Happy Reading
*****Di ballroom hotel acara pesta ulang tahun perkawinan Yusuf berlangsung. Lelaki itu tersenyum penuh kebahagiaan. Sudah lama kabar kehamilan sang istri dinantikan. Walau sampai saat ini belum timbul cinta pada perempuan tersebut. Namun, lelaki itu sudah berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan wanitanya."Terima kasih, Dhis. Kamu sudah memenuhi impian dan harapan Eyang serta keluarga ini," ucap Yusuf tulus. Tak sungkan, lelaki itu merangkul wanitanya dengan sangat mesra. Berusaha menutupi bagian punggung yang terekspos, membuat mata semua tamu lelaki menatapnya penuh kagum. Yusuf sama sekali tak menyukai hal itu."Sama-sama, Mas." Bibir Adhisti mungkin menjawab perkataan sang suami, tetapi matanya mengarah pada Yudhistira yang kini tengah dikerubungi wanita-wanita cantik. "Mas, aku sapa teman-teman di sana, ya. Sudah lama tidak bertemu mereka."Yusuf menganggukkan kepala, tetapi sebelum sang istri pergi, dia mencegah. "Pakai ini." Melepas jas yang dikenakan."Jangan biarkan punggungmu dilihat oleh lelaki mesum. Dosanya bisa dua kali lipat."Bibir bergerak hendak memprotes, tetapi Yusuf sudah mendelik terlebih dahulu. Adhisti dengan cepat menyambar jas di tangan sang suami. Lalu, bergerak mendekati Yudhistira.Merasa Adhisti berada di lingkungan yang aman, Yusuf juga bergerak mendekati para tamu undangan. Berusaha seakrab mungkin dengan para tamu. Namun, baru beberapa langkah akan mendekati salah satu rekan kerjanya. Pandangan Yusuf berhenti pada sosok bocah yang sedang berteriak memanggil bundanya."Unda, tempatnya bagus banget, ya. Temennya Tante Ina pasti kaya.""Iya, Sayang. Beliau ini adalah salah satu pengusaha muda sukses di kota ini. Insya Allah, Fatih nanti pasti bisa seperti beliau. Kamu mau kan menjadi orang sukses?" tanya Bunga. Melempar senyuman termanis pada sng putra."Mau banget. Kalau jadi orang sukses, Fatih bisa bahagiain Unda sama Nenek.""Anak pinter." Mengusap lembut puncak kepala Fatih, Bunga mengaminkan cita-cita yang terucap tadi."Melupakan niatnya untuk menyapa beberapa tamu, Yusuf bergerak mendekati sumber suara yang tak lain adalah Fatih. Senyum lelaki itu terkembang lebar apalagi ketika mendengar percakapan Ibu dan anak itu."Halo, ketemu lagi kita," sapa Yusuf sok akrab pada Fatih dan Bunga. Hilang sudah benteng dingin yang selama ini dia bangun apalagi ketika mendengar perkataan Fatih tadi. Yusuf seperti menemukan masa kecil dalam diri Fatih.Ibu dan anak itu menatap sang pemilik acara dengan senyum canggung. Bunga bahkan ingin sekali segera pergi dan menghindari percakapan dengan lelaki tersebut. Jangan sampai ada fitnah yang mengatakan bahwa perempuan itu mendekati sang pengusaha. Cukup label buruk yang tersemat padanya ketika hamil dan melahirkan Fatih tanpa seorang suami."Kok, bisa ada di sini, Om?" tanya si kecil, sedangkan ibunya menunduk tanpa berani menatap lelaki di depannya. Bunga bungkam tak mau melihat sedikitpun lelaki di depannya."Ini pestanya, Om, Sayang. Kok, kamu bisa datang ke sini, dengan siapa kalian menghadiri pesta ini?" Yusuf sengaja melirik Bunga bahkan hanya dengan melihat wajah perempuan itu, hatinya menghangat. Suatu rasa yang sangat sulit dia deskripsikan. Tidak pernah lelaki itu merasakannya pada sang istri. Beberapa kali bertemu, lelaki itu selalu merasakan hal sama pada si perempuan. Ketenangan serta kehangatan yang sulit dia artikan. Yusuf sendiri heran dengan kehadiran rasa itu.Menatap kembali pada