Beranda / Semua / Pura-Pura Buta / Kutunggu Jandamu

Share

Kutunggu Jandamu

Penulis: Syarlina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-20 19:33:02

 POV Ryan.

"Ayolah Yan, temui dia sebentar saja. Apa susahnya sih. Kali ini saja. Mama yakin kamu suka," desak Mama padaku. 

 Ya, ini mungkin sudah yang kesekian kalinya, Mama memintaku untuk menemui calon menantunya, perempuan pilihannya.

 Dan yang kali ini Mama sangat memaksaku. Entah bagaimana caranya perempuan ini sangat menarik hati Mama, sampai-sampai dia selalu menceritakan perempuan ini kepadaku hampir di setiap harinya. 

 "Dia ini namanya Alisha. Anaknya baik, sopanaktif di pengajian yang Mama ikutin. Dia itu yang sering bantu-bantu anak rohis di masjid, tempat biasa Mama dan teman-teman melakukan pengajian majelis taklim."

 "Coba kamu temui dia sekali saja, Mama yakin pilihan Mama kali ini pasti disetujui olehmu, Yan," lanjutnya lagi.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta   Mengatasi Masalah Baru

    "Kasus kejahatan, Ma. Mama ingat waktu Ryan cerita lagi nolong orang diserang, nah Delia ini orangnya," jelas dokter Ryan dibalas ibunya dengan ekspresi kaget."Jadi, waktu itu Delia yang diserang? Ya Allah, Nak. Kamu baik-baik saja 'kan?" Tanya ibu dokter Ryan padaku. Aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala."Kok bisa ya ada orang sejahat itu. Syukurlah kamu dibantu Darwin, Mama yakin dia akan bantu kamu menyelesaikan persoalan hukum yang sedang menjeratmu," tuturnya membuat bibir ini melengkungkan sebuah senyum untuknya.Mama? Apa aku boleh memanggil ibunya dokter Ryan dengan kata mama? Ada yang berdesir di sini, di dalam hatiku. Ada rasa yang membuat mataku memanas, berkabut ingin mendesak keluar, tapi kutahan kuat dengan menengadahkan kepala ke atas."Ini Ma, sudah sampai," ucap dokter Ryan meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Pura-Pura Buta   Ke rumah sakit jiwa

    Kulantunkan suara membaca baris demi baris aksara berhuruf Hijaiyah. Dengan terbata-bata aku mampu melafalkan bacaan tersebut. Ini adalah rutinitas baruku setelah melakukan solat subuh. Rutin dilakukan agar terbiasa dan bacaanku semakin lancar. Ada ketenangan yang kudapat setiap selesai mengerjakannya. Hari masih gelap, Kupaksakan bangun sesubuh ini agar bisa melakukan kegiatan ibadah tersebut. Alarm jam digital di atas nakas, sudah kusetting 30 menit agar berbunyi terlebih dulu sebelum adzan subuh berkumandang.Kusapu pandanganku ke seluruh kamar. Lalu berjalan pelan meraba setiap benda yang kulewati. Dari meja kerja yang biasanya Mas Heru tempati, sampai ke depan lemari pakaian besar berbahan kayu jati dengan ukirannya yang indah.Semua barang Mas Heru sudah tidak ada lagi di kamar ini. Dulu, sudah kuminta Mbok Yem untuk tidak menyisakan apapun milik Mas Heru saat membersihkan kamar ini.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Pura-Pura Buta   Kebenaran Tentang Lastri

    Semua orang di ruangan ini mengatur posisi masing-masing, mencari tempat yang nyaman, untuk menyaksikan apa yang terlihat di layar segi empat yang sedang menyala ini. Tampak di layar, sebuah ruangan bercat putih, dengan satu tempat tidur. Kulihat Lastri baru tiba di sana diantar oleh dua perawat. Lalu ditinggal sendiri. Kuperhatikan dia duduk diam dengan pandangan mata menerawang.Om Darwin memintaku duduk di sampingnya dengan memundurkan satu bangku ke arahku. Aku yang awalnya ingin duduk, malah tidak jadi saat melihat gerak-gerik seseorang yang menarik perhatianku. Dia tampak gelisah, berdiri di depan pintu, seperti sedang menunggu seseorang, tangan satunya memegang ponsel seperti sibuk menelepon, tapi tidak terlihat dia berbicara layaknya orang berteleponan. Tampak juga gurat kekesalan di wajahnya. Keningku berkerut memperhatikannya."Om, siapa wanita itu? Apa Om mengenalnya? Dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Pura-Pura Buta   Pembicaraan Dengan Om Darwin

