Share

Shanum

Penulis: Syarlina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-29 20:32:04

POV Shanum.

 Bruk!

 "Maaf, ya. Nggak sengaja," sesalku ikut berjongkok mengumpulkan buku yang terhambur di lantai koridor sekolah.

  Kuakui ini kesalahanku yang berjalan tidak melihat ke depan. Mataku fokus ke layar hape, asyik membalas pesan Santi. Hingga tidak kusadari ada si cowok kulkas lewat di depanku dengan membawa tumpukan buku penuh di tangannya

 "Ini." Sembari menyodorkan satu buah buku terakhir ke arahnya. Aku tersenyum semanis mungkin biar cowok yang dikenal dingin ini tidak marah apalagi memasang wajah juteknya. Kali saja dibalasnya dengan senyuman pula.

 Diambilnya buku tersebut tanpa membalas senyumku, kedua sudut bibirku refleks melengkung ke bawah. Cowok yang dijulukin pangeran es ini berlalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Menyebalkan.

&

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Imron b1
bagus novelnya............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta   Pertengkaran

    Aku tidak suka melihat pemandangan ini. Tanganku mengepal kuat menyaksikan Alan memaksa Fatih melakukan semua perintahnya."Dan, memangnya, awal ceritanya gimana?" tanyaku pada Dani yang ternyata ikut juga datang ke tempat ini."Singkat dan jelas!" selaku, sebelum ia membuka mulut."Sepele. Katanya Fatih berjalan nggak sengaja kesenggol bahu Alan. Terus ya begitulah, sepertinya, masalah sepele ini sengaja diperpanjang Alan. Nggak tahu bagaimana ceritanya, Fatih ditarik kesini gitu sama geng-nya Alan." Sambil berbisik Dani menceritakan kronologi kejadiannya."Alan 'kan iri sama Fatih, saingan merebut hati para gadis," imbuhnya lagi menambahkan."Ckkk." Aku menggelengkan kepala mengetahui alasan Alan si biang onar. Masalah cewek, emang sepenting itu. Dan Fat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Pura-Pura Buta   Dihukum

    "sekarang, masuk ke rumah, dan jangan kemana-mana! Kamu Bunda hukum juga nggak boleh keluar rumah selama tiga hari, sama seperti hukumanmu di sekolah."Aku terperangah mendengar ucapan Bunda."Bun, kok Shanum dihukum juga, hari ini 'kan jadwal Shanum latihan karate," rengekku tidak terima."Nah, itu. Kamu nggak boleh latihan karate atau apapun itu sebelum masa hukumanmu berakhir.""Lo, kok gitu, Bun. Nggak adil. Terus Shanum ngapain di rumah. Bosan, Bun," protesku ke Bunda dengan manja sambil menghentakkan kaki.."Bunda nggak mau tahu. Patuhi Bunda, sebelum Bunda tambahin hukumanmu karena membantah ucapan Bunda. Masuk, dan jangan kemana-mana. Bunda ke butik dulu, ya. Assalammualaikum.""Waalaikumsalam." Dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Pura-Pura Buta   Kisah Masa Lalu

    Mataku memicing saat tahu siapa yang datang. Jadi, ayahnya Alan itu temannya Ayah, bukan temannya Bunda? Hm … aku salah duga."Shanum, sini Sayang." Ayah memanggilku.Di sana, sudah ada Ayah dan Bunda. Kaif pun sudah duduk di salah satu sofa di ruang tamu. Dan tamu Ayah yang akan datang itu ternyata keluarganya Alan."Ini kenalkan, teman lama Ayah, Om Yudhatama."Aku mengangguk pelan dengan mengulas senyum tipis, tidak lupa salim santun meraih tangannya."Cantik, seperti ibunya," puji Om Yudha melirik ke arah Bunda. Wajah istri Om Yudha seketika merengut mendengar pujian suaminya untukku.Yaelah, gitu saja cemburu. Ingin sekali kalimat itu kuucapkan ke arahnya. Namun pesan Bunda masih membekas di benak agar t

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Pura-Pura Buta   Season 2 bagian 1

    1 bulan kemudian …."Aaa …!"Aku berteriak histeris setelah mengerjapkan mata terbangun dan melihat disampingku terbaring seorang lelaki tanpa mengenakan pakaian.Kubuka selimut yang menutupi tubuh, bingung melihat kondisi sendiri lalu berteriak kembali. "Aaa!" Ternyata bukan mimpi. Ini nyata."Ada apa sih te, aww …." Lelaki bersuara serak tersebut terpental ke bawah karena kutendang. Aku tak peduli. Sebisa mungkin menyingkirkan sesuatu yang kukira adalah mimpi buruk, siapa tahu lenyap seketika."Hah!" Lelaki itu terlihat kaget setelah mendapati dirinya toples tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. Ia terlihat kebingungan. Mencoba menarik selimut tapi sayangnya kugenggam erat. Mana mungkin aku mau berbagi selimut dengannya. Semua yang terlihat harus kututupi. Kupalingkan wajah karena tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Pura-Pura Buta   2

