Zia mencubit perut Reikhan untuk menghindari pertanyaan dari pria itu. Zia ahlinya jika ingin menghindari pertanyaan semacam itu.
"Kau jangan mengalihkan pembicaraan, aku sedang kesal dengan kakakmu."Reikhan memeluknya dan menciumi wajah Zia membuat Zia geli."Apa sih !" kata Zia berusaha menjauh tapi tertawa.
"Kau sangat menggemaskan jika sedang kesal. Mau makan sesuatu?"
Zia teringat akan perihal perutnya yang kosong. Dan dia mengangguk antusias."Baiklah kita cari makan disekitar sini."
Mereka bergandengan tangan mencari tempat makan untuk mengisi perut mereka. Reikhan sudah menceritakan apa yang Zia mau, hanya tinggal langkah Zia selanjutnya. Bagaimana cara Zia mengambil surat itu. Waktunya hanya tinggal satu bulan. Mudah bagi Zia mendapatkan tanda tangan Re"Aston ngamuk diapartement ku." Zia langsung bergerak ke apartement kakaknya itu dengan menggunakan taksi. Dia takut kalau Aston akan mengamuk ke Zyan kakaknya. Mengingat bagaimana sikap bossy nya Aston. Tak begitu lama dia sudah sampai di apartement mewah milik saudaranya itu, karena jalanan London malam ini tidak begitu ramai.Zyan membuka pintu dan terkejut melihat wajah Zia yang sangat kesal. "Dimana dia?"Tanya Zia tanpa basa-basi. Zia membuka topinya dan menyusuri seluruh ruangan yang redup itu."Aku disini nona Ara"Zia mendengus dan datang tepat dihadapan Aston yang berkecak pinggang didepan pintu kamar Zyan. Sorot mata tajam Zia seperti ingin menguliti Aston hidup-hidup.Zia memperhatikan rungan yang sudah acak-acakan itu dan Zia yakin ini ulah Aston.
Zia masuk kedalam ruangan Reikhan membawakan beberapa berkas yang harus ditanda tangani Reikhan. Tapi senyuman konyol Reikhan yang terus melihatnya membuatnya gerah. Zia menutup map nya sedikit keras."Kau ini kenapa?" Reikhan masih tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Zia benar-benar tidak mengerti. Cepat tanda tangan disini, awas kalau nanti pekerjaanku salah karena kau tidak memeriksanya. Reikhan hanya diam dan masih tersenyum. Sedangkan Zia memutar bola matanya."Sayang, nanti malam kita ke London Eye mau?" Zia mengernyit dengan tingkah Reikhan ini. Ada apa? Pikirnya."Baiklah" jawaban enteng Zia membuat Reikhan bangkit dari duduknya dan mencium kening Zia."I love you. Ayo kita makan siang."Zia mengangguk. Mer
Sudah tiga hari Reikhan pergi ke Qatar untuk urusan bisnisnya. Reikhan selalu menelpon Zia atau saat sudah pulang kerja mereka akan Video call hingga larut malam. Bahkan makan saja Zia harus terus berada didepan laptopnya. Reikhan benar-benar pacar yang posesif. Zia merindukan tingkah konyol Reikhan saat menganggunya jika mereka berada di apartement, atau pun dikantor. Seperti sore ini Zia sedang duduk santai di gazebo sambil membaca komik dan makan cemilan. Zia merindukan candaan dan gombalan dari Reikhan. Besok libur dan dia tidak tahu harus ngapain. Zia tidak berniat untuk keluar dari apartement milik Reikhan ini.Alhasil Zia menelpon kakak tercinta nya Vienza. Pada deringan ketiga Vienza mengangkat telponnya."Hai kak... Apa kabar?" Zia mendengar suara tawa dari Vienza dan juga Akhtar. Membuat Zia miris dengan dirinya se
Zia keluar dari kamar mandi menggunakan handuk, dilihatnya Reikhan masih berdiri didepan pintu kamar mandi. Tapi pria itu sudah mengganti pakaiannya yang basah tadi."Sayang, ayo lah jangan ngambek begini."Zia hanya diam dan tak menghiraukan ocehan Reikhan. Zia masuk kedalam kamar dan memakai pakaiannya, lotion, juga mengeringkan rambutnya. Dia keluar dengan membawa sebuah majalah. Zia berjalan sambil membaca majalah itu tanpa menghiraukan Reikhan yang melihatnya."Baiklah, maafkan aku."Suara Reikhan itu membuat Zia tersenyum sedikit lalu meletakkan majalah yang dia baca diatas meja lalu menatap Reikhan serius. Reikhan menarik nafas dan beralih duduk disebelah kekasihnya yang sedant merajuk itu."Maaf ya sayang," senyuman Reikhan menular kepada Zia dan dia terpaksa ik
