"Siapa namanya? Pemimpin Klan Raltz itu?" respons Gail sesampainya di halaman belakang, tidak peduli dengan pertanyaan Al sebelumnya.
"Kevin...?"
"Ya, Yang Mulia Kevin! Dia memintaku untuk datang ke sini," jelasnya dan Al memberikan tatapan sinis padanya.
“Sepertinya perasaanmu sedang tidak baik," komentar Gail.
"Cepat jelaskan tujuanmu, dan pergi dari sini secepatnya. Aku sedang tidak dalam perasaan yang baik untuk menerima seorang tamu!"
"Hahaha..." Gail tertawa kencang membuat wajah Al semakin memperlihatkan guratan kekesalan.
"Kau memang benar-benar anak Josh.”
Gail kemudian serius, "Aku datang ke sini untuk menjawab semua pertanyaanmu. Baik Yang Mulia Raizel atau Yang Mulia Kevin tidak ada di sini, jadi aku yang akan menjawab pertanyaanmu.”
“Apa maksudmu?”
“Aku mengetahui semuanya. Julio, tangan kanan dari Yang Mulia Kevin menemuiku empat hari yang lalu. Sama sepe
Dengan wajah datar yang sedang disapu oleh bedak, Pine terus mengingat setiap perkataan Kevin saat mereka berdua tengah menuju Raltz. Saat itu ia memang disuruh untuk tidur, tapi ia lebih memilih untuk mendengarkan cerita Kevin tentang wanita di bawah tanah. Pine pun mengulang kembali ingatan tentang pembicaraan tersebut."Saat umurku menginjak angka sebelas, aku kembali ke sana. Kali ini aku hanya pergi bersama Raja. Rena saat itu masih memiliki urusan di kerajaan, membuatnya harus tetap tinggal.""Malamnya, lagi, setelah menyelesaikan makananku, aku menuju ke ruang bawah tanah. Aku kembali menatap wanita itu dalam diam. Anehnya aku tidak berani menyentuhnya.”“Sebelumnya pun juga sama, tanganku bergetar hebat saat akan menyentuhnya. Tubuh wanita itu seakan mengeluarkan hawa untuk melindungi dirinya sendiri.""Wanita itu, dia seperti sebuah bunga. Banyak kupu-kupu yang terbang di sekelilingnya dan ada beberapa yang menghinggapinya. D
“Raja yang saat itu ingin memiliki Aima namun di satu sisi ingin mendapatkan Pangeran yang kabarnya sangat cantik, akhirnya mengajukan kesepakatan lain. Penasihat boleh memiliki Aima asalkan kerajaan Aima menjadi bagian Lefko dan itu berarti Aima dibawahi oleh Lefko.""Penasihat setuju. Setelahnya, Penasihat dan Raja mulai berkolaborasi membuat dan memulai rencana mereka. Rencana berjalan mulus. Aima terdesak dan akhirnya menyetujui rencana pernikahan politik antara Raja dan Pangeran.“Tapi, tanpa Ratu Aima ketahui, setelah pernikahan ini terjadi, Aima akan langsung menjadi milik Penasihat.""Penasihat dengan otak liciknya memberitahukan Raja untuk melakukan penandatanganan sebuah surat jaminan dengan Aima. Atau bisa dibilang surat yang dijadikan ancaman jika rencana mereka gagal.”“Surat ini tertulis bahwa Aima akan menjadi bagian Lefko dan terhapus dari sejarah, pemerintahannya akan dibubarkan, rakyatnya menjadi
"Apa lagi maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti," tanya Pine seraya mengusap wajahnya frustrasi.Mobil berhenti, mereka sekarang sudah tiba di depan gerbang Kastel Raltz. Perkataan Kevin yang panjang lebar ini membuat Pine tidak menyadari bahwa kini dia sudah kembali ke Raltz."Kita sudah tiba, Pine," ucap Kevin setelah memarkirkan mobilnya di dalam kastel yang kemudian langsung turun dan memutar, menuju ke sisi Pine berada.Cetak!Kevin membuka pintu dan mengulurkan tangannya, "Maaf jika ini terlalu berat. Lebih baik kamu beristirahat terlebih dahulu. Kita akan lanjutkan kembali obrolan ini nanti."Namun, Pine hanya menyenderkan tubuhnya di kursi, tidak bergerak satu inci pun. “Nanti…? Kamu masih ingin berbicara setelah semua obrolan panjang itu? Bahkan itu bukan obrolan jika hanya kamu yang terus berbicara.”"Pine..." panggil Kevin."Aku benar-benar lelah, Vin.”
