Aina kebingungan mendengar kalimat yang terucap dari suaminya. Dia tidak ada niat untuk meninggalkan suaminya sama sekali. Justru dia yang ketakutan kalau sampai suaminya meninggalkan dirinya. Terlebih setelah mendengar pengakuan Nina di kantor yang membuatnya resah sepanjang hari hingga memilih untuk ke yayasan agar lupa dengan hal itu."Kenapa kamu bicara seperti itu, Mas?" tanya Aina curiga. "Apa suami yang melakukan kesalahan akan menutupi dengan sikap seperti ini seolah-olah dia sangat membutuhkan kita?" batin Aina berspekulasi."Kenapa HP-mu nggak aktif? Kenapa kamu nggak bilang kalau mau ke yayasan?" Fatan memberondong Aina dengan pertanyaan.Aina menghela nafas panjang sebelum menjawab. Lalu ia menarik tangan suaminya agar mau duduk di sofa. "Tadi dari kantor aku langsung ke sekolah untuk melihat kondisi sekolahan, Mas. Sudah sangat lama aku tidak berkunjung dan ternyata banyak sekali perubahan di sana. Aku memeriksa laporan selama beberapa bulan ini sampai lupa ngabarin kamu
"Hari ini ada janji temu dengan klien sebelum jam makan siang, Tuan," ucap Marvel membeberkan jadwal kerja Fatan.Fatan membolak-balikkan halaman berkas yang ada di tangannya seraya memeriksa arloji di pergelangan tangannya. "Oke. Masih ada waktu. Tolong bantu saya memeriksa semua laporan ini sebelum kita pergi.""Baik, Tuan." Marvel segera duduk di hadapan Fatan lalu ikut menyibukkan diri dengan berkas-berkas tersebut. Di sela-sela kesibukan Fatan dan Marvel, tiba-tiba Marvel teringat kembali dengan pekerjaan yang harus ia lakukan. "Maaf, Tuan. Saya baru ingat kalau hari ini kita harus pergi ke kantor cabang untuk memantau alat-alat baru yang dikirimkan hari ini."Fatan melirik sekilas ke arah Marvel. Nampaknya mereka mempunyai banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sekaligus dalam satu waktu. Namun, tak mungkin Fatan bisa mengurus pekerjaan di dua tempat berbeda."Benarkah? Kenapa kamu baru bilang sekarang?" omel Fatan."Maaf, Tuan. Pihak ekspedisi menghubungi saya pagi tadi dan
"Assalamualaikum!" Fatan membuka pintu rumah dengan wajah lelah. Ia mengerutkan alis heran karena sang istri tak juga menjawab salamnya.Bahkan wanita yang ia cintai itu juga tak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Padahal biasanya dia akan menyambut kepulangannya dengan senyum mengembang sempurna yang mampu menghilangkan penat selepas kerja.Kepulangannya kali ini tidak mendapat sambutan dari Aina. Selama beberapa hari terakhir, Aina sengaja mengabaikan Fatan dan mendiamkan pria itu. Awalnya Fatan tidak terlalu memikirkan karena merasa sang istri butuh "me time" karena selama ini dirinya selalu membuat wanita itu tak bisa bergerak bebas jika ada di sampingnya. Mungkin Aina butuh waktu sendiri, pikirnya beberapa hari ini. Namun semakin hari Aina semakin menampakkan sikap dingin padanya.Puncaknya, saat Aina melihat Fatan bersama dengan Nina di sebuah restoran mewah. Sikap Aina menjadi semakin dingin pada Fatan. Meskipun wanita itu masih menjalankan tugas sebagai istri seperti bi
