Aka mencium kening Cia penuh sayang tepat di depan pintu kamar hotel.
“Segera tidur, mimpi yang indah,” pesan Aka sambil menyentuh lembut pipi Cia membuat gadis itu tersenyum sambil mengangguk pelan.
“Iya, kamu juga sayang,” balas Cia dengan kalimat pendeknya.
“Ya udah, masuk gih, jangan lupa bersihin diri dulu sebelum naik ke ranjang biar bisa tidur nyenyak.”
“Siap sayangku, aku masuk dulu, ya.”
“Iya, paling bentar lagi Jordi dan Vio akan segera balik juga. Entah apa yang terjadi dengan mereka sampai sepertinya jadi lengket kayak perangko gitu,” kelakar Aka yang di sambut tawa Cia sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.
Setelah memastikan gadis kesayangannya berada di kamar dengan aman, Aka segera masuk ke kamarnya bersama Jordi yang tepat berada di samping kamar Cia dan Vio.
Setelah membersihkan diri dan sambil menunggu Vio yang belum datang juga, Cia melihat acara televisi kabel yang ada di dalam kamar. Dingin dan sepi membua
Cia yang peka memperhatikan setiap sikap dan interaksi yang Vio dan Jordi tunjukkan. Dirinya tak bisa di bohongi bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. Di pasir pantai saat Cia dan Vio duduk bersama sambil melihat tingkah Jordi dan Aka yang sedang menikmati kecipak air laut di pantai secara sengaja dia memancing pembicaraan dengan Vio.“Kamu tadi pagi tak kelihatan menelepon Kak Rega, Vi?” tanya Cia menatap sekilas ke arah Vio dan ketika Vio balik menatapnya maka dia segera memalingkan wajah, menghindar dari tatapan Vio yang jangan-jangan tahu bahwa dirinya sedang curiga dengan perubahan sikap dan tingkah lakunya sejak semalam ketika sahabatnya itu masuk ke dalam kamar yang ternyata berlanjut sampai pagi ini bahkan di pantai tempat yang paling semangat ingin Vio kunjungi.“Iya emang enggak, lagian di sana juga masih malam, kasihan nanti ngeganggu,” jawab Vio cukup logis.Cia mengangguk paham meski merasakan satu kejanggalan. S
Jordi tersenyum seorang diri di kamarnya, membuka album lama masa SMA di galery ponsel yang tepatnya memori kelas X dan XI ketika masih satu sekolah dengan Cia. Di situ banyak foto candid Cia yang seringkali di curinya dengan beragam ekspresi. Wajah Cia ketika masih begitu unyu, wajah cantik polos yang menarik perhatiannya bahkan sejak awal dia melihatnya di acara MOS sekolah waktu itu. Bahkan ketika di acara MOS pun waktu gadis itu masih memakai seragam biru putih fotonya pun juga ada.Jordi menatap lurus atap kamarnya. Dia tak menyangka pernah menyimpan rasa yang begitu mendalam pada seorang Cia sekian tahun lamanya. Sampai-sampai dia tak tahu akankah nantinya mampu menghapus nama itu dari hatinya. Seringkali dia merutuki jiwa labilnya di jaman putih abu-abu itu, ketika gaya parlente sok borjuis yang dia andalkan nyatanya tak mampu menarik hati Cia ke dalam hidupnya. Bahkan justru membuat gadis itu semakin menjauh darinya.Di masa menuju kedewasaanya sekarang ini Jor
Vio menggandeng cepat tangan Cia begitu kuliah mereka selesai siang ini.“Gue laper, Cia, buruan dong keburu kantin ramai,” ujar Vio sambil menarik paksa tangan Cia yang terseok mengikutinya. Jordi masih di kelas, membahas beberapa hal bersama teman-teman mereka lain terkait tugas yang dosen berikan tadi. Harusnya Vio dan Cia pun ikut dalam pembahasan itu, namun perut melilit Vio sepertinya tak bisa di ajak kompromi.Di kantin yang belum terlalu ramai, dengan sabar Cia menunggui sahabatnya yang asyik menikmati semangkuk mie ayam dengan penuh kenikmatan. Dia sendiri hanya menikmati segelas jus alpukat kesukaannya.“Kamu laper apa doyan sih, Vi?” tanya Cia merasa geli melihat Vio yang begitu fokus dan cepat memindahkan isi mangkok beralih menjadi isi perutnya.“Laper dan doyan,” jawab singkat Vio yang semakin membuat Cia terkikik geli.“Hei … “ sapa seseorang yang tiba-tiba menyeret kursi dan iku
