tidak lah benar...." jelas Alfariz. Safira hanya diam, terus saja mendengar apa yang di ceritakan oleh Alfariz. Pecakapan tersebut terekam kamera tersembunyi yang terpasang di baju nya."Kau, harus ikut kami dan mengakui bahwa kau adalah teroris.... Jika tidak, kau dan istrimu akan kami bunuh...." ancam Alfa menarik paksa Reyhan yang masih meronta melepaskan diri. Reyhan di dorong masuk ke dalam mobil tahanan. Mobil melaju meninggalkan rumah Reyhan. Tiga orang tidak ikut rombongan tersebut, kembali mendekati rumah Reyhan. Mengedor pintu yang terkunci, membuat istri Reyhan semakin panik di balik jendela saat mengintip suami nya di bawa polisi.Gedoran semakin kuat terdengar oleh istri Reyhan, dan berubah menjadi tendangan. Istri Reyhan hanya membeku berdiri membelakangi jendela. Jantung istri Reyhan sejenak terhenti, saat tiga polisi tersebut berhasil membuka pintu dan melepaskan beberapa k

  • Qolbu Quddus   Bab 148 Fitnah?

    Reyhan Aldhani perlahan keluar dari dalam kamar, sedangkan sang istri duduk dengan panik di atas ranjangnya. Saat keluar, Reyhan langsung di borgol oleh polisi. "Bapak kami tangkap...." ucap Alfa. "Apa salah saya pak? Saya tidak melakukan apa-apa yang bertentangan dengan hukum?" balas Reyhan meronta saat polisi memborgol nya. "Kamu telah melakukan tindakkan teroris.... Mengebom rumah makan X dan menewaskan banyak orang...." jelas Alfa mendorong kasar Reyhan keluar dari rumah nya. "Saya tidak melakukannya pak.... Bapak salah orang...." sanggah Reyhan tidak terima dengan tuduhan tersebut. "Tidak usah melawan dan tidak mengakui perbuatan mu.... Kau bisa membela diri saat di kantor polisi...." jelas Alfa menarik paksa Reyhan masuk ke dalam mobil. Sedangkan istri Reyhan mencoba menahan diri tidak keluar dari rumahnya, karena lebih menuruti perintah suaminya. Mobil tahanan tersebut pun meninggalkan rumah Reyhan. Sang istri hanya bisa menahan tangis saat di lihat nya mobil yang membawa s

  • Qolbu Quddus   Bab 147 Penangkapan

    "Kamu sudah mendengar berita yang sudah viral di TV kan?" tanya Haikal dengan dingin pada Alfarezel Arfan duduk di kursi depan Haikal."Saya sudah mendengarnya pak...." jawab Alfa. "Misi kali ini, kalian yang selesai kan.... Saya harap kalian bisa menyelesaikan nya dengan mudah...." jelas Haikal. "Siap pak.... Ngomong-ngomong kenapa tidak Safira saja yang menyelesaikan misi ini pak? Bukankan gadis itu adalah orang yang sangat bapak percayai?...." tanya Alfa dengan dingin. "Lakukan saja sesuai perintah.... Safira akan menyelesaikan kasus lainnya...." balas Haikal dengan tegas dan memerintahkan dengan satu jarinya untuk pergi dari ruangannya. Alfa pun keluar dari ruangan pak Haikal dan saat keluar berpapasan dengan Safira. Alfa menatap Safira tajam, "Sepertinya ada yang sudah tidak di percaya lagi menyelesaikan kasus besar...." sindir Alfa dengan senyum sinis. Safira menghela napas pendek. "Karena pak Haikal mungkin udah bosan dengan dia yang sok baik, dan menyelamatkan para tahana

  • Qolbu Quddus   Bab 146 Teroris

    Di sebuah ruangan rumah Athailah, "Sebarkan isu-isu, viral kan agar kasus ayah saya bisa teralihkan dan setelah semua masyarakat dan para netizen fokusnya terpecahkan, saat itu lah kita akan menyogok para polisi.... " jelas Athailah. Mengepal tangannya dengan geram, mata nya tajam melihat tiga anak buahnya.“Baik bos...” ucap tiga anak buah nya dengan tegas.“Cepat buat keributan.... jangan sampai gagal....” bentak Athailah. Tiga anak buah Athailah pun segera meninggalkan ruang kerja Athailah.Tiga pria tersebut mendatangi sebuah rumah makan. Setelah beberapa menit mengamati situasi sekitar, mereka pun hendak melemparkan sesuatu ke arah rumah makan tersebut, namun karena kemunculan lima orang berjubah putih dari dalam rumah makan, membuat tiga pria tersebut menghentikan aktivitasnya."Assalamu'alaikum.... " sapa lima pria tersebut dengan ramah. Namun bukannya menjawab salam lima pria tersebut, tiga pria itu hanya diam dan memasang wajah dingin, hingga lima pria tersebut memasuki mobil

  • Qolbu Quddus   145 di Laporkan ke Polisi

    “Bagaimana pendapat anda mbak, tentang terlibat nya anda dalam penangkapan pak Taqy Shafiullah? Apakah benar anda terlibat dalam penangkapan tersebut? Benarkah anda di bayar mahal oleh polisi? dan anda juga seorang mata-mata?” tanya para wartawan pada Safira saat di temui di acara bedah buku sebagai pemateri.Safira hanya tersenyum, “Itu semua tidak benar.... Saya hanya di undang untuk bernyanyi di acara tersebut.... kapan pula saya menangkap beliau? sedangkan saya sibuk bernyanyi menghibur tamu undangan hingga acara selesai.... itu hanya fitnah dari orang-orang yang tak menyukai saya, atau itu hanya pengalihan isu agar masalah inti tersebut perlahan-lahan di hilangkan dari media....” jawab Safira dengan tenang. Setelah itu dia meninggalkan gedung acara dengan menaiki motor nya.Sedangkan ke esok pagi nya, seorang pengacara dan Athailah mengajukan melaporkan Safira ke polisi atas tindakkan tidak menyenangkan, dan fitnah terhadap ayahnya.“Kami akan melaporkan beliau atas pencemaran na

  • Qolbu Quddus   Bab 144 Misi

    Safira baru saja pulang dari kampus, merasa sangat lelah saat sampai kos. Baru saja, dia duduk di kursi plastik di dalam kamar kos nya, sebuah ketukan membuatnya mendengus kesal. Safira segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu. Dia mengerutkan keningnya, saat melihat pengantar paket memberikan sebuah paket padanya. Safira menatap curiga map amplop tersebut, takutnya teror lagi. Perlahan Safira membukanya, dan terlihatlah hanya berisi data-data kriminal target yang akan di tangkapnya.“Misi kali ini adalah kau harus menyamar sebagai penyanyi di sebuah acara pertunangan seorang anak dari seorang pembunuh berantai.... kau harus bisa menangkapnya, jika tidak siap-siap untuk di pecat....” jelas jendral Haikal di telepon. Safira hanya menghela napas kasar, akhir-akhir ini pak Haikal sering bersikap tidak ramah padanya.“Baik pak....”Safira meletakkan hp nya di samping meja belajarnya, dia memeluk erat boneka Doraemon dengan erat. Safira mengukir senyum saat bayang-bayang masa lalu be

DMCA.com Protection Status