"A, apa...??" Lira menatap Kakaknya tak yakin. "Kenapa harus aku...?" keningnya makin berkerut, membuat Johan lagi-lagi terkekeh.
Mood nya selalu membaik walaupun hanya melihat Adik Tirinya itu.
"Kau kan Adikku, pasti tahu mana yang terbaik." Johan menjentikkan jari tangannya.
Mata Lira membulat, ia ingin menolak, tapi bingung mengatakannya, apa lagi Anya sudah menghambur ke arahnya.
"Boleh kan Lir..??" ia merangkul Lira dari depan, sehingga membelakangi Johan. "Aku akan mendekatkan mu dengan Kak Andreas..." ia berbisik di telingan Lira.
"Aku harus pergi." Johan tersenyum kepada mereka, dan terkekeh ketika melihat wajah Lira yang membatu, sebelum ia membenarkan letak cangklongan tas ranselnnya dan berjalan pergi.
"Dadaah K
Mobil New Camry 2.5 G/T warna black yang di naiki Lira baru saja keluar dari gerbang Universitas ketika dari kaca mobil nya, Lira melihat Andreas yang sudah duduk di kap mobil sport Ferrari488 Pista warna rosso scuderia.Dadanya langsung berdebar dan tanpa sadar ia tersenyum dari balik kaca mobil nya yang terlihat gelap dari luar, ia masih memandang tak berkedip ke arah Lelaki itu sampai mobil nya melewati nya dan ia langsung tersadar."Pak !" Lira langsung menepuk bahu Sopirnya."Ada Apa Nona...??" Sopir tua nya terkejut dan langsung menginjak rem, yang untung nya jalanan di depan Kampus itu sepi dan Mobil tersebut berjalan pelan di pinggir."Putar balik ke Kampus !" ia memerintahkan. "Cepat ya !" ia berkata lagi sambil menoleh ke arah belakang, ia takut Seniornya tersebut kebur
"Itu bukannya Lira, adiknya Kak Johan...?" Rendy berkata setelah dekat.Andreas tak begitu menanggapi, ia masih sibuk membuka pembungkus permen pemberian Lira tadi, dan segera mengulumnya sambil memegangi tangkai plastiknya."Anda tidak berbuat macam-macan lagi kan..?" Rendy menatap khawatir pada Lelaki bermata sipit yang masih santai memainkan permen dalam mulutnya, membuat pipi nya mengelembung sebelah."Macam-macam apa..?" keningnya berkerut menatap Lelaki yang berdiri di sampingnya.Kening Rendy ikut berkerut dalam menatap orang yang selalu ia panggil Tuan Muda itu."Ayo ikut aku !" Andreas turun dari kap mobil sport nya."Biar saya yang menyetir." Rendy sudah menodongkan tangannya meminta kunci. 
Anya melompat kegirangan saat Johan datang bersama Lira dan mengatakan bahwa mulai hari ini mereka berpacaran."Pacarkuu...!" ia memeluk Johan dan mengalungkan kedua lengannya pada leher Johan.Lira meringis melihat tingkahnya.Tapi memang ada untungnya Johan sekarang berpacaran dengan Anya, karena kini Kakaknya yang suka menguntit dan tidak memboleh kannya ini dan itu sekarang lebih sering bersama Anya. Ralat, Anya yang sering datang menemui Johan, dan mau tidak mau Lelaki itu harus menuruti kemauan manjanya. ***Lira masih duduk di salah satu kursi panjang dari besi yang tersebar di beberapa titik Lingkungan Kampusnya. Ia yang siang ini baru saja selesai dengan kelasnya termenung sambil melihat ke layar ponsel yang sudah dari 10 menit lalu ia pegangi.Di lihatnya layar
Sudah 1 minggu lebih Anya berpacaran dengan Johan. Di Kampus gadis berambut pendek dan selalu tersenyum lebar-senyum tak tahu malu, kalau menurut Lira, itu selalu menempel ke mana pun Kakak nya pergi.Tapi bagi Lira, itu tidak lah masalah. Karena justru dengan Anya yang selalu ikut ke mana pun Johan pergi, sedikit banyak Lira bisa terbebas dari Kakaknya yang selalu over protictive padanya. Seperti minggu ini contohnya,"Haaii Sayaang !" Anya yang memakai atasan kurang bahan warna pink, di padu rok dari bahan jeans di atas lutut sudah tersenyum lebar di depan pintu rumah. Johan yang awalnya ingin membaca di taman depan terkejut tak percaya dengan kehadiran Anya di rumah nya."...Dari mana...??" kalimat Johan terputus karena Anya yang telah menghambur ke arahnya, memeluk kemudian mencium pipi kanannya. Membuat ekpresi wajah Johan seketika berubah tak suka."Lira yang memberi tahu ku." ia tersenyum leba