Bunga. "Kenapa selalu menunduk tiap kali bertemu?" tanya lelaki itu. Tak tahan lagi untuk mengungkapkan apa yang ada di hati. Belum pernah bertemu dengan perempuan seaneh Bunga.Bunga adalah satu-satunya wanita yang selalu menundukkan pandangan ketika bertemu dengan Yusuf. Hal itu tentu saja membuat sang lelaki penasaran, pasalnya semua wanita yang bertemu dengannya akan menatap penuh keinginan dan kagum."Sudah seharusnya seorang wanita menundukkan pandangan ketika bertemu lawan jenis. Apalagi Anda adalah lelaki beristri. Jangan sampai menimbulkan fitnah dan berujung seperti kejadian masa lalu yang tak pernah kita inginkan. Sebaiknya, Anda belajar dari kesalahan tersebut.""Hah? Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"Saat itu juga Bunga merapatkan bibir menyadari jika ucapannya bisa menimbulkan banyak persepsi. Menarik tangan Fatih menjauhi Yusuf supaya tidak ada lagi perbincangan di antara mereka. Namun, gerakan si perempuan lebih cepat dari cekalan tangan Yusuf.Bunga sedikit meronta ketika lelaki berwajah tampan dengan kulit kuning langsat itu memegang pergelangannya dengan kuat. Walau demikian, Yusuf enggan untuk melepaskannya. Sementara itu, Fatih cuma bisa terdiam melihat adegan bundanya dan lelaki tersebut. Ingin bertanya, jelas si kecil takut. Bunda dan neneknya pernah memperingati supaya dia tidak ikut campur urusan orang dewasa."Tunggu. Tolong jelaskan padaku. Apa kita pernah bertemu atau memiliki hubungan sebelumnya?" Tatapan mata Yusuf penuh pertanyaan dan kebingungan.Bunga menyadari jika ucapannya tadi salah. Dia ingin meralatnya, tatapi tidak mungkin. Sorot mata Yusuf terlanjur meminta penjelasan darinya. Kehadiran Fatih juga tidak bisa dia abaikan begitu saja. Putranya itu pasti akan bertanya macam-macam jika Bunga tidak segera melakukan klarifikasi."Tidak! Kita bahkan baru bertemu ketika Anda memesan gaun untuk pesta hari ini, beberapa waktu lalu. Anda masih ingat hari itu, kan? Permisi." Bunga mengibaskan cekalan tangan Yusuf dengan sangat kuat sehingga lelaki itu terpaksa melepasnya begitu saja.Menuntun putranya dengan cepat menjauh dari sang pemilik pesta. Bunga sedikit menyesal karena bersedia menerima ajakan Shaqina untuk menghadiri pesta ulang tahun pernikahan lelaki tersebut."Jika begitu, mengapa kamu selalu ada di mimpiku. Bertahun-tahun aku mencari sosok wanita yang selalu mengganggu tidurku. Sekarang aku sudah menemukanmu. Tolong ceritakan yang sejujurnya," ucap sang pengusaha muda sedikit keras. Yusuf tak peduli jika ucapannya akan didengar para tamu yang hadir.Menoleh ke samping kiri dan kanan, lelaki itu bersyukur. Beruntung, di tempat tersebut tidak ada seorang pun kecuali Yusuf, Bunga serta Fatih. Jadi, dia tidak perlu menjelaskan apa pun pada Jafar jika sampai ada yang melapor nanti."Apa yang harus aku ceritakan? Memang sepantasnya kita melupakan semua yang terjadi di masa lalu. Aku tidak pernah meminta untuk dihadirkan dalam mimpimu. Hubungan kita hanyalah sebuah kesalahpahaman, wajar jika kamu melupakan aku. Aku yang terlalu bodoh untuk menyadari semua permainanmu itu." Bunga kembali merutuki dirinya yang berkata dengan mudahnya mengungkap isi hati.Saat itu juga kepala Yusuf kembali berdenyut. "Permainan apa? Aku tidak mengerti dengan perkataanmu?" Memegangi kepala dan mulai hilang keseimbangan.Namun, segala pertanyaan Yusuf tidak digubris oleh perempuan itu. Bunga tetap melangkah dengan cepat menggandeng Fatih. Katakan dia manusia tidak berperasaan