    "Kamu yakin tidak ingin pergi ke kantor polisi?" Om Darwin bertanya untuk yang ketiga kalinya padaku.Aku menggeleng, lalu menatap lekat Om Darwin yang sedang fokus menyetir."Kenapa ya, Om kayaknya ngotot sekali ingin Delia pergi ke sana?" tanyaku penasaran.Om Darwin menoleh sekilas lalu tersenyum. "Nggak apa, cuma penasaran saja. Kamu memangnya tidak ingin tahu, keadaan Lastri setelah ketahuan berpura gila?"Aku menggeleng kembali. "Lagi malas Om. Mungkin nanti Delia akan ke sana, tapi tidak sekarang," jawabku sambil mengamati jalan raya.Rencananya, Om Darwin memang akan ke kantor polisi, memberikan keterangan tambahan akan adanya kami yang juga berada di sana, dimana kami ikut menyaksikan apa yang telah terjadi di RSJ tersebut. Kurasa cukup Om Darwin saja y

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Pura-Pura Buta   Harapan Delia

    "Non yakin menyetir mobil sendiri?" Ada gurat kerisauan di wajah Mbok Yem.Aku yang ditanya, hanya menganggukkan kepala, mulutku penuh dengan roti yang baru kusuap ke dalamnya."Atau minta dijemput sama Pak Darwin saja, Non. Mbok rasa itu lebih aman. Lagipula tujuan kalian 'kan sama--kantor polisi." Matanya menatapku sekilas lalu fokus kembali ke gelas kosong dalam genggamannya. Diletakkan gelas tersebut ke atas meja, dan mengisinya dengan air susu.Kunyahan di mulutku berhenti seketika, lalu setelahnya aku menggelengkan kepala mengisyaratkan kata 'tidak'.Mbok Yem mendesah pelan mengetahui jawabanku. "Saya itu khawatir Non kenapa-napa. Kalau begitu suruh Jono saja yang menyetirkan mobil Non Delia," lagi, Mbok Yem tidak menyerah memberikan saran.Semua yang disarankan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Pura-Pura Buta   Kebetulan atau Takdir

    Entah kebetulan atau memang takdir yang mempertemukan kita."Delia 'kan?" Kepalaku refleks mengangguk. Senyumnya terbit lebih lebar lagi."Masya Allah, cantik. Nggak nyangka ketemu di sini. Ada acara apa memesan gaun dengan Ruby?" Diamatinya penampilanku yang masih mengenakan gaun milik Ruby. Tanganku masih memegang ujung dagu, menahan kerudung yang terpasang di kepala.Kugelengkan kepala menjawab pertanyaannya. Lidah ini masih Kelu untuk bersuara. Rasanya sulit. Wanita paruh baya di depanku ini malah tersenyum."Mama Ira kenal sama Delia?" Ruby tiba-tiba sudah ada di samping Mama Ira--ibunya dokter Ryan."Iya, Delia 'kan temannya Ryan," jawabnya masih menatapku lekat."Tuh 'kan cantik, ini kerudungnya kenapa dipega

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Pura-Pura Buta   Kerinduan Mengalahkan Logika

    POV RyanSamar suara ketukan terdengar dari pintu kamarku.Mama? Tumben beliau mengetuk dulu, biasanya langsung buka saja. Aku bisa langsung menebak kalau mama lah yang mengetuk pintu, karena kami cuma tinggal berdua.Dengan gerakan cepat, kulipat sajadah yang baru saja digunakan usai solat subuh dan meletakkannya di atas kasur. Pintu kubuka dan tampaklah wajah Mama di depan tersenyum tipis ke arahku."Jam berapa kamu pulang, Yan?" Mama merangsek masuk ke dalam kamar, masih dengan memakai mukena. Dia menggeleng melihat kondisi kamarku yang berantakan."Subuh, Ma. Seperti biasanya," jawabku menguap dengan mulut terbuka lebar. Berapa kali mulut ini terbuka dengan sendirinya. Rasa kantuk sudah menjalar memberatkan kedua mataku."Ya sudah. Bawalah tidur

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Pura-Pura Buta   Kejutan Dari Dilan

    Pagi hari kusapa dengan membongkar isi lemari pakaian. Rencana mengambil baju kerja tertunda, akibat mata yang tidak sengaja melihat paper bag dari toko Ruby. Teringat akan isinya yang merupakan gamis pakaian muslimah. Ada niat ingin memakainya. Namun, keraguan masih menelusup di dalam hati. Akankah terasa ganjal, kalau aku tiba-tiba pergi ke kantor menggunakan pakaian tersebut. Masih merasa insecure, takut dikatakan hijrah karena tersandung masalah. Padahal, niat itu muncul saat aku memang ingin berubah lebih baik lagi.Kukeluarkan semua pakaian yang tampak kurang bahan, walaupun harganya mahal. Dari gaun hingga terusan biasa yang kupakai harian, karena pakaian tersebut menunjukkan aurat diatas lutut.Ketukan pintu menghentikan gerakanku melempar pakaian ke atas tempat tidur."Masuk, Mbok! Nggak dikunci," teriakku dari dalam kamar. Tanganku masih asyik me