    "Num, kamu tunggu di sini, aku mau ambil minuman dulu.""Jangan lama-lama San, aku takut," ucapku pada Santi dengan mengedarkan pandangan ke setiap sisi ruangan besar ini. Santi berlalu pergi meninggalkanku duduk sendirian di depan sebuah bar kecil. Aku sendiri tidak tahu harus bagaimana? Tempat ini sangat asing bagiku. Sebelumnya tidak pernah mendatangi pesta ulang tahun yang mirip seperti pesta dugem ini. Sekarang kami berada di sebuah villa, di kediaman hunian keluarga Alan yang lainnya. Orang tuanya yang sangat kaya itu pasti mempunyai banyak rumah dan villa, dan ia mengadakan pesta ulang tahunnya di tempat ini. Rumah yang sangat besar yang disulap menjadi tempat hiburan malam, lampu diskotik berkelap kelip disertai hentakan kerasnya suara musik. Kalau tahu pestanya seperti ini, aku bakalan menolak keras ajakan dadakan dari Santi. Orangtuaku juga tidak akan mengizinkan kami pergi ke tempat seperti ini. Aku mau datang karena kata Santi, Fa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Pura-Pura Buta   3

    Aku menyerah terpaksa bersedia diantar Alan. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku tidak ingin menoleh sedikitpun ke arahnya. Dia pun demikian, fokus mengemudikan mobilnya. Air mata tidak berhenti mengalir. Sudah kutahan tapi tidak bisa. Aku terlalu rapuh. Hidupku sudah hancur, masa depanku suram. Apa yang bisa kulakukan lagi?"Ini." Alan mengulurkan selembar tisu. Hanya kulihat, enggan untuk kuambil. Lalu kembali menoleh ke samping jendela kaca mobil, membuang muka.Kudengar Alan membuang napas. "Aku akan bertanggung jawab," gumamnya memecah keheningan diantara kami."Aku tak butuh tanggung jawabmu!" Kuusap air mata dengan kasar menjawab pernyataan Alan.Memang itu kan yang diinginkannya. Mendapatkanku dengan cara yang licik."Sumpah demi Allah, Num. Aku tidak ingat apapun dan aku juga tidak ingat ap

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Pura-Pura Buta   4

    "Num, kamu kenapa? Kenapa menangis? Iya aku salah karena telat menghubungimu. Entah kenapa ponselku hilang tiba-tiba. Sudah dicari ke segala sisi dalam rumah juga nggak ketemu. Eh kamu tahu ketemunya dimana? Di depan teras rumah di atas meja. Aneh kan?" Aku masih menangis terisak. Penjelasan Fatih tidak kugubris. Pikiranku semakin semrawut bagai benang kusut."Num, jangan nangis dong. Masa' karena hal kecil kamu marah, iya aku minta maaf." Fatih mencoba menghiburku tapi sia-sia. Terlambat, semua tidak sama lagi Tih, aku merasa tidak pantas untukmu."Kita putus," ucapku setelah dapat menahan tangis.Hening. Tidak terdengar suara apapun dari seberang sana.Yang terdengar hanya hembusan napas kasar. Lalu, "Kamu marah sampai minta putus? Yakin?" Nada suara Fatih kalau serius memang terdengar menakutkan di kupingku. Seperti mengintimidasi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Pura-Pura Buta   5

    Ayah dan Kaif merangsek masuk ke dalam kamar inapku dengan tergesa-gesa. "Ada apa, Bun. Shanum baik-baik saja kan?" Raut wajah Ayah penuh kekhawatiran. Ia menelisikku yang masih terbaring di ranjang berseprei putih di ruangan ini. Kugelengkan kepala meyakinkannya kalau aku baik-baik saja meskipun wajahku masih tampak pucat. "Kaif. Keluarlah dulu. Ayah dan Bunda perlu bicara berdua." Ada keheranan di raut wajahnya, tapi da tak membantah dengan mengerjapkan mata tanda setuju. Setelah Kaif keluar, Ayah menarik kursi mendekati ranjangku. Matanya menyorot ke Bunda minta penjelasan. "Num, cerita lagi sama Ayah sama seperti yang kamu ceritakan sama Bunda." Aku menoleh ke arah Bunda dan Ayah secara bergantian. Sebenarnya apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta   Ending