Fatan dan Aina masih terlibat perbincangan serius mengenai Nina. Fatan mendengarkan baik-baik cerita Aina, meskipun pria itu masih disalahkan. Setidaknya Fatan sudah tahu harus bagaimana untuk mengurus masalahnya dengan Aina. Berhari-hari dia dibuat pusing oleh sikap istrinya yang cuek, ternyata semua gara-gara Nina. Sekretaris baru itu makin berani mengusik kehidupan pribadinya."Ternyata biang keroknya Nina!" batin Fatan. "Apa mungkin ini murni perbuatannya sendiri atau ada orang lain yang memperalatnya?" "Aina, apa kamu lebih percaya Nina daripada aku?" tanya Fatan pada Aina setelah wanita itu selesai bercerita.Aina menatap suaminya tepat di manik hitam sekelam malam itu. Mencoba untuk mencari kebohongan di sana tapi Aina tak mendapatkannya. Fatan terlihat serius dengan ucapannya dan tidak ada gelagat aneh yang mencoba untuk disembunyikan."Kalau aku bilang ke kamu, ini semua cuma salah paham. Apa kamu akan percaya?" tanya Fatan lagi. Aina ragu. Ia ingin mempercayai suaminya, ta
"Selidiki semua hal tentang Nina! Cari tahu alasan kenapa wanita gila itu berbicara omong kosong di depan istri saya!" perintah Fatan pada Marvel."Baik, Tuan." Marvel membungkuk hormat. Fatan tidak serta merta melepaskan Nina begitu saja setelah memecat wanita itu. Fatan harus menginterogasi Nina agar wanita itu mengakui kebohongannya di depan Aina untuk memberikan bukti kalau Aina hanya salah paham pada Fatan dan Nina."Aina, aku akan buktikan kalau semua ini cuma rencana licik Nina." Fatan membatin. Fatan masih tak mengerti kenapa Nina melakukan hal ini padanya? Fatan merasa dirinya tak mempunyai masalah pribadi dengan Nina. Kenapa Nina ingin menghancurkan rumah tangganya? Semakin dia berpikir, semakin pusing kepala pria itu. Sama sekali tak ada bayangan di kepala alasan Nina melakukan itu.Fatan belum tahu kalau Sarah ada di balik semua ini. Dia hanya bisa menerka-nerka tujuan Nina mengusik hidupnya dan Aina. "Lebih baik sekarang aku minta Alia ke sini. Aku butuh kesaksian dari
"Pasti ada orang yang menyuruhmu, kan?" seru Fathan.Sayangnya Nina tidak mau menyebut nama Sarah. Bukannya tidak mau, tapi Nina tidak bisa membocorkan rahasia Sarah, karena wanita itu sudah diancam oleh Sarah. Sarah menggunakan ibu Nina untuk mengancam Nina agar rahasianya tetap terjaga."S-saya bertindak sendiri, Tuan. Tidak ada yang menyuruh saya. Saya minta maaf." Nina menunduk menyembunyikan ketakutannya. "Kamu yakin kamu bertindak sendiri dan tak ada yang menyuruhmu?" Aina menatap Nina tajam. Gara-gara Nina dia sudah salah paham sama suaminya. Dia bahkan mengabaikan sang suami selama berhari-hari. Sikapnya juga dingin pada lelaki yang seharusnya ia hormati dan cintai itu. "Iya, Nyonya." "Lalu apa tujuanmu melakukan itu?" Lagi Nina melayangkan pertanyaan hingga membuat mantan sekretaris itu tersudutkan. "Saya ... saya hanya ingin membuat rumah tangga Tuan dan Nyonya hancur," jawab Nina dengan suara bergetar.Fatan sudah mengeraskan rahangnya dengan dua tangan terkepal erat d
Sarah tidak tahu jika hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Mendadak dunia Maya dihebohkan dengan berita viral mengenai dirinya. Kasus penculikan seorang gadis bercadar beberapa bulan lalu yang ia kira sebagai Aina muncul di publik. Dia kira masalah itu sudah selesai karena Ijal bilang kalau gadis yang mereka culik sudah tewas. Namun hari ini, mendadak semua kanal sosial medianya dibanjiri hujatan oleh netizen akibat rekaman percakapannya dengan gadis bercadar saat di gudang tua itu diunggah dan mengetag dirinya. Semua ancaman yang dia lakukan terekam dengan jelas di sana dan itu membuat para netizen akhirnya tahu jika dirinya adalah seorang wanita ambisius yang jahat. Menghalalkan segala cara demi untuk mendapatkan mantan suaminya kembali. "Aargghh! Bagaimana ini bisa terjadi?!" Sarah membanting ponselnya ke dinding hingga hancur berantakan. Tak hanya itu, Sarah juga membuang semua barang-barang yang ada di sekitarnya hingga kamar apartemennya menjadi seperti kapal pecah.