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta   Ending

    Cup! Sebuah ciuman mendarat di bibir ranum Shanum kala ia selesai berbincang puas bersama keluarga. Mata Alan mengerling menggoda dengan menaik turunkan alisnya setelah berhasil membuat istrinya tersebut melotot tajam. "Masih sore, papinya baby A." Shanum mencubit hidung menukik tajam miliknya Alan dengan terkekeh kecil. Mereka memang sudah memberi inisial huruf untuk nama anaknya kelak dengan awalan huruf A untuk mempermudah memanggilnya saat ini, meskipun sudah ada beberapa pilihan nama lengkap yang sudah dipersiapkan oleh mereka berdua. "Nggak papa. Kan di rumah cuma kita berdua. Ingat kata dokter, paling bagus begituannya sesering mungkin di bulan mendekati HPL ini, biar mempermudah jalan lahir baby A nanti." Alan beralasan untuk memuluskan kehendaknya. Bayangan Shanum yang hanya mengenakan handuk barusan tadi masih membekas di benaknya hingga memunculkan kembali hasrat kelelakiany

  • Pura-Pura Buta   Bonus ekstra part 3

    "Masih mencintainya?" Lagi Hanum bertanya setelah melihat Fatih hanya diam tidak menjawab pertanyaan sebelumnya."Tidak. Jangan tanyakan dia. Sekarang fokus ke hidup kita. Jangan merusak kebahagian kita dengan bertanya tentang orang lain. Wanita itu hanya masa lalu. Tidak ada hubungan apapun lagi denganku. Kita juga sudah mempunyai pasangan masing-masing. Soal aku yang mungkin pernah menyebut namanya saat tidur, akupun tidak menyadarinya tapi bukan menjadikan itu alasanku masih mencintainya." Fatih mencoba menyangkal dan memberi pengertian."Benarkah? Tapi kenapa rasanya aku sakit ya setelah melihat wanita itu secara langsung." Hanum melirik Fatih sekilas, lalu memalingkan muka kembali menghadap jendela kaca mobil."Please … Num, jangan dimulai.""Justru itu, aku mau menyelesaikan semuanya sekarang. Aku ingin kejelasan apa kamu mencintaik

  • Pura-Pura Buta   Bonus ektra part 2

    Hingga sampailah Heru di sebuah tempat yang sebenarnya tidak begitu layak disebut rumah."Heru?!" Seorang wanita paruh baya berjalan tertatih mendekati Heru dengan cepat. Raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan rasa keterkejutan dengan matanya yang membulat sempurna tatkala mendapati sosok yang dikenalnya dulu datang ke rumah kecilnya.Heru mengaku sebagai teman dari wanita yang diduganya adalah Lastri agar bisa mampir ke rumah remaja tersebut. Tak disangka yang ia temui adalah orang dari masa lalunya."Bu." Heru mendekat ingin mencium takzim tangan wanita sepuh itu, tapi ditepis kasar."Darimana kamu tahu rumah kami?" Matanya melotot tajam ke arah Heru saat bertanya. Sekarang Heru yakin kalau wanita yang ia kira Lastri itu benar dia orangnya dan wanita tua yang memandang sinis ini adalah mantan mertuanya. 

  • Pura-Pura Buta   Bonus Ekstra part

    "Jadi dia yang namanya Shanum." Fatih tertegun seraya melirik Hanum yang membuka obrolan dalam perjalanan pulang ke hotel. Wanita yang garis wajahnya tidak beda jauh dari Shanum itu tidak berani menatap ke arah suaminya saat bertanya.Fatih hanya mengangguk pelan tanpa ingin bersuara. Bibirnya terkatup rapat malas untuk membahas nama yang sedang dipertanyakan isterinya tersebut."Cantik. Pantas masih Mas panggil di tiap tidur Mas." Fatih mendesah berat mendengar sindiran halus dari Hanum. Jujur hatinya merasa tak enak karena kedapatan sering menyebut nama wanita lain saat tidur.Shanum. Nama itu begitu membekas di hati Fatih. Bahkan setelah melewati beberapa purnama, nama itu masih bertahta kuat di hatinya. Baginya, wanita itu adalah cinta pertama yang sulit dilupakan. Kalau bukan karena permintaan ayah sambungnya, mungkin dia akan tetap memperjuangkan wanita itu agar tetap