Seumur hidupnya Lira tak pernah merasa sebahagia ini. Dalam ruangan Bioskop yang gelap dan hanya mendapat sinar dari layar besar yang sedang memutar film tentang Alien robot yang bisa menyamar menjadi mobil di Bumi, Lira tak henti-hentinya melirik ke arah Andreas yang tengah asik menikmati film sambil sesekali tangannya mengambil segenggam popcorn rasa caramel dan memasukkannya langsung ke mulut.Jantung Lira berdetak begitu kencang saat di tengah film terdapat adegan ciuman seorang wanita bersama Pemeran utama Pria. Lira tanpa sadar mengigit bibirnya dan wajahnya terasa panas saat wanita itu dengan ganas mencium sampai Pemeran pria itu terdorong ke ranjang.Yah walaupun ternyata wanita itu robot alien yang menyamar dan bermaksud mengoda si Pemeran pria, dan Andreas yang duduk di sebelahnya ikut tertawa terbahak-bahak bersama Penonton lain saat Pemeran utama wanita yang tak lain Pacar Pemeran utama pria datang dan memergoki mereka sedang ber
Anya menutup mulut dengan mata memandang jijik ke atas meja belajar yang biasa di gunakan Johan sehari-hari. Di situ ada selembar kertas HVS dengan beberapa ekor cicak yang tubuhnya telah terpotong-potong cutter di sampingnya dan dari potongan-potongan itu di bentuk lagi simbol lingkaran, segitiga dan segiempat. Yang membuat Anya mual, terdapat dua ekor bangkai cicak yang masih utuh tapi sudah mengering dengan perut yang terbelah dan isi yang di aduk-aduk oleh pensil mekanik di dalam nya."Kau melihat karya seni ku ?" Johan yang bertelanjang dada tersenyum bangga."Karya seni ?" kening Anya berkerut. "Itu menjijikan, Kak." wajah polos Anya dengan beberapa titik air yang mengalir dari rambut nya yang basah masih menampakkan raut wajah risih melirik ke arah bangkai hewan yang berjejer di atas meja."Kau bilang apa...?" kening Johan berkerut. Sebelum Anya sempat membuka mulut, tangan kanan Johan sudah mencekik kuat leher ke
Suara getaran ponsel yang tepat berada di atas nakas samping mereka sedang bergulat di lantai membuat Johan terganggu. Ia segera melepaskan diri dari Anya yang lengannya masih saja mengelajut pada pundak nya yang kokoh dan lembab oleh keringat."Biarkan saja..." rengek Anya manja dengan wajahnya yang sudah memerah di penuhi hasrat mengebu.Johan tersenyum dan tetap melepas pelukan wanita yang sepertinya sudah ketagihan akan permainanya itu, dan bangkit berdiri sambil membenarkan resleting celana nya. Dengan wajah manyun karena belum merasa terpuaskan, Anya ikut bangkit dari lantai berselimut karpet tebal tempatnya berbaring dan menutupi tubuhnya dengan handuk, kemudian duduk di pinggir ranjang."Halo." Johan menempelkan ponsel nya ke telingan kanan sambil tetap berdiri di samping nakas yang atasnya terdapat lampu 5watt warna kuning yang menjadi penerang kamar gelap nya tersebut. "Langsung saja Sonia, kau tahu aku nggak s
Andreas tertawa mendengarnya. "Kau ini lucu sekali." ucap nya di sela tawa.Lira menunduk dengan wajah yang semakin merah. "Aku kebablasan klo ngomong." erangnya dalam hati sambil menutupi wajah nya dengan kedua tangan.Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir dengan perasaan Lira yang kian melambung oleh rasa berdebar dan bahagia tak terkira."Andreas kan ?" seorang wanita kisaran usia 25 tahunan dengan dress ketat model kemben dengan panjang di atas lutut tiba-tiba menghadang lamgkah kaki Andreas saat mereka tidak sengaja bersisipan.Lira menatap wanita itu lekat-lekar dengan kening yang berkerut dalam."Apa aku mengenal mu ?" Andreas memiringkan kepalanya dengan kedua tangan di lipat di dada.Wanita itu terkekeh sambil menutup mulutnya dengan jari-jari tangannya yang di hias nail art warna merah."Mentang-mentang ada Pacarnya."
