Pemilik Kedua Hotel Ini Pagi-pagi sekali Nyonya Winter sudah menghubungi menantunya. Ruby dengan setia mengekor di belakangnya."Halo sayang!" sapa wanita paruh baya itu. Ruby yang mendengarnya langsung memiringkan bibirnya saat mendengar kata sayang."Ya, Bi!" Patricia masih enggan menyebut ibu karena ia tidak yakin kalau Winter tulus menyayangi suaminya."Kau jadi datang siang nanti?" tanyanya."Ya, Dimitri mengizinkanku datang.""Oh, syukurlah! Dimitri memang anak yang baik. Ibu tunggu kedatanganmu, sayang!"Ingin rasanya Patricia muntah mendengat kata sayang tersebut. Ia pun menutup panggilan."Bagaimana, Bu? Dia setuju?" Ruby berpindah posisi ke hadapan ibunya."Bodoh!" Nyonya Winter menoyor kepala putrinya, "Kau sudah dengar, kenapa masih bertanya?"Ruby cemberut diperlakukan seperti itu."Ibu tidak sabar seperti apa dirinya nanti saat mulut-mulut pedas sepupumu mengomentari dirinya." Nyonya Winter membayangkan Alana dulu yang hanya menunduk tidak melawan saat di siram deng
Wanita Luar Biasa Siang itu juga mereka menemui Dimitri di kantor untuk menyampaikan permohonan maaf."Dia yang salah, karena sudah merusak acara. Lagi pula aku tidak percaya kalau dia pemilik hotel itu." Setelah manager hotel mengatakan siapa Patricia masih ada yang tidak percaya."Katakan Dimitri, istrimu pasti berbohong," desak mereka. Penyakit hati telah menguasai hati mereka, intinya mereka tidak suka bila Dimitri menikah dengan orang yang mereka anggap tidak setara, namun juga tidak terima karena Patricia ternyata jauh di atas mereka."Yang aku tahu, Patricia itu kaya dan asetnya ada di mana-mana, tetapi namanya tidak terekspos selain hanya sebagai pemilik Butik Patricia. Kakaknyalah yang menghandle segalanya."Pengakuan Dimitri kembali membuat mereka syock dan malu tentunya, yang mereka hina ternyata lebih dari mereka."Aku harus mendengar pengakuan dari istriku sebelum membantu kalian. Aku jadi curiga kalau kalian pasti menghinanya." Dimitri menatap mereka datar."Dimitri
Mom, Queen Sangat JelekSiang itu langsung dilakukan operasi untuk menghentikan darah yang terus keluar dari perut Lerina. Wajahnya sudah seputih kapas, tampak tak berdarah.Ventilator sudah menempel di hidung mancungnya. Tidak hanya operasi dia juga membutuhkan dua kantong darah. Han, Antonio dan Rivera menunggu di luar dengan cemas. Bagaimana tidak, melihat Lerina tertembak dan langsung tidak sadarkan diri. Sungguh mereka takut kehilangannya.Cita-cita besar dalam hidupnya kini telah tercapai, mungkinkah ia akan berpulang?Ketiganya terlihat tidak baik-baik saja, terutama Han yang terus meraup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tangisnya memang tak bersuara, tapi sesungguhnya hatinya menjerit, kenapa harus selalu istrinya? "Sayang, sebaiknya Kau pulang ya, aku akan minta sopir menjemputmu!" Antonio tidak tega melihat kondisi istrinya yang tengah hamil besar saat ini, namun dia juga tidak mungkin meninggalkan Han sendirian yang tampak rapuh. Rivera mengangguk. Di samping memiki
Calvin Dann Zoku Sudah hari kedua Queen berada di yayasan, ia lebih sering menangis dari pada diam, bahkan di malam hari."Aku khawatir dengan anak ini," ucap salah satu pengurus yayasan. Mereka mengelola bagian panti asuhan."Apa kita bawa saja ke rumah sakit?" jawab salah satunya. Ia juga cemas dan takut kalau bayi itu tidak bisa bertahan."Tangisannya bahkan sudah tidak terdengar, tega sekali orang yang mengurusnya." Mereka sungguh kasihan melihat kondisi Queen yang tidak terurus selama ini."Ini berikan dia susu!"Wanita yang memangkunya mengarahkan mulut botol itu ke dalam mulut Queen, anak itu menghisapnya tapi hanya sebentar, ia kembali memuntahkannya."Mungkin pencernaannya sakit?" komentar yang satunya, ia yang ingin merapikan pakaian tadi kembali mendekat."Astaga! Badannya panas sekali. Beeikan obat penurun panas, aku akan menghubungi Nyonya Laura," titah wanita yang lebih tua itu. Ia mengambil ponselnya dan segera mencari nomor Nyonya Laura, untung kemarin Laura meni