“Kalian berdua baik-baik saja, kan?” tanya Vendra cukup cemas ketika Clara dan Yolanda benar sudah berlalu dari sekitaran mereka. Di perhatikannya secara bergantian Cia dan Vio yang hanya diam saja, namun begitu mendengar pertanyaan Vendra keduanya segera menyunggingkan senyuman yang bisa di artikan bahwa mereka tak kenapa-kenapa. Vendra menghela nafas lega. “Kak, jadi Kak Vendra beneran tidak sedang pacaran dengan Clara?” tanya Vio memastikan tak bisa menyimpan rasa penasaran besar di hatinya. Vendra menatap lurus ke arah Vio, kemudian berganti ke arah Cia. Dua gadis itu nampak sama-sama diam menunggu klarifikasi dari cowok di hadapan mereka. “Seperti yang tadi kalian dengar dengan jelas,” jawab Vendra dengan wajah serius sambil beranjak berdiri, bersiap membayar apa yang tadi dia pesan berikut makanan minuman Cia dan Vio. Vio dan Cia hanya saling menatap bergantian, kemudian beralih menatap punggung Vendra yang sedang membelakangi keduanya k
Vio menunduk di depan Aka. Jujur, ada rasa tak nyaman yang menderanya tiap kali berdekatan dengan pasangan setia dua orang sahabatnya ini. Setiap kali, rasa bersalahnya pada Rega akan muncul meski sejujurnya sampai dengan saat ini hubungannya dengan Jordi pun tidak berkembang sebagaimana mestinya, belum bisa di sebut bahwa mereka adalah pasangan yang sedang pacaran.Vio dan Jordi menikmati kebersamaan yang ada saat ini tanpa status pasti, sebut aja dengan istilah viral jaman sekarang Hubungan Tanpa Status, meski di hati masing-masing mereka tahu bahwa setiap momen kebersamaan dan sikap yang di tunjukkan tak jauh dari ungkapan rasa penuh kasih sayang yang sama.“Vi, kapan Kak Rega jadi pulang?” tanya Aka dengan tiba-tiba.Vio mendesah lesu dan pasrah sebelum menjawab.“Terakhir dia bilang mungkin seminggu lagi,” jawab Vio tanpa berani melihat ke arah Aka.“Kamu sudah mempersiapkan hati dan semuanya untuk menghadapi tuna
Vio menunggu Rega di pintu kedatangan internasional bandara dengan berjuta rasa. Separuh hatinya ada di samping Jordi yang sejak pagi tak memberinya kabar, bahkan untuk sekedar membalas entah berapa pesan yang telah dia kirimkan. Sedangkan separuhnya lagi merasa cukup penasaran dengan bentuk pertemuan seperti apa yang akan terjadi beberapa saat lagi ketika sejujurnya hatinya tak menunggu momen ini dengan sepenuhnya.Sekian menit kemudian, Via melihat seorang pemuda tinggi tegap dan tampan yang berjalan santai ke arahnya. Dia tak setampan Jordi tapi bisa di katakan juga bahwa Rega adalah sosok cowok kekinian yang sangat menawan. Penampilannya nampak tenang dan dewasa. Usia mereka yang terpaut sekitar lima tahun membuat Vio sangat suka berlaku manja pada cowok ini. Itu kemarin-kemarin entah apa yang akan terjadi mulai hari ini.Ketika jarak Vio dan Rega terkikis menjadi semakin dekat, cowok itu menyunggingkan senyum lebarnya sambil merentangkan kedua tangan sebagai isyar
Jam sudah menunjuk angka sepuluh malam lebih. Sejak jam sembilan tadi Vio sudah pamit kepada orang tuanya untuk masuk kamar, sedangkan Rega justru sebelum itu. Selesai makan malam cowok itu segera minta ijin pada kedua orang tua Vio yang sudah lengkap berada di rumah semua beserta pamit ke Vio juga untuk masuk kamar dengan alasan masih merasa sangat capek, ingin mulai menikmati tidur sepuasnya menghilangkan jetlag dan rasa seolah-seolah masih berada di dalam pesawat seperti di jam yang sama di hari kemarin. Sudah sejam di dalam kamar dan Vio tak berhasil menghalau khawatir dan kegalauannya. Jordi tak ada kabarnya, pesan yang dia kirim tak berbalas. Boro-boro di balas, di baca pun tidak. Vio merasa rindu dan merasa sangat bersalah pada cowok itu. Haruskah dia meneleponnya sekarang? Vio membolak balikkan ponsel di tangannya. Sesekali melihat last seen nomor Jordi dari layar chat-nya. Bahkan cowok itu baru membukanya lima menit yang lalu tapi kenapa bahkan pesa
Pagi yang sangat cerah di pelataran kampus.Vio sudah meminta supaya Rega mengantarnya cukup sampai depan pagar kampus saja. Namun cowok tunangannya itu memaksa mengantar sampai parkir dan bahkan sampai menuju ke kelas dengan alasan ingin sekalian jalan-jalan di kampus swasta terbaik di Kota Surabaya ini.“Kak Rega nggak bingung kan nyari tempat parkirnya tadi?” tanya Vio cukup khawatir, mengingat ini adalah pertama kalinya Rega masuk ke kampus besarnya dan kebetulan lokasi gedung fakultasnya dengan tempat parkir lumayan jauh.“Kalaupun bingung masih bisa nanya kan, nih punya kentongan bisa di gunakan,” jawab Rega sambil menunjuk ke bibirnya sendiri yang pada akhirnya membuat Vio tersenyum.“Ya udah, kakak pulangnya hati-hati, ya. Nanti aku bareng sama teman-teman aja karena abis UAS ada jam praktek di lab,” pesan Vio.“Iya ibu dokterku sayang, aku mau jalan-jalan ke mall deket sini dulu, mumpung lagi gabut