Beranda / Semua / Pura-Pura Buta / Aku dan Mama

Share

Aku dan Mama

Penulis: Syarlina
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-25 20:39:48

 POV Ryan.

 Aku berada di dalam taksi menuju rumah sakit. Tidak mungkin berputar balik arah, menghampiri Mama dan Alisha ke mall, karena pasti mereka sudah pulang. Jadi kuputuskan ke rumah sakit melanjutkan dinas malamku.

 Mendesah berat saat kubuka ponsel, ada dua kali panggilan dari Mama, dan lima kali panggilan dari Alisha. Pasti Mama bingung dan khawatir karena aku pergi tanpa pamit. Apalagi panggilan darinya tidak kuangkat sama sekali. Ada satu pesan dari Alisha.

 ["Kakak pergi kemana? Al sama Mama cemas."] Membaca pesan dari Alisha, membuat perasaanku semakin tidak nyaman.

 Kucoba segera menghubungi Mama. Memberikan kabar, bahwa anaknya baik-baik saja.

 ***

 "Halo, Ryan. Kamu dimana?" Mama langsung bertanya tanpa mengucap

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Caren Destianne
nah kan author sebaiknya diperbaiki masalah koin jadi peminatnya ga kabur sayang kalo pada kabur cerita
goodnovel comment avatar
Caren Destianne
iyaa jadi males gara gara koin mahal banget ,baru ini sampe 30 koin 1 bab doang
goodnovel comment avatar
Yuyun Yunita
ka koin nya banyak banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pura-Pura Buta   Ke rumah Dokter Ryan

    Gelas di depan mata hanya kuputar-putar pelan. Sesekali, mengelap embun di sisi gelas dengan jari. Air es di dalamnya masih tersisa setengah. Belum kuhabiskan. Pikiranku melayang, mengingat kejadian saat bertemu Alisha dan ucapan Ruby.***"Aku ingat, bukankah kamu ketemu dengannya waktu itu di toko-ku?" Ruby melirik ke arahku sekilas, lalu fokus kembali ke depan jalan.Aku mengangguk."Kamu sudah kenal dia 'kan sebelumnya?" tanyanya lagi."Cuma tahu namanya, nggak kenal dekat."Ruby membuang napas. "Aku nggak suka sama ucapannya. Dia memojokkanmu. Kukira dia alim." Ruby mendengkus dengan menarik sudut bibir ke atas.Aku mendesah. "Bukankah patokan kealiman dan ketakwaan seseorang bukan yang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Pura-Pura Buta   Keraguan Delia

    "Sudah, jangan tegang begitu wajahnya. Santai. Sekarang kita lanjut makan dulu, setelah ini, baru kita bahas yang tadi," ucap Mama Ira tanpa beban. Dia sangat santai mengatakannya, sambil menikmati makan dengan lahapnya. Sedangkan aku, Masih dalam kebingungan. Beberapa kali melirik ke arah dokter Ryan. Dia hanya fokus ke makanan, tapi gerakannya tidak secepat tadi, lebih lambat dan kadang terhenti seperti ada yang dipikirkannya. Mungkinkah memikirkan ucapan Mamanya, sama sepertiku?Menikah? Apakah maksudnya aku dan dokter Ryan? Ah, itu tidak mungkin. Mama Ira sepertinya sedang mengerjai kami. Pasti dia sedang bercanda."Yan, sudah kenyang?" tanya Mama Ira. Matanya menyorot ke piring dokter Ryan yang masih menyisakan sedikit makanan, tapi sendok sudah diletakkannya di atas piring. Dokter Ryan mengangguk mengiyakan."Wah, sayang dong nggak dihabiskan. Pasti

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Pura-Pura Buta   Pertemuan Keluarga