Zia sedang sibuk menyiapkan beberapa file yang diminta Reikhan. Tadi pagi dia bertengkar dengan Reikhan karena Reikhan memaksa bekerja padahal pria itu sedang sakit. Zia mendiamkannya sepanjang hari ini, sialnya Reikhan sebagai atasannya selalu cara untuk mengajaknya berbicara. Seperti saat ini."Sayang, bisakah kau mengatakan maksud dari laporan ini apa? Bukankah rincian kepengurusan lapangan sudah aku tanda tangani kemarin?" Zia melihat apa yang dimaksud Reikhan dan dia mengernyit."Bukan pak, yang kemarin adalah kepengurusan pengeboran ditempat lain. Ini laporan baru dari pihak lapangan." Reikhan yang gemes melihat kekasihnya itu langsung berdiri dan menarik tubuh Zia kedalam dekapannya. Zia menutup bibirnya saat Reikhan ingin menciumnya."Sayang... Kau lihat
Zia dan Reikhan sedang berjalan-jalan keliling kota London sambil berjalan kaki sore ini setelah mereka pulang kerja. Reikhan mengajaknya ke South bank London. Disana sangat ramai jika sudah malam minggu seperti saat ini. Zia ingin ke toilet umum dan Reikhan berhenti disebuah kedai es krim. Saat Zia akan masuk ke toilet itu dia melihat seorang anak laki-laki yang sepertinya srdang diperas atau diancam. Zia mendekatinya tanpa rasa takut."Hei, apa yang kalian lakukan?" Zia menarik tubuh pria didepannya yang ingin menghajar anak laki-laki itu. Ada sekitar tiga orang pria bertubuh besar didepannya."Jangan ikut campur nona. Anak ini adalah anak buah ku." Pria itu memperhatikan Zia dari atas hingga bawah. Senyum menjijikkan terlukis dibibirnya dan mereka semua tertawa. Pria itu menarik tangan Zia
Reikhan bangun dari tidurnya dan melihat Zia masih berada dipelukannya. Mata Zia tertutup, sungguh pemandangan yang sangat membuat hati Reikhan bahagia. Dia kemudian berpikir untuk segera melamar Zia. Gelang kaki pemberiannya masih terus dipakai Zia, dan dia sangat menyukai itu. Mitos yang dia dengar, jika seseorang dapat menjaga pemberian kekasihnya menandakan cinta mereka akan tetap terjaga seperti benda-benda yang dijaga pasangannya itu.Zia bergerak dan membuka matanya lalu menutupnya lagi. Tapi sedetik kemudian dia membukanya lagi, Zia melotot melihat Reikhan yang berada disebelahnya sambil melihat dirinya. Waja Zia merona dan itu terlihat jelas dimata Reikhan. Dengan cepat Reikhan mencium bibir Zia."Morning kiss sayang.." Zia tersenyum malu. Yang Reikhan tidak tahu kenapa Zia seperti itu.
"Jika kau menganggap aku sudah tidur dengan pria itu maka kau bisa meninggalkanku. Pergilah mencari wanita yang lebih baik dariku dan bisa mencintaimu."Zia menutup wajahnya dan menangis dalam diam. Aston mendekatinya, pria itu berpikir kalau Zia kesal karena Aston menganggapnya murahan. Padahal Zia kecewa dengan dirinya sendiri yany tidak bisa berbohong kalau dia ingin tetap tinggal bersama Reikhan. Aston memeluknya, dia tentu sakit hati setelah tahu semua yang dilakukan Zia dengan pria lain. Pria manapun tidak akan rela melihat wanita yang dicintainya berciuman bahkan bersentuhan lebih bersama pria lain. Aston merasa akan gila saat ini, tapi cintanya kepada Zia bukanlah cinta yany bisa dia hapuskan begitu saja.Bukan dia tidak mencoba melupakan Zia dan mencari wanita lain. Dia sudah melakukannya berkali-kali, tapi hasilnya dia a