    Cup! Sebuah ciuman mendarat di bibir ranum Shanum kala ia selesai berbincang puas bersama keluarga. Mata Alan mengerling menggoda dengan menaik turunkan alisnya setelah berhasil membuat istrinya tersebut melotot tajam. "Masih sore, papinya baby A." Shanum mencubit hidung menukik tajam miliknya Alan dengan terkekeh kecil. Mereka memang sudah memberi inisial huruf untuk nama anaknya kelak dengan awalan huruf A untuk mempermudah memanggilnya saat ini, meskipun sudah ada beberapa pilihan nama lengkap yang sudah dipersiapkan oleh mereka berdua. "Nggak papa. Kan di rumah cuma kita berdua. Ingat kata dokter, paling bagus begituannya sesering mungkin di bulan mendekati HPL ini, biar mempermudah jalan lahir baby A nanti." Alan beralasan untuk memuluskan kehendaknya. Bayangan Shanum yang hanya mengenakan handuk barusan tadi masih membekas di benaknya hingga memunculkan kembali hasrat kelelakiany

  • Pura-Pura Buta   Bonus ekstra part 3

    "Masih mencintainya?" Lagi Hanum bertanya setelah melihat Fatih hanya diam tidak menjawab pertanyaan sebelumnya."Tidak. Jangan tanyakan dia. Sekarang fokus ke hidup kita. Jangan merusak kebahagian kita dengan bertanya tentang orang lain. Wanita itu hanya masa lalu. Tidak ada hubungan apapun lagi denganku. Kita juga sudah mempunyai pasangan masing-masing. Soal aku yang mungkin pernah menyebut namanya saat tidur, akupun tidak menyadarinya tapi bukan menjadikan itu alasanku masih mencintainya." Fatih mencoba menyangkal dan memberi pengertian."Benarkah? Tapi kenapa rasanya aku sakit ya setelah melihat wanita itu secara langsung." Hanum melirik Fatih sekilas, lalu memalingkan muka kembali menghadap jendela kaca mobil."Please … Num, jangan dimulai.""Justru itu, aku mau menyelesaikan semuanya sekarang. Aku ingin kejelasan apa kamu mencintaik

  • Pura-Pura Buta   Bonus ektra part 2

    Hingga sampailah Heru di sebuah tempat yang sebenarnya tidak begitu layak disebut rumah."Heru?!" Seorang wanita paruh baya berjalan tertatih mendekati Heru dengan cepat. Raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan rasa keterkejutan dengan matanya yang membulat sempurna tatkala mendapati sosok yang dikenalnya dulu datang ke rumah kecilnya.Heru mengaku sebagai teman dari wanita yang diduganya adalah Lastri agar bisa mampir ke rumah remaja tersebut. Tak disangka yang ia temui adalah orang dari masa lalunya."Bu." Heru mendekat ingin mencium takzim tangan wanita sepuh itu, tapi ditepis kasar."Darimana kamu tahu rumah kami?" Matanya melotot tajam ke arah Heru saat bertanya. Sekarang Heru yakin kalau wanita yang ia kira Lastri itu benar dia orangnya dan wanita tua yang memandang sinis ini adalah mantan mertuanya. 

  • Pura-Pura Buta   Bonus Ekstra part

    "Jadi dia yang namanya Shanum." Fatih tertegun seraya melirik Hanum yang membuka obrolan dalam perjalanan pulang ke hotel. Wanita yang garis wajahnya tidak beda jauh dari Shanum itu tidak berani menatap ke arah suaminya saat bertanya.Fatih hanya mengangguk pelan tanpa ingin bersuara. Bibirnya terkatup rapat malas untuk membahas nama yang sedang dipertanyakan isterinya tersebut."Cantik. Pantas masih Mas panggil di tiap tidur Mas." Fatih mendesah berat mendengar sindiran halus dari Hanum. Jujur hatinya merasa tak enak karena kedapatan sering menyebut nama wanita lain saat tidur.Shanum. Nama itu begitu membekas di hati Fatih. Bahkan setelah melewati beberapa purnama, nama itu masih bertahta kuat di hatinya. Baginya, wanita itu adalah cinta pertama yang sulit dilupakan. Kalau bukan karena permintaan ayah sambungnya, mungkin dia akan tetap memperjuangkan wanita itu agar tetap