    "Alhamdulillah, Non. Mbok senang dengarnya." Senyum Mbok Yem mengembang, usai kuceritakan tentang lamaran tidak langsung dokter Ryan, tiga hari yang lalu."Menurut Mbok, apa yang saya lakukan itu benar atau salah?" Akhirnya aku curhat juga sama Mbok Yem. Aku merasa lebih enak ngobrol dengannya, karena Mbok Yem bisa memberikan masukan atau saran yang baik untukku. Mungkin pengalaman hidupnya yang jauh lebih banyak, membuatnya lebih bijak dalam menyikapi suatu masalah."Kalau dibilang salah, nggak juga. Kalau benar, harusnya sih nggak begitu." Jawaban ngambang Mbok Yem membuat mataku menyipit."Saya tidak mengerti, Mbok. Jangan bermain kata, kepala lagi puyeng, Mbok," rutukku dengan menyesap kopi hangat buatannya.Wanita paruh baya yang duduk di sebelahku hanya nyengir kuda.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Pura-Pura Buta   Pernikahan

    POV Dr. Ryan. "Benar 'kan itu Delia, Ma?" Aku bertanya memastikan. Gegas kuhampiri Mama, setelah melihatnya selesai video call dengan seseorang."Menurutmu?" Mama malah balik bertanya. Matanya lekat menatapku balik."Ma, please …. Ryan serius." Dengan memelas aku menekan suaraku.Mama malah terkekeh pelan sambil mengusap rambutku."Kamu sangat mencintainya?" Aku terkesiap mendengar pertanyaan Mama. Dari raut wajahnya tidak ada kemarahan di sana. Cara bicaranya pun lembut.Dengan menganggukkan kepala, kuiyakan."Tunggulah sampai masa Iddahnya selesai, baru dekati dia.""A--apa, Ma?" ulangku. Aku tidak ingin salah dengar. Suara Mama terdengar pelan dan kecil di t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Pura-Pura Buta   Malam yang Mendebarkan

    Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?Mungkin Kalam Tuhan itu cocok untukku saat ini. Setelah berbagai cobaan menguji, lalu datang kebahagiaan setelahnya. Apa mungkin aku tidak mensyukurinya? Apa mungkin aku mendustakannya? Nikmat Tuhan mana yang kudustakan saat diberiNya sosok lelaki sesempurna dia. Sempurna di mataku. Lelaki yang rela menyimpan cintanya utuh bertahun-tahun untuk wanita sepertiku.***Setelah perdebatan panjang antar dua keluarga dalam menentukan tanggal pernikahan kami, akhirnya disepakati kalau tanggal 4 di bulan 4 menjadi tanggal istimewa dalam hidupku dan Dr. Ryan. Berharap permasalahan hukum yang menderaku berakhir terlebih dulu, sebelum tanggal cantik tersebut hadir. Aku sudah tidak peduli lagi, hukuman apa yang divoniskan hakim pada mereka. Begitupun dengan nasib Mas Heru. Kuharap setelah mendapatkan hukuman terseb

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Pura-Pura Buta   Penantian yang Berbuah Manis

    Pov Author.Delia menggeliat dengan mata mengerjap. Diliriknya ke samping, lelaki yang membersamainya semalam meneguk indahnya surga, masih terlelap nyenyak dengan memeluk tubuhnya. Dirabanya pelan wajah mulus Ryan dengan senyum terkembang.'apa karena dia dokter, jadi wajahnya semulus ini,' rutuknya dalam hati. Saat ingin menjauhkan tangannya, ternyata tangannya malah ditarik, membuat Delia tersentak kaget. Ryan membawa tangan Delia ke dadanya."Jangan terlalu dipandang, takutnya kamu minta lagi yang malam tadi," ucap Ryan dengan mata terpejam. Refleks wajah Delia memanas mendengar godaan suaminya. Ditariknya paksa, tangan yang masih dicengkeram kuat Ryan."Tetap begini, aku ingin seperti ini saja saat ini." Mata Ryan terbuka, menatap penuh cinta ke Delia. "Terima kasih," imbuhnya lagi setelah mendaratkan sebuah kecupan di kenin