saat ini, membiarkan lelaki tersebut ketika sedang kesakitan."Tolong jangan pergi," pinta Yusuf. Memanggil Bunga dengan suara yang begitu lemah bahkan kesadarannya mulai menghilang."Unda, Om itu!" teriak Fatih."Biarkan saja." Bunga malah menggendong putranya untuk keluar dari pesta.Happy Reading*****Fatih berteriak ketika melihat Yusuf hampir terjatuh ke lantai. Beruntung ada salah satu pelayan yang menolong. Beberapa orang mulai berkerumun, sedangkan Bunga lebih memilih meninggalkan pesta itu.Cukup sudah rasa sakitnya, perempuan itu telah menunggu begitu lama akan datangnya pertemuan dengan sang suami. Namun, saat takdir menghampiri dan mempertemukan mereka, kenyataan pahit bahwa Muhammad Yusuf Prayoga sudah beristri menghantam seluruh keyakinan Bunga semua akan baik-baik saja ketika perjumpaan itu tiba.Ingin rasanya menumpahkan segala kesedihan saat itu juga, tetapi di sampingnya ada Fatih yang harus di jaga perasaan dan suasana hatinya. Bunga memilih diam, bungkam bahkan ketika sang putra bertanya macam-macam tentang percakapannya dengan Yusuf tadi."Biarkan Unda tenang. Setelah itu, Unda pasti akan menceritakan hal yang sebenarnya. Sekarang, kita harus pulang karena taksi yang Unda pesan sudah datang. Ayo masuk," ajak Bunga pada Fatih. Memilih patuh pad
Happy Reading*****Yusuf dilarikan ke rumah sakit oleh eyangnya. Seluruh keluarga kini sedang berkumpul di depan pintu ruang UGD termasuk dua sahabat lelaki tersebut. Sudah sangat lama ketika kecelakaan itu terjadi, Yusuf tak pernah lagi masuk rumah sakit walau dia harus bergantung pada obat-obatan. Namun, hari ini kejadian terulang, dilarikan ke rumah sakit karena keadaan yang genting. Menunggu di depan ruang UGD, Irsan dan sahabat Yusuf yang lain cuma bisa diam dan menonton drama keluarga Prayoga. Sejak sang petinggi perusaan pingsan di pesta ulang tahun pernikahannya. Semua orang bertanya-tanya apa penyebab pewaris usaha tersebut bisa ambruk seperti tadi."San, apa yang terjadi dengan Yusuf. Mengapa, sepertinya dia kembali terguncang?" tanya sahabat Yusuf yang bernama Fawwaz. Bapak satu anak itu tak habis pikir. Mengapa sahabatnya selalu saja terkena masalah."Tidak tahu juga. Akhir-akhir ini, dia sering mengalami sakit kepala dan kembali mengkonsumsi obat-obatan itu," terang Irs
Happy Reading*****Bunga sampai di rumah dan langsung masuk kamar tanpa mempedulikan putranya. "Bu, tolong bantu Fatih ganti baju, ya," pinta perempuan berjilbab tersebut ketika berpapasan dengan wanita yang telah melahirkannya sebelum mencapai pintu kamar."Ada masalah, Nak?"Bunga cuma menggelengkan kepala dan segera menggerakkan handle pintu. Tanpa menjawab, dia masuk kamar tanpa menoleh lagi ke belakang.Mahirah menatap sang cucu yang terbengong melihat semua perilaku bundanya. "Kenapa kalian pulang cepat? Apa yang terjadi di pesta temannya Tante Shaqina?" Mengajak cucunya masuk kamar, Mahirah mulai melucuti pakaian bocah laki-laki tersebut."Unda ngajak pulang cepat. Padahal, Fatih masih suka dan betah di pesta itu, Nek. Makanannya enak-enak, tempat pesta juga mewah.""Alasannya apa?" Perempuan paruh baya itu memberikan setelan piyama yang akan dipakai Fatih. "Ada om-om yang ngobrol sama Unda. Lalu, Unda sama Om itu seperti berdebat.""Lalu?" Mahirah mulai penasaran dengan ce
