Mata Nessie melebar tak percaya.Bagaimana Mahesa bisa tahu jika bayi yang ada di dalam kandungan Nessie bukanlah darah dagingnya?Seketika, wajah Nessie berubah pias. Dengan raut wajah yang menunjukkan kepanikan.“A-apa maksudmu? Kau menuduhku berselingkuh? Aku tidak pernah bermain di belakangmu, Mahesa. Bayi yang ada di perutku ini adalah anakmu. Bukan anak orang lain seperti yang kau tuduhkan. Aku tidak menyangka kau tega menuduhku tanpa bukti.” Nessie berdiri dari duduknya. Menampilkan wajah sedihnya di depan Mahesa.Namun, tak sedikitpun hati Mahesa tersentuh atau merasa iba akan tangisan wanita di hadapannya. Sebab, Mahesa sudah mengetahui seberapa liciknya Nessie.“Kau mau bukti? Baiklah. Biar aku tunjukan padamu buktinya.” Mahesa mengeluarkan ponselnya lagi, kemudian mencari-cari sesuatu di sana.Wajah Nessie sudah semakin tegang. Kali ini benaknya berpikir keras apa kiranya bukti yang akan Mahesa tunjukan pad
Riana mendengar suara ketukan pintu. Ia pun melangkah menuju ruang tamu dan membuka pintu rumahnya.Akan tetapi, wajah Riana berubah datar setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya.“Riana.” Mahesa menatap Riana sembari tersenyum hangat.Namun Riana tak membalas senyum Mahesa sedikit pun. Tangannya bersiap menutup kembali pintu rumahnya, tetapi tangan Mahesa lebih dulu bergerak cepat menahan pintu itu hingga Riana kesulitan menutupnya.“Kenzie sudah tidur. Jadi sebaiknya kau pulang saja lagi,” ucap Riana dingin.“Kali ini aku datang bukan untuk Kenzie,” balas Mahesa. “Tapi untukmu,” lanjut Mahesa dengan sorot matanya yang begitu dalam menatap Riana.“Jangan bercanda. Aku tidak mau kekasihmu datang ke sini dan membuat keributan. Pergilah! Aku tidak memiliki urusan apa pun denganmu.” Kedua tangan Riana mendorong dada bidang milik Mahesa agar lelaki itu mundur dan menjauh darinya.Namun tentu saja tenaga Riana tak cukup kuat untuk membuat langkah Mahesa bergeser dari tempatnya. Tu
“Apa maksudmu menuduh Nessie hamil anak orang lain?” Gustav geram, tak terima jika Mahesa menuduh calon menantu kesayangannya mengandung benih dari lelaki lain. Jelas Gustav sendiri sangat yakin jika yang Nessie kandung adalah cucu biologisnya.“Aku tidak menuduh, Pa. Itu sudah terbukti. Entah Papa mau percaya atau tidak, bukan masalah untukku. Tapi yang jelas aku sudah mengatakan yang sebenarnya kalau aku tak harus bertanggung jawab menikahi Nessie sebab aku bukan ayah dari bayinya,” ujar Mahesa sembari tetap menggenggam tangan kanan Riana yang berdiri di sampingnya.Decak kesal keluar dari mulut lelaki paruh baya itu saat matanya berpindah pada Riana.“Lalu untuk apa kau datang membawa wanita murahan itu ke rumahku? Aku mengharamkan rumah ini diinjak olehnya!”“Jangan memanggilnya begitu! Aku tidak suka Papa berkata seenaknya pada Riana!” telunjuk kanan Mahesa mengacung di depan wajah Gustav.Sebelah sudut bibir Gustav tertarik, membentuk senyum miring.“Lalu Papa harus memanggilny
Mahesa pun bangkit dari duduknya dan mencari keberadaan calon istrinya itu. Langkah Mahesa bergerak menuju ke arah kolam renang.Benar saja. Ternyata hatinya tak salah menuntun langkahnya ke sana.Wanita cantik itu sedang berdiri menghadap ke arah kolam renang sambil berpangku tangan dan bersender pada kusen pintu.Rambutnya yang tergerai, tersapu pelan oleh angin sore yang berhembus menerbangkannya.“Kau sedang melamun?” tanya Mahesa, membuat Riana terkejut karena tiba-tiba saja lelai itu memeluknya dari belakang.“Mahesa? Aku pikir kau sedang bersama Kenzie,” kata Riana. Menoleh sedikit ke belakang.“Kenzie sedang melihat aquarium,” jawab Mahesa.Mendengar itu, Riana pun mengangguk-anggukan kepala.“Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau melamun? Apa yang sedang kau pikirkan? Hmm?” Mahesa mengulangi pertanyaannya, dagunya bertumpu pada Pundak kanan Riana.Sesekali hidung mancung Mahesa akan menyapu leher Riana yang jenjang. Menghirup aroma vanilla yang menguar dari parfum yang