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Pura-Pura Buta   Mama Ira

    POV Mama IraApa impian terbesar seorang ibu untuk anaknya? Bahagia. Seorang ibu ingin anaknya hidup bahagia. Sesimpel itu. Saat anak jatuh sakit, betapa menderitanya kita sebagai ibu. Kalau bisa, biar sakitnya pindah ke kita. Sekhawatir itukah seorang ibu? Jawabnya ya. Sebesar itukah pengorbanan ibu? Iya. Apapun akan dilakukan seorang ibu untuk anaknya.Sama sepertiku. Aku hanya mempunyai satu orang anak, seorang putra. Namanya Ryan. Dengan umurku yang sudah memasuki setengah abad ini, apa lagi impian terbesarku untuknya, kalau bukan melihatnya menikah. Entah apa yang terjadi pada Ryan. Sampai umur hampir mendekati tiga puluhan, dia belum juga mempunyai calon istri untuk dinikahi. Apa yang salah pada dirinya? Ganteng iya, mapan, baik, sangat menghormati perempuan. Kok tahu? Karena aku ibunya. Aku merasakan bagaimana cara dia memperlakukanku. Sangat baik. Perhatian, lembut. Tipe yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28
  • Pura-Pura Buta   Season 2

    18 tahun kemudian."Yah, bagaimana caranya memanaskan hati cowok yang dingin?" Pertanyaan dari Shanum membuat Mas Ryan menyemburkan kopi yang baru saja diteguknya.Aku yang sedang mengoleskan selai cokelat kesukaan Bian terhenti dan mengarahkan tatapan heran ke Shanum."Kalau dipanaskan, takutnya hatinya gosong, 'kan nggak enak buat dimakan," sahut Mas Ryan bercanda, sembari mengelap meja bekas kopi yang tidak sengaja disemburkannya menggunakan tisu. Sepertinya Mas Ryan mencoba bersikap sesantai mungkin menanggapi pertanyaan Shanum tentang lawan jenis."Yah, Shanum serius." Wajahnya cemberut dengan bibir manyun. Diraihnya segelas susu dan menyesapnya perlahan karena masih panas."Ayah juga serius," tukas Mas Ryan membuatku menggelengkan kepala. Shanum itu adalah versi perempuannya Mas Ry

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta   Ending

    Cup! Sebuah ciuman mendarat di bibir ranum Shanum kala ia selesai berbincang puas bersama keluarga. Mata Alan mengerling menggoda dengan menaik turunkan alisnya setelah berhasil membuat istrinya tersebut melotot tajam. "Masih sore, papinya baby A." Shanum mencubit hidung menukik tajam miliknya Alan dengan terkekeh kecil. Mereka memang sudah memberi inisial huruf untuk nama anaknya kelak dengan awalan huruf A untuk mempermudah memanggilnya saat ini, meskipun sudah ada beberapa pilihan nama lengkap yang sudah dipersiapkan oleh mereka berdua. "Nggak papa. Kan di rumah cuma kita berdua. Ingat kata dokter, paling bagus begituannya sesering mungkin di bulan mendekati HPL ini, biar mempermudah jalan lahir baby A nanti." Alan beralasan untuk memuluskan kehendaknya. Bayangan Shanum yang hanya mengenakan handuk barusan tadi masih membekas di benaknya hingga memunculkan kembali hasrat kelelakiany

