Ayah Kejam, Tidak Punya Hati! Di hadapan ruangan Tuan Charles, Alberto palsu tersenyum menyeringai. Dia pun melangkah, memerintahkan anak buahnya untuk mengikuti putrinya. Mereka mengira ia tidak tahu tentang Sean yang kembali bekerja. Neve begitu riang saat Sean mengajaknya jalan, ini sebagai kencan pertama mereka. Wanita itu langsung meluncur ke alamat yang Sean berikan.Sebuah tempat makan sederhana, Neve tidak menyukai tempatnya, tetapi demi Sean dia tidak memprotes apapun. "Hai!" Sean melambaikan tangannya agar Neve melihat keberadaannya.Neve tersenyum dan menghampiri meja pria yang baru saja menjadi kekasihnya itu. Saat melewati beberapa pengunjung, terlihat sekali wajah Neve yang tidak menyukai tempatnya."Aku mengajakmu ke restoran mahal, kenapa pilih yang ini?" Neve akhirnya bertanya juga. "Neve, sebagai seorang laki-laki, aku tentu tidak mau kencan pertama kita Kau yang menanggungnya. Biarkan aku membuktikan padamu bahwa aku memilihmu bukan karena uang dan keka
Astaga, Kau Mengompol? Alfonso membaca ulang apa yang diberikan oleh sekretarisnya tadi. Beberapa lembar kertas beserta foto keluarga. Ingin rasanya ia tertawa, namun sekaligus miris. Sekretarisnya jauh lebih pintar dari pada dirinya."Kau memang pintar, aku saja tidak pernah berpikir sejauh itu." Alfonso memuji kepandaian sekretarisnya tersebut."Dua kali dia di pecat dari hotel dan dua kali pula Tuan Charles membantunya, sedangkan di hotel hanya Tuan Charles yang berpihak padanya." Itulah alasan sekretarisnya mencaritahu siapa Sean sebenarnya.Alfonso diam, dia sedang memikirkan apa yang harus di lakukannya untuk anak itu. Yang dilakukannya tadi semata karena tidak rela putrinya berbubungan dengan Sean, itu saja. "Bagaimana dengan penjualan hotel, Tuan?" Sekretarisnya bertanya lagi, "Pria tua itu pasti akan datang lagi menagih." Ia mengingatkan Alfonso pada janjinya waktu itu. "Tidak ada yang berubah, hotel itu tetap akan ku jual," kata Alfonso yakin, kemudian menatap par
Citra Hotel Ini Akan Buruk Sean turun dari mobil tepat di luar gerbang rumah Tobias. Ia membunyikan bel pagar hingga muncullah pria yang mengusirnya kemarin."Mau apa lagi? Apa perlu ku patahkan lehermu?" Pria itu menampilkan wajah sangarnya tanpa membukakan pintu pagar."Aku ingin bicara dengan Tuan Tobias, izinkan aku masuk!" pinta Sean dengan nada biasa."Tidak bisa, dia sudah mengusirmu," ucap pria itu tidak mau, "pergi dari sini atau ku patahkan lehermu!" Pria itu malah mengancam Sean lagi. Markus yang baru selesai bertelepon dengan istrinya pun segera turun saat melihat Sean masih berdiri di luar pagar."Di mana Tobias?" tanya Markus."Pengawalnya tidak mau membukakan pintu pagar," jawab Sean.Markus menatap pria yang terhalang pintu pagar itu, hanya ada lobang persegi empat puluh centimeter yang bisa melihat ke dalam."Buka pintunya atau ku hancurkan pagar ini!" ancam Markus dengan wajah garangnya.Pria di dalam tidak takut, dia justru membalas tatapan tajam Markus, "Ka
Suami Takut Istri Neve membuka pintu kamarnya dan langsung berlari ke dalam menuju tempat terakhir kali ia menyimpan laptopnya.Ketakutan masih menguasai hatinya, Neve menduga bahwa ayahnyalah yang membuka laptop tersebut.Neve bernafas lega setelah melihat benda yang dicarinya itu ada di tenpat terakhir kali ia letakkan dan dengan posisi yang sama. Neve menemukan laptop itu, dia langsung memeluknya, memeriksanya, tetapi tidak ada yang mencurigakan dari benda itu.Neve pun memutuskan untuk membawa benda itu pulang ke rumah.Hal itu tak luput dari penglihatan Sean dan Markus. Mereka memang segera mengembalikan laptop tersebut setelah memeriksa isinya. "Jadi Kau memiliki hubungan dengannya?" Markus ingin tergelak setelah mendengar cerita Sean tadi. Bagaimana tidak, banyak video Alex dan Neve di dalam. "Aku melakukannya untuk mencaritahu tentang Paman Alberto, tidak lebih," jawab Sean."Sepertinya Kau memang harus melanjutkan hubungan kalian," ucap Markus setelah lama ber