Happy Reading*****Dua hari Yusuf dirawat di rumah sakit dan selama itu pula, hanya Kamila yang setia menemaninya. Bagaimana dengan sang istri? Mengapa tidak menemaninya? Tentu, jawabannya adalah karena Jafar tidak mengijinkan menantu kesayangannya itu lelah. Apalagi Adhisti tengah mengandung janin yang digadang-gadang akan menggantikan posisi Yusuf. Namun, Kamila sangat bersyukur ayah mertuanya tidak mengijinkan sang menantu menemani Yusuf. "Sebaiknya, Mama pulang. Aku sudah sehat dan baik-baik saja.""Kalau sehat, kamu tidak akan menginap di sini. Jangan larang Mama untuk merawat. Kamu itu sudah banyak menderita karena tekanan dan permintaan kami. Sebagai orang tua, Mama sangat malu, Suf." Menengadahkan tatapan ke langit-langit ruang perawatan sang putra, Kamil menghalau air mata yang siap terjun kapan saja."Menderita gimana, Ma? Aku baik-baik saja." Yusuf juga berusaha menyembunyikan semua kesedihan dan keresahan hatinya. Selama menginap di rumah sakit, dia mengutuk dirinya sen
Happy Reading*****Genap empat hari dirawat, Yusuf sudah diperkenankan pulang. Catatan kesehatannya makin membaik dengan kondisi psikis semakin meningkat. Emosinya juga cenderung lebih stabil saat ini. Keluarga Prayoga menyambut kedatangan sang pewaris dengan bahagia. Seluruh keluarga hadir saat itu kecuali sang Mama. Sudah tiga hari sejak pesta ulang tahun perkawinan putranya, perempuan paruh baya itu enggan pulang ke rumahnya sendiri. Dia memilih tinggal di rumah lain milik suaminya. Hal yang sebenarnya adalah dia malas bertemu dengan menantunya. "Pa, Mama mana?" tanya Yusuf ketika tidak menemukan sosok perempuan yang telah menemaninya selama di rumah sakit. "Mama lagi ada urusan," jawab Purnama cepat."Mamamu tidak menginap di rumah sakit, Suf? Sejak kamu dirawat, dia tidak sekalipun pulang ke rumah ini," timpal sang kepala keluarga. Siapa lagi kalau bukan Jafar.Suami Adhisti menatap sang Papa. Mengetahui ada yang disembunyikan oleh orang tuanya. Yusuf segera menjawab. "Tiap
Happy Reading*****Purnama memang telah mendapat kabar dari orang yang disewanya bahwa Fatih anak yang terlahir tanpa ayah. Semua informasi tentang keluarga Bunga telah dikantongi. Namun, lelaki paruh baya itu belum memberitahu istrinya. Melihat kebahagiaan Kamila ketika dekat dengan Fatih, lelaki itu tak tega menceritakan hal yang sesungguhnya.Semua itu membuat Purnama melamun, tatapannya kosong entah ke mana. Sangat heran, jika Mahirah saja seperti itu, mengapa Bunga bisa terjebak pergaulan bebas. Dalam hati, lelaki itu juga bersyukur. Putranya tidak mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin tak bermoral. "Pa, malah bengong," kata Kamila, "Fatih ada di sana. Sebentar, ya, Mama akan panggil." Istri Purnama bangkit dari duduk dan berjalan ke arah Fatih. Melambaikan tangan memanggil bocah kecil nan menggemaskan yang sedang tertawa bersama teman-temannya."Eyang Mila manggil Fatih. Ada apa?" tanya si bocah. Setengah berlari, dia menghampiri Kamila. Keringat mulai membasahi waj
Happy Reading*****Bel tanda masuk berbunyi. Fatih turun dari pangkuan Purnama. Menyalami satu per satu para eyang dan juga neneknya, bocah kecil itu berlari ke arah kelas."Hati-hati, Sayang. Jangan sampai jatuh. Kamu tidak akan terlambat. Kalaupun telat dan dimarahi guru, Eyang akan protes pada pemilik yayasan ini. Kamu tidak perlu takut," teriak Purnama penuh kekhawatiran. Baru sekali bertemu dengan bocah itu, dia langsung jatuh cinta seperti ini.Mahirah terbengong mendengar perkataan lelaki di sebelah Kamila. Tak disangka dia sangat berpengaruh juga sampai berani mengadu pada pemilik yayasan secara langsung. Diam-diam, neneknya Fatih itu juga takut jika berbuat salah. Tentunya, Purnama bukanlah orang sembarangan. "Aku harus menceritakan ini pada Bunga," ucap Mahirah dalam hati."Maafkan suami saya, Bu. Dia ini kalau sudah suka sama seseorang apa pun akan dilakukan untuk melindungi. Jangan kaget dengan ucapannya. Keluarga pemilik yayasan ini, memang salah satu sahabat kami apala