  • Pura-Pura Buta   Bonus ekstra part 3

    "Masih mencintainya?" Lagi Hanum bertanya setelah melihat Fatih hanya diam tidak menjawab pertanyaan sebelumnya."Tidak. Jangan tanyakan dia. Sekarang fokus ke hidup kita. Jangan merusak kebahagian kita dengan bertanya tentang orang lain. Wanita itu hanya masa lalu. Tidak ada hubungan apapun lagi denganku. Kita juga sudah mempunyai pasangan masing-masing. Soal aku yang mungkin pernah menyebut namanya saat tidur, akupun tidak menyadarinya tapi bukan menjadikan itu alasanku masih mencintainya." Fatih mencoba menyangkal dan memberi pengertian."Benarkah? Tapi kenapa rasanya aku sakit ya setelah melihat wanita itu secara langsung." Hanum melirik Fatih sekilas, lalu memalingkan muka kembali menghadap jendela kaca mobil."Please … Num, jangan dimulai.""Justru itu, aku mau menyelesaikan semuanya sekarang. Aku ingin kejelasan apa kamu mencintaik

  • Pura-Pura Buta   Bonus ektra part 2

    Hingga sampailah Heru di sebuah tempat yang sebenarnya tidak begitu layak disebut rumah."Heru?!" Seorang wanita paruh baya berjalan tertatih mendekati Heru dengan cepat. Raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan rasa keterkejutan dengan matanya yang membulat sempurna tatkala mendapati sosok yang dikenalnya dulu datang ke rumah kecilnya.Heru mengaku sebagai teman dari wanita yang diduganya adalah Lastri agar bisa mampir ke rumah remaja tersebut. Tak disangka yang ia temui adalah orang dari masa lalunya."Bu." Heru mendekat ingin mencium takzim tangan wanita sepuh itu, tapi ditepis kasar."Darimana kamu tahu rumah kami?" Matanya melotot tajam ke arah Heru saat bertanya. Sekarang Heru yakin kalau wanita yang ia kira Lastri itu benar dia orangnya dan wanita tua yang memandang sinis ini adalah mantan mertuanya. 

  • Pura-Pura Buta   Bonus Ekstra part

    "Jadi dia yang namanya Shanum." Fatih tertegun seraya melirik Hanum yang membuka obrolan dalam perjalanan pulang ke hotel. Wanita yang garis wajahnya tidak beda jauh dari Shanum itu tidak berani menatap ke arah suaminya saat bertanya.Fatih hanya mengangguk pelan tanpa ingin bersuara. Bibirnya terkatup rapat malas untuk membahas nama yang sedang dipertanyakan isterinya tersebut."Cantik. Pantas masih Mas panggil di tiap tidur Mas." Fatih mendesah berat mendengar sindiran halus dari Hanum. Jujur hatinya merasa tak enak karena kedapatan sering menyebut nama wanita lain saat tidur.Shanum. Nama itu begitu membekas di hati Fatih. Bahkan setelah melewati beberapa purnama, nama itu masih bertahta kuat di hatinya. Baginya, wanita itu adalah cinta pertama yang sulit dilupakan. Kalau bukan karena permintaan ayah sambungnya, mungkin dia akan tetap memperjuangkan wanita itu agar tetap

  • Pura-Pura Buta   63

    POV authorAlan memutuskan kembali ke Inggris dengan memboyong Shanum ikut dengannya ke sana. Melanjutkan kuliah mengambil S2 dengan jangka waktu setahun. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja kerjanya nanti saat memasuki perusahaan Keluarga Atmanegara. Shanum pun demikian, ikut mengambil S2 juga memanfaatkan momentum yang ada. Ia pikir daripada berdiam diri di rumah menunggu kepulangan Alan, kenapa tidak ikut menimba ilmu untuk meningkatkan kualitas ilmu yang sudah diperoleh sebelumnya. Alan pun mendukung keinginannya. Keluarga juga merestui. Mereka akhirnya memutuskan pergi setelah melengkapi segala berkas dan keperluan di sana. Kakek sudah membeli lagi satu apartemen baru untuk mereka tinggali. Yang pasti lebih besar dari apartemen Alan sebelumnya.***"Alhamdulillah, sebentar lagi kita bakal punya cucu," ucap Anya melirik Delia membuka obrolan. Tiga wanita berkumpu