Urusan dengan Sarah sudah diselesaikan oleh pengacara. Fatan benar-benar tak mau terlibat lagi dengan wanita itu. Beberapa hari ini berita tentang penangkapan Sarah menjadi trending topic di berbagai kanal media sosial. Bahkan beberapa televisi menyiarkan secara langsung terkait proses penyidikan terhadap Sarah.Fathan tidak pernah menyangka bahwa seseorang yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupnya memiliki sifat yang begitu buruk. Bahkan Sarah dengan tega melakukan berbagai tindakan keji demi untuk memuluskan ambisinya. Di sebuah sudut ruangan dengan jeruji besi sebagai pembatas duduk seorang wanita sembari memeluknya sendiri. Kecantikan yang dulu pernah dielok-elokan kini tampak pudar tergantikan oleh wajah tirus dengan kelopak mata menghitam. Teriakan dari penghuni selainnya tidak membuat wanita itu terganggu. Pikirannya kosong dengan tatapan redup. Entah apa yang ada dalam benak wanita yang dulu cantik itu. Kini semua orang menghujatnya. Tak ada lagi harapan hidup bagi Sarah
"Aku nggak nyangka hubungan Kak Bintang sama Azkia bisa mulus dan lancar kaya jalan tol gini," gumam Mentari. Wanita itu cukup terkejut saat mendengar kabar dari Bintang mengenai acara pernikahan Bintang.Bintang tidak ingin menunda pernikahannya terlalu lama. Keluarga Bintang dan keluarga Azkia pun segera menyusun pesta pernikahan sederhana untuk meresmikan hubungan putra-putri mereka."Aku nggak mau buang-buang waktu. Aku takut Azkia berubah pikiran," sahut Bintang."Kak Bintang nggak maksa Azkia buat nerima Kak Bintang, kan?" tuduh Mentari."Kamu jangan sembarangan ngomong! Aku nggak maksa Azkia. Sekalipun Azkia nolak pun aku juga nggak akan marah kok," timpal Bintang.Saat ini Mentari tengah berada di rumah orang tuanya untuk membantu Bintang menyiapkan pernikahan Bintang. Wanita itu sibuk menolong Bintang membungkus barang-barang seserahan yang akan diberikan pada Azkia nanti."Apa acaranya nggak terlalu terburu-buru, Kak? Ada banyak hal yang harus kita siapin, tapi kita nggak pu
Azkia duduk termenung, memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Mentari tempo hari. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Mentari menawarkan kakaknya pada Azkia.Azkia tidak menanggapi serius pertanyaan Mentari. Wanita itu hanya menjawab asal saat dirinya diberi pertanyaan mengenai Bintang.Azkia kira, Mentari hanya bercanda saat Mentari meminta Azkia menikah dengan Bintang. Namun, ternyata perkataan Mentari bukan sekedar gurauan belaka. Mentari bersungguh-sungguh, begitu pula dengan Bintang. Hari ini, Bintang mengajak Azkia bertemu untuk membahas hal ini. Karena Azkia belum memberikan jawaban pasti, Bintang ingin kembali menanyakan kesediaan Azkia untuk menjadi istrinya."Aku datang nggak, ya?" gumam Azkia ragu.Azkia tidak mengenal Bintang. Azkia juga baru beberapa kali berjumpa dengan Bintang.Wajar saja kalau wanita itu merasa ragu. Siapa orang yang ingin menikah dengan pria yang tidak dikenal. Pastinya Azkia tak mau memilih sembarang pria untuk dijadikan suami. Ada banyak ha