Happy Reading*****"Sudah jangan berdebat lagi. Kita ini bukan anak ABG lagi," sentak Fawwaz, "kamu makin aneh kalau aku lihat. Sejak mau berangkat bertemu seseorang yang katanya spesial, tingkahmu makin kayak orang jatuh cinta, Suf.""Bener banget," sambar Irsan dengan sinyal kuat jika urusan mem-bully sahabatnya satu itu."Cukup, tidak perlu kalian teruskan. Ada yang kepedean nanti. Ayo berangkat sekarang. Aku masih banyak urusan di kantor." Memasukkan kedua tangannya ke saku celana, Yusuf berbalik arah."Lah, katanya tadi sudah mengosongkan jadwal demi bisa bertemu Bunga. Gimana, sih? Ngomongnya mencla-mencle jadinya." Irsan melirik Fawwaz."Ikuti alur pewaris Prayoga sajalah. Daripada hidup kita sengsara nantinya," bisik Fawwaz, "istriku juga sudah OTW ke restoran disebutkan Yusuf tadi.""Baiklah, demi persahabatan dan bisnis." Irsan menatap Shaqina. "Ayo, Baby. Kita berangkat sekarang," ajaknya pada sang pemilik butik."Huek," jawab Shaqina sambil melengos. "Sejak kapan aku jad
Happy Reading*****Kegagalan meneguk indahnya malam pertama setelah sekian lama keduanya terpisah membuat Bunga begitu canggung saat ini. Walau berkali-kali Yusuf mengatakan tidak masalah, tetapi tetap saja perempuan itu merasa bersalah. Di saat sang suami sedang berada di puncak gairahnya terpaksa harus padam karena tamu bulanan Bunga datang lebih awal."Sini, Sayang," panggil Yusuf menepuk bagian pahanya."Mas, ih. Aku kan nggak bisa itu.""Tidak masalah. Walau tidak bisa masak kamu mau jauhi Mas, Yang.""Maaf, ya, Mas. Aku sudah membuatmu kecewa.""Tidak masalah, Sayang. Kita bisa mengulangnya di lain waktu. Mau jalan-jalan ke luar? Besok, kita pasti sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk berduaan.""Gimana bisa keluar kalau kuncinya saja dibawa Mama, Mas."Yusuf menepuk kening. Lupa jika seluruh keluarganya telah mengurung mereka di kamar tersebut. "Jadi, apa yang harus kita lakukan saat ini.""Nggak ada," jawab Bunga. Perempuan itu sengaja menjauhi sang suami. Duduk di sofa,
Happy Reading*****Sore sekitar pukul enam, keluarga Prayoga sudah berada di kediaman mereka. Tak membuang waktu lagi, Yusuf dilarikan ke rumah sakit tempat sang dokter praktek. Ada banyak harapan dari seluruh anggota keluarga tersebut atas kesembuhan Yusuf. Pemeriksaa panjang dan melelahkan akan segera mereka hadapi setelah Yusuf masuk ke ruang sang dokter. "Unda, Ayah sebenarnya sakit apa?" tanya si mungil yang sejak tadi berusaha menahan rasa ingin tahunya karena semua orang dewasa sibuk membicarakan sang ayah. "Ayah nggak sakit, Sayang. Cuma kelelahan saja.""Apa Ayah bekerja terlalu berat? Bisakah Fatih membantu pekerjaan Ayah supaya nggak kelelahan lagi seperti sekarang?"Kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir mungil itu terdengar oleh Purnama dan Jafar. Keduanya lantas tersenyum dengan kepala menggeleng-geleng. "Apa Ayah harus membawanya ke kantor sejak dini," ujar Jafar pada sang putra. "Lebih cepat lebih baik. Fatih itu persis Yusuf. Semangatnya untuk membantu p