  • Pura-Pura Buta   62

    POV ShanumCantik. Satu kata untuk kamar pengantin yang telah dipersiapkan untuk kami di salah satu kamar hotel berbintang lima.Taburan kelopak bunga mawar dibentuk menyerupai hati menghiasi atas tempat tidur yang didominasi warna putih. Harum semerbak menguar dari lilin beraroma terapi. Ada juga lilin-lilin kecil yang sengaja diletakkan di berbagai sudut kamar untuk menambah suasana semakin romantis."Suka?" Bisik Alan di dekat telinga. Mata masih takjub memandang keindahan kamar ini. Hati mendesir. Suaranya membuat bulu romaku berdiri. Kucoba mengendalikan rasa yang ada.Aku mengangguk. "Kamu yang buat?"Ia menggeleng lalu meraih tanganku. Menuntunku mendekati ranjang pengantin."Bukan. Orang hotel, tapi aku yang minta dibuatkan secantik mungkin. Mana ada

  • Pura-Pura Buta   61

    POV AlanTidak terasa waktu setahun telah terlewati. Masa perkuliahan akhirnya selesai juga. Wisuda sudah kujalani, tinggal pulang saja ke Indonesia. Nilai IPK-ku sangat memuaskan dan berhasil meraih cumlaude. Bahkan sudah ada tawaran kerja di perusahaan asing, tempatku magang dulu. Namun aku ingat pesan Kakek, "kita boleh menuntut ilmu di luar, tapi jangan lupa pulang dan praktekkan ilmu tersebut di negerimu sendiri." Lagipula ilmu tersebut bakalan kugunakan untuk mengembangkan perusahaan Keluarga, sesuai kemauannya.Hubunganku dengan Shanum, baik. Kami selalu berkirim pesan dan kabar agar selalu terjalin komunikasi yang erat. Tidak ada yang ditutupi, apapun itu. Sering bercerita tentang keadaan kampus masing-masing dan apa saja yang dipelajari di sana. Walau terkadang bingung dengan istilah yang terdengar asing di telinga karena perbedaan program studi yang kami ambil."Assalam

  • Pura-Pura Buta   60

    POV Shanum"Maaf, saya tidak setuju."Kaget.Ayah?Ada apa dengan Ayah? Kenapa ia tidak setuju?Kutatap wajahnya dengan khawatir. Tidak mungkin Ayah akan membatalkan pertunangan kami. Ayah bersikap biasa saja. Bahkan tidak ada pembicaraan serius di rumah mengenai hal tersebut. Malah Bunda lah yang paling nampak kesulitan menerima Alan sebelum adanya pertemuan dengan Mami Anya."Apa Alan melakukan kesalahan? Atau Delia masih marah dengan Anya?" Tebak Kakek Atma dengan Kening mengernyit. Mencoba mencari tahu.Semua mata menatap bergantian ke arah Bunda dan Mami Anya.Bunda cuma tersenyum tipis dan menggeleng cepat. Begitupun Mami Anya. Mereka saling melempar senyum meski tampak kebingungan di wajah merek

  • Pura-Pura Buta   59

    POV AlanSeharian ini aku persis seperti bodyguard. Mengikuti kemana langkah Mami pergi. Dari mengantarkannya bertemu Bunda, hingga pergi ke supermarket bagian perlengkapan kue. Ini untuk pertama kalinya kulihat Mami mengunjungi tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Aneh"Untuk apa Mami masuk ke sini?" Aku bertanya saat Mami memilih benda asing di mataku."Inih," jawabnya seraya menunjukkan salah satu benda berbahan aluminium berbentuk persegi dengan ukuran besar."Untuk?" tanyaku heran."Buat kue." Mami berjalan pelan memperhatikan benda tersusun rapi yang berada di sampingnya."Maksudnya, Mami yang akan membuat kue?" tanyaku tidak percaya.Mami menganggukkan kepala, tapi matanya terfokus pada deretan rak-rak seperti sedang

DMCA.com Protection Status