  • Pura-Pura Buta   63

    POV authorAlan memutuskan kembali ke Inggris dengan memboyong Shanum ikut dengannya ke sana. Melanjutkan kuliah mengambil S2 dengan jangka waktu setahun. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja kerjanya nanti saat memasuki perusahaan Keluarga Atmanegara. Shanum pun demikian, ikut mengambil S2 juga memanfaatkan momentum yang ada. Ia pikir daripada berdiam diri di rumah menunggu kepulangan Alan, kenapa tidak ikut menimba ilmu untuk meningkatkan kualitas ilmu yang sudah diperoleh sebelumnya. Alan pun mendukung keinginannya. Keluarga juga merestui. Mereka akhirnya memutuskan pergi setelah melengkapi segala berkas dan keperluan di sana. Kakek sudah membeli lagi satu apartemen baru untuk mereka tinggali. Yang pasti lebih besar dari apartemen Alan sebelumnya.***"Alhamdulillah, sebentar lagi kita bakal punya cucu," ucap Anya melirik Delia membuka obrolan. Tiga wanita berkumpu

  • Pura-Pura Buta   62

    POV ShanumCantik. Satu kata untuk kamar pengantin yang telah dipersiapkan untuk kami di salah satu kamar hotel berbintang lima.Taburan kelopak bunga mawar dibentuk menyerupai hati menghiasi atas tempat tidur yang didominasi warna putih. Harum semerbak menguar dari lilin beraroma terapi. Ada juga lilin-lilin kecil yang sengaja diletakkan di berbagai sudut kamar untuk menambah suasana semakin romantis."Suka?" Bisik Alan di dekat telinga. Mata masih takjub memandang keindahan kamar ini. Hati mendesir. Suaranya membuat bulu romaku berdiri. Kucoba mengendalikan rasa yang ada.Aku mengangguk. "Kamu yang buat?"Ia menggeleng lalu meraih tanganku. Menuntunku mendekati ranjang pengantin."Bukan. Orang hotel, tapi aku yang minta dibuatkan secantik mungkin. Mana ada

  • Pura-Pura Buta   61

    POV AlanTidak terasa waktu setahun telah terlewati. Masa perkuliahan akhirnya selesai juga. Wisuda sudah kujalani, tinggal pulang saja ke Indonesia. Nilai IPK-ku sangat memuaskan dan berhasil meraih cumlaude. Bahkan sudah ada tawaran kerja di perusahaan asing, tempatku magang dulu. Namun aku ingat pesan Kakek, "kita boleh menuntut ilmu di luar, tapi jangan lupa pulang dan praktekkan ilmu tersebut di negerimu sendiri." Lagipula ilmu tersebut bakalan kugunakan untuk mengembangkan perusahaan Keluarga, sesuai kemauannya.Hubunganku dengan Shanum, baik. Kami selalu berkirim pesan dan kabar agar selalu terjalin komunikasi yang erat. Tidak ada yang ditutupi, apapun itu. Sering bercerita tentang keadaan kampus masing-masing dan apa saja yang dipelajari di sana. Walau terkadang bingung dengan istilah yang terdengar asing di telinga karena perbedaan program studi yang kami ambil."Assalam

  • Pura-Pura Buta   60

    POV Shanum"Maaf, saya tidak setuju."Kaget.Ayah?Ada apa dengan Ayah? Kenapa ia tidak setuju?Kutatap wajahnya dengan khawatir. Tidak mungkin Ayah akan membatalkan pertunangan kami. Ayah bersikap biasa saja. Bahkan tidak ada pembicaraan serius di rumah mengenai hal tersebut. Malah Bunda lah yang paling nampak kesulitan menerima Alan sebelum adanya pertemuan dengan Mami Anya."Apa Alan melakukan kesalahan? Atau Delia masih marah dengan Anya?" Tebak Kakek Atma dengan Kening mengernyit. Mencoba mencari tahu.Semua mata menatap bergantian ke arah Bunda dan Mami Anya.Bunda cuma tersenyum tipis dan menggeleng cepat. Begitupun Mami Anya. Mereka saling melempar senyum meski tampak kebingungan di wajah merek

  • Pura-Pura Buta   59

    POV AlanSeharian ini aku persis seperti bodyguard. Mengikuti kemana langkah Mami pergi. Dari mengantarkannya bertemu Bunda, hingga pergi ke supermarket bagian perlengkapan kue. Ini untuk pertama kalinya kulihat Mami mengunjungi tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Aneh"Untuk apa Mami masuk ke sini?" Aku bertanya saat Mami memilih benda asing di mataku."Inih," jawabnya seraya menunjukkan salah satu benda berbahan aluminium berbentuk persegi dengan ukuran besar."Untuk?" tanyaku heran."Buat kue." Mami berjalan pelan memperhatikan benda tersusun rapi yang berada di sampingnya."Maksudnya, Mami yang akan membuat kue?" tanyaku tidak percaya.Mami menganggukkan kepala, tapi matanya terfokus pada deretan rak-rak seperti sedang

DMCA.com Protection Status