Happy Reading*****Pletak .... Satu sentilan mendarat di kening sang direktur yang terkenal pandai dan selalu berhasil dalam bisnisnya. Namun, entah mengapa pikirannya menjadi buntu ketika dihadapkan pada persoalan asmara. "Apa?" kata Yusuf tak terima diperlakukan kurang ajar oleh sahabatnya."Kamu memang tidak mengingat tragedi pelecehan itu atau pura-pura bodoh. Mana mungkin aku menyukai istri sahabatku sendiri. Yang benar saja, tunanganku sekarang sudah amat sangat sempurna," seloroh Irsan. Dia masih mengawasi Bunga. Takut perempuan itu berbuat nekat jika langsung menolong.Yusuf terdiam beberapa saat, memaksa memorinya untuk mengingat semua kejadian yang telah terlewat. Berhasil, kenangan demi kenangan beberapa hari lalu serta seluruh kejadian bagaimana keluarganya mengenal Bunga hadir dalam ingatan. Namun, menit berikutnya lelaki itu merasakan kepalanya berputar."San, tolong!" ucap Yusuf lirih.Irsan menoleh pada sahabatnya dan segera berteriak sekencang mungkin memanggil nam
Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, setelah melakukan salat subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Yusuf dan Bunga dikejutkan dengan kehadiran Purnama beserta seluruh keluarga besar keluarga Prayoga termasuk putra mereka. Kemarin malam, setelah melakukan panggilan video dan mengetahui kondisi kesehatan Yusuf, mereka sekeluarga tidak bisa duduk diam ataupun tidur nyenyak.Jafar bahkan langsung meminta asisten pribadinya untuk memesan tiket penerbangan ke Bali. Malam itu juga, lewat tengah malam, mereka sekeluarga menyusul Bunga."Eyang, Papa?" ucap Yusuf dengan bola mata terbuka sempurna. Detik berikutnya, lelaki itu melirik sang istri. "Eyang, aku bisa jelaskan siapa Bunga."Yusuf mengajak rombongan keluarganya masuk dan duduk di sofa. Para sahabatnya melihat dari jarak yang tidak begitu jauh sambil menggelengkan kepala."Ayah, kenapa nggak mau nyapa? Fatih kangen." Bukannya Jafar atau Purnama yang menjawab pertanyaan lelaki tampan itu, tetapi seorang anak kecil. Yusuf mengerutkan
Happy Reading*****Bunga menatap panik pada sang suami. Dia telah berteriak minta tolong pada dua sahabat ayahnya Fatih. Namun, Yusuf masih tetap berteriak dan berjalan ke tengah pantai.Entah apa yang terjadi dengan sang suami. Padahal, Bunga cuma ingin mengambil kerang dan segera kembali ke sisi Yusuf saat ombak yang datang terlihat sangat besar. Akan tetapi, sng suami malah berteriak keras memperingatkan dan berlari ke tengah pantai."Berhenti, Suf. Ada apa denganmu?" tanya Fawas. Sekuat tenaga, lelaki itu mengejar. Irsan dan Shaqina bahkan menghentikan kegiatan pemotretan karena takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya."Ya Allah, Mas. Kamu kenapa sebenarnya?" kata Bunga. Dia terus berteriak memanggil Yusuf. Pergerakannya kalah cepat karena tubuh mungil si wanita.Ombak yang begitu besar menghantam Yusuf. Beruntung, Fawas sudah memegang tangan lelaki itu. Mereka berdua terseret beberapa meter ke tengah pantai. "Suf, sadar," ucap Fawas. Lelaki itu terpaksa menampar sahabatnya. Pan
Happy Reading*****Kelima rombongan Aghista pun melihat ke arah pandang ibu satu anak tersebut. Yusuf bahkan dengan cepat menutup mata sang istri dengan tangannya, sedangkan Shaqina terpaksa harus memalingkan muka. Malu sekali dengan adegan dua orng dewasa di depan mereka saat ini. "Cih, belum ada satu menit mengatakan akan melindungi Bunga dari gangguan lelaki manapun, tapi kelakuannya yang sekarang sungguh memalukan," kata Irsan. "Namanya bajingan, selamanya tidak akan pernah berubah," tambah Shaqina cukup keras hingga dua orang yang sedang melakukan adegan dewasa berciuman tersebut menoleh. Mata Damar membulat sempurna bahkan dia langsung mendorong perempuan yang tadi menjadi partner ya berciuman. "Jangan salah paham Bunga," kata Damar, "kamu tahu siapa dia. Sejak dulu, dia sudah mengejarku. Entah bagaimana dia bisa tahu, aku sedang ada kerjaan di sini.""Untuk apa kamu menjelaskan semua itu pada kekasihku?" tanya Yusuf. Tangannya sudah disingkirkan dari wajah sang istri."Mas