Dua hari berlalu, Sarra dan Harry memutuskan untuk kembali Ke Rusia karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal terlalu lama. Sepanjang perjalanan Sarra terus memejamkan matanya, akibat mengantuk.Dia seperti wanita pemalas yang selalu ingin berbaring dan tidur.Harry menyentuh lengan istrinya. "Jangan ganggu, aku masih mengantuk," kata Sarra.Harry berdecak, "Apa dia pikir ini berada di rumah?""Jangan berisik!" sahut Sarra yang tidak sepenuhnya sadar. "Ayo turun, kita sudah sampai!" ucap Harry."Ha, sampai?" Sarra kemudian menyadari bahwa mereka sedang berada di pesawat.HoaaamIa menggeliatkan tubuhnya, Harry menggelengkan-gelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang terlihat urakan.Sarra hanya tersenyum, ia lalu mengambil kaca mata hitamnya dan memakainya. Mereka pun turun dari pesawat. Di dalam bandara Sarra terus bergelayut di tangan Harry sampai bertemu dengan Patricia yang sengaja datang menjemput mereka dengan Felix yang sudah besar.Harry mengambil alih keponakannya
Jangan Sentuh Aku! Di sinilah Sarra dan Harry sekarang berada, di hadapan dokter spesialis kandungan. Dokter Psikolog tersebut memaksa mereka untuk mendaftarkan diri agar Sarra diperiksa dengan benar.Keduanya menceritakan keluhan mereka akhir-akhir ini. Jika Sarra mengeluh tubuhnya mudah lelah dan gampang sekali mengantuk, Harry mengeluhkan kebiasaan istrinya yang berubah jadi pemalas dan terkesan jorok.Dokter pria tersebut mengerti dan menyuruh suster pendampingnya untuk mempersiapkan tempat agar pasien barunya ini di periksa."Silahkan Nyonya Sarra naik ke sini!" pinta suster tersebut. Sarra pun segera naik setelah menatap Harry sebentar.Sungguh saat ini jantungnya berdetak tidak normal, ketakutan kembali kecewa lebih mendominasi di pikirannya.Apa iya dirinya hamil? Harry mengangguk tersenyum, dia tahu istrinya pasti lebih menyalahkan diri sendiri kalau saja dia terbukti tidak hamil. Meskipun dirinya tidak pernah menuntut. Harry mencintainya tulus dengan atau tidak
Aku Mencintaimu Perut Patricia semakin terasa kram dan menimbulkan rasa sakit di sekujur pinggangnya. Dengan air mata yang mengalir di pipi ia terus berlari sampai ia benar-benar tidak sanggup lagi dan berhenti, pada saat itu Dominic menarik tubuhnya.Pria itu menyeringai kejam, "Percuma saja Kau berlari, aku pasti akan mendapatkanmu!" desisnya Dominic kejam. Tidak ada rasa kasihan melihat Patricia yang sudah kesakitan. Patricia menatap wajahnya, "Dominic aku mohon, lepaskan aku! Biarkan aku pergi!" Dia yang terus bertahan dalam kesakitan memohon belas kasihan dari Diminic.Setan dan nafsu yang sudah mengalahkan akal sehat membuat Dominic seakan tuli, ia menarik Patricia menuju tempat sunyi seperti hutan kecil. Patricia bahkan tidak mengenali tempat itu, selama apa dia tertidur di dalam taksi tadi? Hari pun mulai beranjak gelap. Dominic tanpa rasa kasihan terus menarik tubuh Patricia ke dalam hutan yang tidak terlalu lebat.AaaaaSakit di perutnya kian terasa, sampai-sampai
Trauma Atau Depresi Malam itu juga Sarra tak bisa menahan dirinya untuk tidak datang ke rumah sakit, ia teramat khawatir mendengar kejadian yang menimpa adik iparnya setelah suaminya memberitahunya.Setelah dari Harry pergi ke gedung perusahaannya, tepatnya di atas tempat untuk melampiaskan rasa amarah yang masih membuncah di dada. Bukan tak mampu membunuh orang yang menyebabkan adiknya berjuang antara hidup dan mati, tetapi itu terlalu mudah untuk bajingan seperti Dominic. Harry ingin menyakiti fisiknya sampai pria itu sendiri yang memohon untuk mati. Harry duduk seorang diri di atas gedung perusahaannya. Dia terlalu takut kalau Patrcia tidak bisa bertahan. Dia menangis sejadi-jadinya. Belum sembuh trauma saat istrinya berjuang antara hidup dan mati kini adiknya mengalami hal yang sama. Sarra terus menanyakan keberadaannya melalui pesan singkat, tetapi Harry sama sekali belum membalasnya, begitu juga dengan panggilan yang tidak di angkat. Di rumah sakit, Sarra dan Dimitri m
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d