Aina tertawa. Penjelasan Revan membuat wanita itu langsung membuat kesimpulan."Maaf, Ma? Apa ada yang lucu? Kenapa Mama ketawa terus?" tanya Revan.Aina kembali tergelak. Kepolosan putri dan menantunya membuat wanita itu tak bisa berhenti tertawa."Maaf, Revan. Cerita kamu lucu banget. Mama nggak tahan pengen ketawa," sahut Aina."Bagian mana yang lucu?" batin Revan dengan wajah bingung. "Revan, tolong kamu bawa Mentari ke dokter kandungan," ucap Aina kemudian. "Dokter kandungan?""Percaya aja sama Mama. Bawa Mentari ke dokter kandungan, setelah itu kasih kabar ke Mama, ya?"***"Kamu kenapa bawa aku ke sini?" tanya Mentari kesal karena sudah dibohongi oleh Revan. Wajahnya sudah tak bersahabat. Bibir mengerucut dengan tatapan ingin marah. Namun ia tak mungkin mengungkapkan kemarahannya di depan suami karena ia yakin sang suami melakukan ini karena khawatir padanya.Saat ini pasangan suami istri itu tengah berada di rumah sakit dan hendak berjumpa dengan dokter kandungan, sesuai de
"Gimana? Kalian dapat kerak telurnya?" tanya Revan cemas."Maaf, Mister. Semua penjual kerak telur sudah tutup."Mentari mengomel begitu mendengar jawaban Revan. Mentari tak mau mendengar alasan apa pun. "Pokoknya aku mau kerak telur sekarang! Kalau Huby nggak bisa dapetin kerak telur, mendingan Huby tidur di luar aja!" omel Mentari."T-tapi, Huny ...."Brak! Mentari menutup pintu kamar dengan kencang setelah mengusir suaminya keluar dari kamar. Gara-gara kerak telur, Mentari marah pada Revan hingga Mentari tak mau tidur dengan Revan."Kerak telur sialan!" umpat Revan dongkol bukan main. "Cari kerak telur lagi sampai ketemu!" teriak Revan pada anak buahnya.***"Hoam!" Pagi-pagi sekali, Revan membuka mata setelah mendengar suara adzan subuh. Pria dengan kantung mata hitam itu perlahan bangkit dari sofa empuk yang menjadi alas tidurnya. Selama semalaman, Revan tidur di sofa ruang tengah usai dirinya diusir oleh Mentari.Tragedi kerak telur sudah menghancurkan istirahat Revan. Pria itu
"Tidur aja, Huny."Revan mengusap-usap kepala Mentari hingga akhirnya wanita itu terlelap. "Cepat sembuh ya, Huny. Kamu nggak boleh sakit," gumam Revan.Revan membenarkan selimut sang istri, kemudian beranjak meninggalkan kamar. Mau tak mau, Revan harus membawa seluruh pekerjaannya ke rumah. Meskipun tak bisa pergi ke kantor, tapi Revan tetap harus bertanggungjawab pada pekerjaannya."Aldo, hari ini saya kerja dari rumah. Tolong kasih saya update laporan setiap dua jam, ya?" perintah Revan pada sang sekretaris melalui sambungan telepon."Baik, Mister."***"Gimana keadaan kamu, Huny? Masih mual nggak?" tanya Revan pada Mentari.Gurat kekhawatiran tercetak jelas di wajah tampan Revan. Lelaki itu benar-benar spot jantung kala melihat sang istri bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan seluruh isi perutnya. Belum lagi wajah pucat sang istri membuat lelaki itu tak tega.Wajah Mentari masih pucat. Mual dan muntah yang dialami oleh wanita itu juga masih terasa. Mentari sudah meminum oba
Mentari merasa usahanya akan sia-sia jika pertemuan ini sampai gagal. Terpaksa, Mentari harus mengambil langkah besar demi masa depan kakak dan juga temannya."Azkia, boleh aku tanya sesuatu?" ucap Mentari."Tanya aja?""Gimana pendapat kamu tentang Kak Bintang? Apa menurut kamu Kak Bintang bisa jadi suami yang baik?" tanya Mentari pada Azkia.Wajah Azkia langsung memerah begitu ia mendapatkan pertanyaan yang cukup mengejutkan dari sang teman. "Tuan Bintang cukup mapan dan tampan. Pasti ada banyak perempuan yang mau dijadiin istri sama Tuan Bintang," sahut Azkia."Kalau kamu? Apa kamu mau jadi istrinya Kak Bintang?" tanya Mentari pada Azkia.***Pagi-pagi sekali, Mentari sudah bangun dari ranjang, kemudian berlari menuju ke kamar mandi. Wajah wanita itu terlihat pucat dan tubuh Mentari juga agak lemas. Perutnya seperti diaduk-aduk dan ada yang berdesakan untuk minta dikeluarkan. Karena sudah tak bisa lagi menahan, ia sampai melompati suaminya hingga membuat lelaki itu kaget dan terban