Happy Reading*****Bunga menatap suaminya yang tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut Damar. "Mas, kamu nggak melakukan hal-hal menakutkan seperti janjimu tadi, kan?" tanya Bunga. Dia, hanya ingin memastikan bahwa suaminya tidak bertindak apa pun juga saat ini. Sungguh, keluarga Prayoga itu sangat menakutkan jika sudah merasa disakiti atau terancam. Seperti kasus Yudhistira dan Adhisti. Sepupu Yusuf itu, tega memasukkan si ibu hamil ke penjara berserta ayahnya sendiri. Padahal jelas-jelas mereka sudah meminta maaf. Kejadian pelecehan beberapa waktu lalu juga membuat Jafar marah besar. Lelaki sepuh tersebut bahkan meminta putrinya untuk bercerai dengan Iskandar. Tidak ada toleransi jika menyangkut nama baik dan rasa sakit yang dialami keluarga Prayoga. Semua harus dibayar sepadan. Sungguh, melihat wajah semringah sang suami. Bunga khawatir dengan keadaan Damar. Bukan karena dia menaruh hati pada lelaki tersebut, tetapi lebih kepada rasa kemanusiaan. "Hal-hal menakutkan gimana
Happy Reading*****"Kekanakan bagaimana?" jawab Damar, "aku cuma ingin melindungimu dari lelaki tidak baik ini."Kalimat Damar membuat Yusuf membulatkan mata. "Kita baru sekali bertemu. Jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu ketahui kebenarannya," ucap suami Bunga. "Kebenaran apalagi yang perlu aku ketahui. Ekspresi wajah Bunga, jelas sangat tidak nyaman dengan perlakuanmu," jawab Damar. Masih kukuh dengan pendapat awal yang dilihatnya tadi. "Diam, Mar. Kamu terlalu jauh mencampuri urusan pribadiku," sahut Bunga. Kilat amarah itu jelas ditampakkan olehnya pada lelaki yang sejak tadi berusaha mendekatinya."Hah!" ucap sang lelaki sedikit terkejut dengan protes yang Bunga lakukan. "Kamu tidak perlu takut seperti itu, Bunga. Aku selalu siap ketika ada lelaki yang mengganggumu." Suara Damar mulai meninggi membuat orang-orang di dalam pesawat melihat ke arah mereka bertiga.Shaqina yang duduk dua kursi di belakang Yusuf dan Bunga, meminta ijin pada Irsan. "Permisi, Mas.""Mau ke ma
Happy Reading*****"Hai, Sayang. Kenapa berhenti?" ucap Yusuf tak tahan melihat sikap si lelaki yang cari-cari perhatian pada istrinya.Bunga tersenyum menatap sang suami. "Mas, kenalkan. Ini sahabat kami bertiga pas masih SMA dulu.""Hmm," jawab Yusuf tanpa berniat untuk berjabat tangan. Bunga menyadari sikap tidak suka yang ditunjukkan sang suami. Dia pun menggandeng tangan Yusuf posesif. "Mar, kenalin dia ini ....""Saya calon suaminya," ucap Yusuf. Tampang sengaja dibuat mode dingin. "Oh, rupanya sudah punya clon suami. Aku kira kamu masih sendiri." Sengaja mengedipkan sebelah mata, lelaki itu seakan memancing emosi Yusuf. "Kenalkan, saya Damar. Salah satu direksi sekaligus Direktur dari Akasurya Grup."Fawas menarik garis bibir. Seolah mengejek nama perusahaan yang disebutkan barusan. "Jika kamu mengaku direktur Akasurya Grup, lalu siapa Ganandra?""Nah, benar. Tidak perlu sok ngaku-ngaku, deh. Ganandra itu adalah direktur utama Akasurya Grup," tambah Irsan. Dia sengaja merapa