“Mahesa! Aku masih mencintaimu. Aku tidak rela hubungan kita berakhir.” Nessie menampilkan wajah sedihnya.Meski begitu, hati Mahesa tak tersentuh sama sekali.“Waiter!” Mahesa memanggil seorang waiter yang kebetulan lewat, kemudian meminta bil tagihan dari makanan yang ia pesan.Setelah membayarnya, Mahesa segera menggenggam tangan kanan Riana, untuk kemudian mengajaknya pergi dari sana.“Ayo, Riana! Kita pulang saja. Aku merasa sudah tidak nyaman makan di sini.”Riana mengangguk, membiarkan tangan lebar Mahesa melingkupi tangannya, kemudian menuntunnya pergi meninggalkan Nessie yang terperangah.“Mahesa! Aku belum selesai bicara! Mahesa!” teriak Nessie, lalu ia menghentakan satu kaki ke lantai saat Mahesa tetap berlalu pergi tanpa memperdulikannya.Sementara itu, Mahesa dan Riana kini sudah duduk di mobil. Wajah Mahesa terlihat keruh setelah acara makannya dengan Riana harus diganggu oleh kedatangan Nessie.“Maaf, Riana. Gara-gara Nessie yang mengacaukan makan kita, kau pasti menjad
Riana senang sekali. Wajahnya terlihat sangat ceria pagi ini.Tentu saja, hari ini Mahesa berjanji akan mengajaknya ke sebuah tempat dimana ibu dan adik Riana tinggal.Tak sia-sia mereka membuat sayembara dan menyebar luaskan berita pencarian ibu dan adik Riana ke mesia masa dan social.“Akhirnya, kita akan bertemu dengan Nenek dan Tante Yasmin. Aku tidak sabar ingin segera memeluk mereka,” ucap Kenzie setelah naik ke mobil dan duduk di kursi belakang.Riana dan Mahesa yang duduk di kursi depan pun melengkungkan senyum.“Mama juga tidak sabar ingin segera bertemu dengan mereka,” balas Riana, kemudian wajahnya berubah sendu saat benaknya memikirkan sesuatu.“Meskipun sebenarnya aku tidak tahu apakah Ibu akan memaafkanku atau tidak saat nanti dia melihatku datang bersama Kenzie dan Mahesa. Apa pun reaksinya nanti, yang perpenting aku bisa bertemu dengannya dan meminta maaf pada ibuku,” gumam batin Riana.Raut sendu di wajah Riana tak luput dari perhatian Mahesa.Lelaki itu membuat Rian
“Wah, rumahnya Kak Mahesa bagus sekali.” Yasmin tak hentinya memuji rumah milik Mahesa sambil matanya berbinar menatap takjub pada sekelilingnya.Setelah pergi ke makam ibunya, Riana dan Mahesa memang langsung mengajak Yasmin untuk pindah dan tinggal bersama mereka.Yasmin yang merasa kesepian, tentu saja langsung manut dan setuju. Terlebih ia akan sangat senang karena bisa berkumpul lagi dengan kakaknya, ditambah sekarang bersama keponakannya yang tampan.“Tadinya ini rumah khusus tamu. Tapi mulai sekarang, kau akan tinggal di rumah ini bersama kakakmu dan Kenzie. Nantinya Riana dan Kenzie akan pindah ke rumah utama setelah kami menikah. Kau tidak keberatan tinggal sendiri di rumah sebesar ini, Yasmin?” tanya Mahesa, tubuh tingginya menjulang di hadapan Yasmin.Riana yang berdiri di samping Yasmin pun ikut menatap pada adiknya. Menunggu jawaban Yasmin.“Tentu saja tidak keberatan, Kak. Meskipun malamnya aku akan tidur sendiri di rumah ini, tapi siangnya aku tetap merasa ramai karena
Riana yang sadar sedang diperhatikan oleh Mahesa pun tersenyum menundukan wajah. Kedua belah pipinya merona seketika.Hingga kemudian langkahnya sampai di depan Mahesa. Lelaki tampan itu tak lepas memandangi kecantikan wanita di hadapannya yang begitu natural.“Boleh kutanya sesuatu?” tanya Mahesa tiba-tiba.Riana mengernyitkan alis, tapi kemudian ia menganggukan kepala.“Boleh. Apa yang mau kau tanyakan?”Mahesa menarik kedua sudut bibirnya, sebelum kemudian melontarkan sebuah pertanyaan.“Mengapa kau bisa secantik ini?”Mendengar pertanyaan itu, senyum manis pun terkulum di bibir Riana. Jantung Riana makin berdebaran. Mahesa senang melihat Riana yang tersenyum malu-malu.“Aku pikir orang sekaku Tuan Mahesa tidak akan bisa menggombal,” kekeh Leo yang berdiri di belakang Mahesa.Mahesa mengubah senyumnya dengan wajah datar, kepalanya sedikit menoleh pada Leo yang masih meng