"Kamu mau dukung rencana aku, kan?" tanya Mentari pada Revan.Mana mungkin Revan mampu menolak permintaan dari istri kesayangannya. Tanpa banyak tanya lagi, Revan pun akhirnya memberikan izin pada Mentari untuk pergi bersama dengan Azkia, dan ia juga akan ikut membantu istrinya untuk menjalankan rencana Mentari."Aku akan melakukan apa pun untuk kamu."Mentari memeluk sang suami dengan wajah girang. "Terima kasih, Huby!"***"Azkia!" Mentari melambaikan tangan pada Azkia yang sudah menunggu dirinya di sebuah cafe yang ada di dalam mall.Sesuai dengan rencana, hari ini Mentari akan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan bersama dengan Azkia di area pusat perbelanjaan tersebut. Sebelum pergi, Mentari sudah mengingatkan suaminya untuk segera mengajak Bintang pergi ke mall yang ia datangi bersama Azkia."Kamu udah nunggu lama?" sapa Mentari berbasa-basi. Wanita itu menatap penampilan Azkia yang sangat anggun dan menawan. Sejak zaman kuliah dulu, Azkia memang cantik. Tak sedikit pria yan
Pertemuan antara Mentari dan Pak Tohar pun berlangsung cukup lama. Mentari dan Pak Tohar dapat cepat akrab dengan adanya Azkia yang menjembatani mereka. Selama pertemuan berlangsung, Bintang terus mencuri pandang ke arah Azkia, hingga membuat Mentari keheranan. Dari sorot mata pria itu, terlihat jelas kalau Bintang tengah menunjukkan ketertarikannya pada Azkia."Kenapa Kak Bintang lihatin Azkia mulu dari tadi? Apa mungkin Kak Bintang naksir sama Azkia?" batin Mentari curiga.Mentari berkali-kali memergoki sang kakak mencuri-curi pandang ke arah Azkia sampai pertemuan mereka berakhir. Hal ini pun membuat Mentari semakin yakin kalau Bintang memang tertarik pada Azkia."Kak bintang ketahuan banget sih kalau naksir Azkia," batin Mentari. "Apa aku coba jodohin mereka aja? Kak Bintang kan masih jomblo. Sudah saatnya juga untuk membina rumah tangga agar tidak pacaran dengan pekerjaannya terus. Kalau Azkia juga jomblo ... mereka pasti bisa jadi pasangan serasi."***"Huny, besok kan hari Ming
"Itu berkas buat besok? Kayaknya besok sibuk banget, ya?" tanya Revan pada Mentari yang nampak asyik menyiapkan banyak berkas. Pria itu menatap istrinya yang sibuk dengan perasaan berkecamuk. Ada rasa kasihan melihat istrinya berjibaku dengan pekerjaan padahal dirinya sangat mampu untuk mencukupi semua kebutuhan hidup sang istri. Bahkan apapun yang diminta oleh wanita yang dicintai itu bisa dia berikan sangat mudah. Namun ia juga tak bisa melarang sang istri bekerja karena itu adalah perusahaan istrinya sendiri. Pasangan suami istri baru itu sudah kembali dari acara bulan madu mereka. Setelah puas menikmati liburan di Dubai, kini waktunya mereka kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Sebagai pimpinan perusahaan baru, sepertinya Mentari akan mulai disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. "Iya, Huby. Besok aku ada pertemuan penting.""Pasti berat ya ngurus perusahaan sendiri seperti ini," komentar Revan. "Jangan terlalu capek, Huny. Kalau butuh bantuan katakan saja, suamimu ini b