  • Pura-Pura Buta   63

    POV authorAlan memutuskan kembali ke Inggris dengan memboyong Shanum ikut dengannya ke sana. Melanjutkan kuliah mengambil S2 dengan jangka waktu setahun. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja kerjanya nanti saat memasuki perusahaan Keluarga Atmanegara. Shanum pun demikian, ikut mengambil S2 juga memanfaatkan momentum yang ada. Ia pikir daripada berdiam diri di rumah menunggu kepulangan Alan, kenapa tidak ikut menimba ilmu untuk meningkatkan kualitas ilmu yang sudah diperoleh sebelumnya. Alan pun mendukung keinginannya. Keluarga juga merestui. Mereka akhirnya memutuskan pergi setelah melengkapi segala berkas dan keperluan di sana. Kakek sudah membeli lagi satu apartemen baru untuk mereka tinggali. Yang pasti lebih besar dari apartemen Alan sebelumnya.***"Alhamdulillah, sebentar lagi kita bakal punya cucu," ucap Anya melirik Delia membuka obrolan. Tiga wanita berkumpu

  • Pura-Pura Buta   62

    POV ShanumCantik. Satu kata untuk kamar pengantin yang telah dipersiapkan untuk kami di salah satu kamar hotel berbintang lima.Taburan kelopak bunga mawar dibentuk menyerupai hati menghiasi atas tempat tidur yang didominasi warna putih. Harum semerbak menguar dari lilin beraroma terapi. Ada juga lilin-lilin kecil yang sengaja diletakkan di berbagai sudut kamar untuk menambah suasana semakin romantis."Suka?" Bisik Alan di dekat telinga. Mata masih takjub memandang keindahan kamar ini. Hati mendesir. Suaranya membuat bulu romaku berdiri. Kucoba mengendalikan rasa yang ada.Aku mengangguk. "Kamu yang buat?"Ia menggeleng lalu meraih tanganku. Menuntunku mendekati ranjang pengantin."Bukan. Orang hotel, tapi aku yang minta dibuatkan secantik mungkin. Mana ada

  • Pura-Pura Buta   61

    POV AlanTidak terasa waktu setahun telah terlewati. Masa perkuliahan akhirnya selesai juga. Wisuda sudah kujalani, tinggal pulang saja ke Indonesia. Nilai IPK-ku sangat memuaskan dan berhasil meraih cumlaude. Bahkan sudah ada tawaran kerja di perusahaan asing, tempatku magang dulu. Namun aku ingat pesan Kakek, "kita boleh menuntut ilmu di luar, tapi jangan lupa pulang dan praktekkan ilmu tersebut di negerimu sendiri." Lagipula ilmu tersebut bakalan kugunakan untuk mengembangkan perusahaan Keluarga, sesuai kemauannya.Hubunganku dengan Shanum, baik. Kami selalu berkirim pesan dan kabar agar selalu terjalin komunikasi yang erat. Tidak ada yang ditutupi, apapun itu. Sering bercerita tentang keadaan kampus masing-masing dan apa saja yang dipelajari di sana. Walau terkadang bingung dengan istilah yang terdengar asing di telinga karena perbedaan program studi yang kami ambil."Assalam

  • Pura-Pura Buta   60

    POV Shanum"Maaf, saya tidak setuju."Kaget.Ayah?Ada apa dengan Ayah? Kenapa ia tidak setuju?Kutatap wajahnya dengan khawatir. Tidak mungkin Ayah akan membatalkan pertunangan kami. Ayah bersikap biasa saja. Bahkan tidak ada pembicaraan serius di rumah mengenai hal tersebut. Malah Bunda lah yang paling nampak kesulitan menerima Alan sebelum adanya pertemuan dengan Mami Anya."Apa Alan melakukan kesalahan? Atau Delia masih marah dengan Anya?" Tebak Kakek Atma dengan Kening mengernyit. Mencoba mencari tahu.Semua mata menatap bergantian ke arah Bunda dan Mami Anya.Bunda cuma tersenyum tipis dan menggeleng cepat. Begitupun Mami Anya. Mereka saling melempar senyum meski tampak kebingungan di wajah merek

  • Pura-Pura Buta   59

    POV AlanSeharian ini aku persis seperti bodyguard. Mengikuti kemana langkah Mami pergi. Dari mengantarkannya bertemu Bunda, hingga pergi ke supermarket bagian perlengkapan kue. Ini untuk pertama kalinya kulihat Mami mengunjungi tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Aneh"Untuk apa Mami masuk ke sini?" Aku bertanya saat Mami memilih benda asing di mataku."Inih," jawabnya seraya menunjukkan salah satu benda berbahan aluminium berbentuk persegi dengan ukuran besar."Untuk?" tanyaku heran."Buat kue." Mami berjalan pelan memperhatikan benda tersusun rapi yang berada di sampingnya."Maksudnya, Mami yang akan membuat kue?" tanyaku tidak percaya.Mami menganggukkan kepala, tapi matanya terfokus pada deretan rak-rak seperti sedang

DMCA.com Protection Status