"Semalam hujannya deras sekali,pohon di dekat rumahku sampai tumbang."seorang suster bercerita. "Padahal sudah masuk musim kemarau.Tapi masih hujan saja." rekannya menimpali. "Bikin malas berangkat shif pagi." ia tertawa. "Mendung memang paling enak buat rebahan." rekannya membenarkan dan ikut tertawa. Dua orang suster itu berjalan beriringan di koridor rumah sakit dengan beberapa pasien yang nampak di sekitar taman untuk menghirup udara segar. "Selamat pagi." dari arah berlawanan,seorang suster lain menyapa. "Selamat pagi." berbarengan mereka menyahut. Pasien yang berada di samping suster tersebut,ikut tersenyum kepada mereka berdua.
Pesta topeng yang di selengarakan di salah satu Hotel milik Keluarga Marthadinata itu begitu meriah.Penyanyi papan atas di undang untuk semakin menghangatkan suasaan.Pesta ulang tahun Perusahaan tahun ini memang spesial,sebab Pimpinan Perusahaan,yaitu Adnan Marthadinata,memperkenalkan menantu beserta cucu cantiknya.Di atas panggung dengan dekorasi hitam-emasnya,Andreas terlihat bahagia mengandeng istri mungilnya yang terlihat menawan dalam balutan gaun malam."Daddy,gendong."putri kecilnya yang bermata cokelat terang mirip dirinya merengek manja.Andreas yang dulu angkuh,terkesan tak peduli,serta seenaknya sendiri.Menjelma menjadi sosok Ayah yang penyayang.Dan itu sangat terlihat dari caranya memperlakukan gadis kecil tersebut.Pria berjas merah dan bertopeng badut itu
Asalamualaikum wr wb Apa kabar?Semoga kita semua masih di beri kesehatan di masa pandemik Covid 19,serta di mudahkan dalam memperoleh rizki. Bercerita tentang PSYCHOPATH LOVE,ini novel yang saya buat paling lama,hampir satu tahun dengan jumlah bab di bawah 90. Jujur saya sangat kesulitan dengan tokoh Johan yang dari awal kemunculan di Novel SEBENARNYA sudah sangat dark. Menulis adegan sadis dan berdarah-darah di Novel ini adalah yang pertama. Saya tertantang,bisa tidak feel dark ini sampai ke pembaca hanya lewat tulisan?(Kalau nonton kan sudah pasti langsung kerasa banget) Dan saya senang membaca beberapa komentar,yang merasakan ketegangan itu. Walaupun untuk saya sendiri,belum merasa berhasil 'menggambarkan' rasa ngeri itu lewat tulisan.🙈
POV Johan- Gelap, Takut, Punggungku sakit,habis di cambuk Papa. Pipi ku perih di pukul Kak James. Kepala ku pusing dan berdengung. Tolong aku... Tolong! Toloong..! .................... "Happy birthday to you...happy birthday to you...happy birthday,happy birthday...Happy birthday kakak.." Mataku silau oleh cahaya lilin yang tertancap di kue ulang tahun yang ia bawa. "Ayo,tiup lilinnya,Kak." ia menyodorkan kue itu ke arahku. "Aku yang membuat,di bantu Mama." adik tiriku itu masih tersenyum lebar. Aku terpana,jantungku berdebar.Selama 10 tahun aku hidup,baru kali ini ulang tahunku di rayakan. Biasanya Papa dan ke
"Kau bilang akan membantuku bebas,kan...?" bibir pucat Lira yang di poles lipstik warna merah oleh Sonia,berucap pelan. Kening Sonia berkerut.Dia sengaja mencoreng pipi Lira dengan lipstik,kemudian mendengus kesal. Lira yang memakai kebaya warna putih,dengan rambut panjang yang di sanggul sederhana,serta sisipan mawar merah,tak berusaha menghapus corengan lipstik yang seolah terlihat ia sedang tersenyum. "Kalau bisa,saat ini juga,aku ingin 'membebaskan' mu sampai dasar neraka." Sonia berkata bengis,persis di depan wajah Lira. Mata Lira meremang,namun ia tak berkata apa pun. "Kenapa kau tak ikut mati bersama anakmu?" Sonia menegakkan tubuhnya congkak.Ia meletakkan palette make up nya begitu saja ke atas meja. Sonia marah,