Gail menunjukkan dua buku yang ia pegang sejak tadi ke Al, "Kau tahu buku apa ini? Ini adalah buku tentang Kerajaan Aima.”Al menghela napasnya dengan sangat panjang, "Aku sudah membacanya. Pergilah sekarang.”Gail tersenyum, "Buku yang kau baca hanya sebagian kecil bagian dari seri buku mengenai dokumentasi Kerajaan Aima. Buku ini adalah buku nomor empat dan nomor delapan, membahas mengenai Ratu Aima dan Pangeran Kerajaan Aima."Al mengerutkan keningnya, "Seri katamu?""Hal umum bagi suatu kerajaan untuk memiliki dokumentasi mengenai kerajaannya bukan? Tentu saja Aima juga memilikinya. Mereka memiliki sepuluh buku dalam rangkaian serinya,” jelas Gail.Gail mengikuti alur yang tidak tercetak jelas di bagian sampul buku, "Lihat, ini menunjukkan angka empat. Buku ini adalah buku nomor empat dalam seri Aima. Buku yang aku pegang ini—" ia mengambil buku lainnya, "—adalah nomor delapan.""Sedangkan b
PRANG!!!Beberapa menit kemudian, kaca jendela yang ada di kamar Diana hancur berkeping-keping. "Apa kau gila!?" teriak Rai yang langsung menerobos masuk dengan memecahkan kaca jendela.”"Apa yang kau lakukan, hah!?!" seru Rai marah dan langsung menarik tangan Diana yang berdarah."Kau terlalu lama, vampir bodoh," balas Diana santai, "Kau bisa mencium bau darahku bukan? Jika aku lakukan ini, kau pasti akan langsung datang.”"Kau benar-benar gila!!!" Rai langsung merobek bagian bawah pakaian Diana dan membalut lukanya.Diana hanya menatapnya dalam diam. Ia kemudian memandang ke arah jendela yang kini sudah hancur, “Tapi bagaimana kau sampai ke sini? Apa vampir... bisa terbang?”“Diamlah!” bentak Rai.Tap. Tap. Tap.Suara derap langkah kaki para prajurit terdengar di telinga Diana. "Mereka akan segera datang!” ucap Diana dan Rai bersamaan."Kau...
Perlahan, Diana menyentuh darah di wajahnya dan memandang horor ke mayat para prajurit vampir yang sudah tercerai-berai, "Apa kau harus melakukannya…?”"Ya..." jawab Rai ringan. "Kita pergi sekarang sebelum mereka datang lebih banyak.”Diana menutup mulutnya merasa mual, “Tapi… mereka??”"Tutup saja matamu," ujar Rai."Ayo kita pergi," ajak Rai yang langsung menyeret Diana ke arah pintu."Bukan ke sana," ucap Diana yang ternyata tidak menutup matanya. "Kita akan kabur lewat jendela.""Hah!?""Kita akan kabur lewat jendela. Meloncat ke bawah sana," ulang Diana dengan mata yang kini telah terpejam.Rai hanya diam tidak bergerak, mencerna semua kegilaan yang dikatakan wanita di hadapannya. Setelah wanita ini melukai dirinya sendiri, sekarang dia malah menyuruh mereka berdua untuk kabur meloncat dari jendela.Rai adalah vampir, dan mendarat dengan selamat ke bawah sana b
Gail melempar kedua buku yang tepat mengenai kaki Al, membuatnya harus merunduk saat mengambilnya. "Aima dulu adalah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Namun, Raja melakukan kesalahan besar, dia mengkhianati perasaan Ratu yang sangat mencintainya,” jelas Gail.“Dia berselingkuh dengan wanita lain dan membuat sisi gelap Ratu bangkit—“ tiba-tiba Gail mengerang kesakitan, "Urgh...!"Al menggunakan buku yang ia pegang dan mendorongnya kuat-kuat ke leher Gail. "Jangan menceritakan hal yang aku tahu, atau aku akan menggunakan buku ini untuk menghabisi nyawamu!""Buku nomor empat… dengan judul Ratu Aima… bercerita tentang para Ratu Aima... termasuk Ratu Malka… ratu yang berkuasa… sebelum Aima runtuh…" jelas Gail susah payah seraya mendorong mundur buku tersebut menjauhi lehernya dengan telunjuk.Gail terbatuk-batuk lalu mengatur napasnya sebelum melanjutkan kembal
"Maksudmu Kevin?" tanya Al mengingat Gail mengatakan Kevin yang menyuruhnya datang ke Haltz."Bukan! Bukan dia!"Namun, Al tidak peduli. Dia malah memanggil seorang pelayan yang lewat tidak jauh dari sana. "Oi, kau! Kemarilah!"***Di dalam kastel, Ika yang sedari tadi berada di kamar Diana akhirnya tergelitik untuk melihat ke luar jendela. Alasannya sederhana, karena Diana selalu melakukannya, menatap kosong ke arah luar jendela, seakan-akan ada sebuah film yang terputar di sana.Ika menjadi penasaran dan mencobanya, tapi dia malah mendapati Al sedang bersama dengan pria asing di halaman belakang. Dia langsung saja berteriak memanggil Iki yang sedang berada di kamar mereka."IKI!!! CEPAT KEMARI!!!" teriaknya cukup kencang hingga Iki harus datang dengan muka masam."Jangan berteriak. Jika Al mendengarnya, maka dia akan mengamuk," jelas Iki yang memasuki kamar."Aku ada pertanyaan,&rd
Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s
Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “
Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..
Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men
Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par
Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya
Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir
Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann
Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d