Aku Tidak Pernah Menyukaimu "Dario!"Panggil Sean begitu melihat temannya ada di dalam sel khusus berukuran tiga kali tiga yang sepertinya sengaja dibangun di dalam rumah itu.Tobias yang berpikir cepat segera menembak gemboknya hingga terbuka. Sean langsung menarik pintunya dan masuk ke dalam.Di hampirinya Dario yang nyaris pingsan, matanya tampak sayu sekali dan tubuhnya juga sangat lemah, "Tuan Alberto lari membawa orang yang mirip dengannya," ucap Dario sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya. "Dario! Dario!" Sean mengguncang tubuhnya, "Dario!" menepuk pipinya pelan. "Sepertinya dia tidak pernah makan dan dehidrasi, dia hanya pingsan," kata Tobias. "Paman akan mengejar Alfonso, mereka pasti belum jauh," ucapnya kemudian. Tobias meninggalkan Sean di dalam sel bersama Dario.Benar saja, di belakang rumah tersebut suara mobil menderu kian menjauhTobias berlari sekencangnya mengejar mobil yang terus melaju, tapi kemudian ia sadar tidak akan bisa mengejar mereka.Muncung p
Kedatangan Keluarga Sean Sejak saat itu, hotel kembali dikelola oleh Alberto yang sesungguhnya. Kembarannya Alfonso menghilang entah ke mana. Alberto sudah menyarankan agar Sean saja yang mengambil alih hotel itu, dia bersedia di tempatkan di mana saja, dengan tegas Sean menolak karena ingin membuka usaha lain. Kini telah satu bulan berlalu sejak kejadian itu. Sean dan Alberto kembali menyumbangkan keuntungan hotel untuk sekolah gratis dan panti asuhan yang di kelola oleh Nyonya Marylin. Selama itu pula Sean tidak pernah lagi berkunjung. Semua dikembalikan seperti semula, mereka hanya melakukan pengiriman uang.Dario kini sudah tidak bekerja lagi menjadi petugas kebersihan, Sean mengajaknya join bisnis restauran.Restauran yang terancam tutup, letakmya tak jauh dari tempat merekakuliah, di beli oleh Sean dan di rubah menjadi kekinian. Sean mencari koki terbaik untuk mengolah santapan di restorannya. Dario menjadi pemasok bahan makanan berupa sayuran serta kacang-kacangan.
Jangan Sampai Kau Kedinginan Satu keluarga itu tengah menikmati hidangan ala chef pilihan Sean. Mereka juga mengajak Dario bergabung.Dario masih terkagum-kagum dengan keluarga Sean yang tampak bersahaja padahal kaya raya, dari cara mereka menyapanya dengan ramah.Dari meja kasier, Neve juga mencuri pandang ke arah mereka, ingin sekali ia menyapa, tapi ia takut Sean akan tidak nyaman nantinya."Kakak, siapa nama pelayanmu itu?" Rain bertanya sambil menunjuk ke arah Lucia yang berjalan dari arah dapur. Gadis itu membawa nampan pesanan.Sean mengikuti arah telunjuk adiknya, tampak Lucia sedang menghidangkan makanan di atas meja pengunjung."Aku suka warna matanya," lanjut Rain yang belum mendapat jawaban dari Sean."Mom, kenapa tidak ada yang mirip dengan Queen?" Semua mata beralih menatap gadis remaja itu.Jujur dia kadang merasa asing sendiri, mommy dan daddynya tidak ada satupun yang mirip dengannya."Itu karena Kau bukan anak mommy dan daddy," celetuk Rain tanpa pertimbanga
Demi Nama Baik Lucia "Nyonya Marylin, Lucia bilang sudah banyak barang rusak di gudang, aku sudah janji akan mengambilnya hari ini," ucap seorang pria tua yang berprofesi sebagai pengumpul barang rongsokan. Rumahnya tidak jauh dari panti. Padahal masih pagi pagi, tapi pria itu sudah berada di panti. Nyonya Marylin yang sedang merapikan tanamannya di luar, "Oh ya, sebentar saya panggil Lucia," kata Nyonya Marylin meninggalkan pria itu. Ia pun lantas masuk ke dalam menuju dapur panti."Lucia! Lucia!" panggilnya."Kakak Lucia tidak ada, Nenek, mungkin masih di kamarnya," jawab anak kecil berusia delapan tahunan yang sedang sarapan di dapur."Lucia tidak ikut memasak?" tanyanya memastikan pada juru masak panti asuhan. "Ya, Nyonya, Nona Lucia belum ke luar dari kamarnya," jawab juru masak itu. Nyonya Marylin melangkah menuju kamar gadis panti itu, "Tidak biasanya dia seperti ini, apa dia pulang larut tadi malam?" Sambil bertanya-tanya ia mengingat bahwa Lucia bukanlah gadis
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d