Adnan mendengarkan dengan kening berkerut dalam. Rendy yang berdiri di belakang Andreas mendesah beberapa kali. "Kenapa masih saja memohon untuk hal yang mustahil?" ucapnya dalam hati. "Johan yang menculik Lira.Dia juga memperkosanya sampai hamil dan anak yang di lahirkan tak selamat,karena Lira mengalami kekerasan fisik." berapi-api Andreas menerangkan di depan Ayahnya yang masih duduk tenang di kursi kebesaran. "Lira juga bilang,pasangan suami istri Prawira bukan meninggal karena kecelakaan seperti yang ada di berita,tapi karena di bunuh oleh Johan." ia melanjutkan. Ayahnya masih tak bergeming. Andreas menelan ludah.Raut wajahnya menyiratkan kekesalan,sebab respon yang di terima Ayahnya,jauh berbeda ketika se
Suara dentuman musik yang memekakan telingan tak mampu mengusik Andreas dari lamuannya tentang kejadian beberapa saat lalu."Lihat!" Rendy menunjukkan berita tentang kecelakaan suami-istri Prawira di ponsel.Andreas tertegun membaca isi berita tersebut."Begini mudahnya Johan membalikkan fakta atas kematian orang tuanya sendiri." Rendy kembali memperingati. "Sekarang,tak hanya gerombolan mafia di belakang Johan.Tapi,dia juga memiliki kekuasaan mutlak atas Prawira Enterprise!"Andreas meneguk gelas vodkanya sampai habis,dan menghisap lintingan ganjanya."Bro!" panggil Bryan dari lantai dansa. "Come on." ia bergoyang mengikuti ritme lagu bersama teman-teman wanitanya.Andreas menarik ujung bibirnya,lalu mengibaskan tangan. "Enak bener hidupn
Perlahan Lira membuka mata,dan mendapati langit-langit yang berwarna putih. Ia merasa tubuhnya begitu lemah,dengan bagian perut yang perih.Lira mulai mengingat-ingat kejadian apa saja yang menimpanya. Ia meneguk ludah dengan air mata meleleh,kala mengingat Ibunya yang di bunuh dengan kejam. Lira hendak bangkit,tapi perutnya begitu sakit. "Lira?" Andreas membuka pintu.Cepat-cepat ia menidurkan lagi Lira dan meninggikan posisi ranjang. "Kak Andreas.." bibir kering Lira berucap. "Kau baru saja di operasi.Kata Dokter,kau belum boleh bangun dan melakukan kegiatan berat apa pun minimal satu sampai dua hari." Andreas menjelaskan. Lira baru sadar,jika kini,ia berada di rumah sakit.Di r
Aku bukannya tak menyayangi anakku sendiri.Tapi rasa nyeri kehilangan ini,begitu menyakitkan.Aku berusaha meneggelamkan diri pada pekerjaan untuk melupakan.Tapi dirinya yang terus tumbuh dan semakin mirip dengan Anita-ku,begitu mengoyak perasaanku.Sakit..Sakit..Begitu sakit rasanya kehilangan pasangan hidup.***"Papa,bu guru bilang,gambarku bagus."bocah berseragam T.K itu sumringah memperlihatkan gambar rumah dengan dua saudara serta Ayahnya di depan pintu.Aji mengabaikan,melirik pun tidak.***"Papa,aku juara kelas!" dengan penuh semangat,Johan yang berseragam putih merah berlari menunjukkan nilai raportnya yang sempurna.Namun Aji hanya melihat