Hari ini Cia berangkat ke sekolah seperti biasa dengan di antar Zona. Senyum manis cowok itu menghiasi bibir ketika mereka sudah berhenti di depan gerbang sekolah dan Cia mengulurkan helm yang ada di tangannya dan Zona segera menerimanya.
"Nanti beneran nggak apa–apa kan kamu pulang sekolah sendiri?" tanya Zona dengan nada sedikit khawatir. Dahinya sedikit mengerut menahan khawatir, namun gadis yang menghadap tepat ke arahnya itu malah tersenyum memamerkan lengkung bibirnya yang menawan, bibir merah alami yang selalu tampak segar dan basah tanpa polesan lipstick ataupun lipgloss menambah senyumnya semakin terlihat menarik.
"Nggak apa–apa, Kak, selama ini kan aku juga sering pulang sendiri. Karena Kak Zona yang rajin antar jemput aja jadinya aku kelihatan manja," jawab Cia tetap senyum manisnya. Zona tergelak geli, lalu terdiam menatap cukup lama wajah gadis itu, dengan hatinya yang berbicara sendiri, "Senyum itu benar ada di bibirnya, tapi mata itu tiada si
Hari sudah gelap ketika mereka tiba kembali di rumah. Sampai dengan saat ini Cia masih dalam keadaan belum sadar. Papa segera membawa putri cantiknya yang lemah tak bertenaga itu ke kamar tidurnya di ikuti sang mama yang tergopoh di belakangnya begitu juga Flo dan Merlin yang berjalan cepat setengah berlari di belakang papa. Mbak Yun yang menyambut kedatangan mereka kembali tak kuasa menahan tangis melihat keadaan Cia saat ini. Wanita itu segera berlari mendahului dengan segera membuka pintu rumah berlari cepat menuju kamar Cia untuk membantu membukakan pintunya. “Kita panggil dokter aja ya, Pa?” tanya mama yang terlihat sangat panik. “Nggak usah, Ma. Mama bersihkan Cia dan ganti bajunya aja, aku akan telepon Frans dulu,” ucap papa sambil mengelus bahu mama dengan penuh rasa sayang, berusaha menenangkan perempuan yang telah menemaninya hampir dua puluh tahun dengan menunjukkan bahwa keadaan putri mereka pasti baik–baik saja. Sambil sesenggukan mama menyeka tu
“Jadi ceritanya begini ... ”FLASH BACK ONSudah tiga minggu lebih Aka di rawat rumah sakit. Keadaannya menunjukkan kemajuan yang sangat baik, bahkan boleh di bilang mengalami perkembangan luar biasa yang melebihi ekspektasi masa kesembuhan normal. Aka sudah mulai bisa belajar berdiri meskipun di kedua kakinya terpasang pen akibat patah tulangnya. Namun begitu, setidaknya dia nggak hanya bosan tiduran saja. Dia juga sudah bisa menggerakkan tubuh dengan baik dan satu dua langkah dia sudah mulai belajar jalan. Awesome! Begitulah apresiasi yang dokter Adnan berikan. Keinginan kuat Aka untuk segera sembuh berbuah manis.Siang itu Dad dan Mom baru saja kembali dari ruang dokter Adnan. Wajah mereka terlihat tenang dan lega. Sesuai dengan informasi dokter, berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dan CT Scan semua organ tubuh Aka sama sekali tidak di temukan masalah yang serius, termasuk juga untuk hasil operasi di kaki dan bahunya. Dengan hasil analisa
Tanggal 13 Februari ketika Cia bersama kedua orang tua beserta Merlin dan Flo mencari Aka di rumah orang tuanya, sebenarnya pada saat tersebut mereka semua berkumpul di dalam rumah megah itu. Sepeninggal Cia, security segera melaporkan keadaan gadis itu yang terjatuh pingsan tak sadarkan diri karena tidak menemukan Aka di rumah itu. Mendengar berita seperti itu hampir saja Aka berlari keluar menyusul Cia. Rasa bersalah benar–benar sudah memenuhi hatinya. Rasanya sudah cukup, dia tidak tahan lagi, dia tidak mau gadisnya menderita lagi. Namun Zona segera menahannya, mengingat besok adalah tanggal 14 Februari bertepatan dengan Valentine Day. Di tanggal tersebut yang tepatnya hari ini, pagi–pagi sekali mereka akan segera ke rumah Cia dan biarlah saat itu menjadi surprise yang paling berkesan sepanjang hidup gadis istimewa itu.Yang terjadi pada saat itu adalah Zona menelepon Om Frans yang dia kenal cukup baik. Menceritakan semua yang sebenarnya terjadi pada Cia sekali
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.Cia tersenyum mengingat satu peribahasa tersebut. Di sampingnya berdiri seorang cowok yang hampir satu tahun terakhir ini memberi warna dalam kehidupannya. Tawa, tangis, bahagia dan perjuangan. Mata mereka penuh binar bahagia memperhatikan Kak Zona dan Kak Helen yang sibuk menerima ucapan selamat dari teman-teman dan keluarga.Bertempat di sebuah hotel berbintang di kota mereka, malam ini pertunangan Zona dan Helen di selenggarakan. Wajah keduanya tampak sangat bahagia. Zona dan Helen telah sama-sama berhasil menyelesaikan kuliah mereka dengan nilai yang sangat memuaskan dan saat ini keduanya hanya tinggal menunggu wisuda. Pertunangan mereka segera di langsungkan tanpa menunggu wisuda karena Zona akan segera mulai belajar mengelola bisnis keluarganya, yang otomatis membuatnya akan sering bepergian keluar kota ataupun luar negeri. Dia tidak mau kehilangan gadis yang selam
Tak terasa masa abu-abu putih sudah berlalu. Cia membuka halaman album scrap book-nya sambil tersenyum geli melihat rekaman gambar tingkah konyolnya bersama teman-teman sekelasnya beberapa waktu lalu ketika acara kelulusan. "Ah ... baru berpisah sebentar saja rasanya sudah kangen sama mereka," desis Cia tanpa memudarkan senyumnya.Tak terasa status remajanya sebentar lagi akan berubah. Bukan lagi remaja putih abu-abu tapi akhirnya menjadi anak kampus. Setelah menunggu hampir dua bulan lamanya, besok adalah hari pertamanya resmi menyandang status sebagai “anak kuliahan”. Iya, besok adalah masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus yang lazimnya di sebut OSPEK. Cia sebenarnya agak gugup juga, sedikit menduga-duga cerita apa yang akan dia temui esok hari. Di liriknya sekilas topi kerucut terbuat dari karton yang tergeletak di meja belajarnya, tali rafia berwarna kuning yang tergeletak pula di sampingnya.Untung kelengkapan Ospek di kampusnya tak terlalu ribet.
Jordi mengelus lembut bahu Cia yang sedikit tertegun karena kehadiran Soraya barusan. Dia tak menyangka gadis resek itu akan mengenyam pendidikan satu tempat dengan dirinya lagi. Kilasan sikap dan tingkah laku gadis itu setiap kali bertemu dengannya di sekolah dulu tergambar jelas di matanya. Aih, kemarin cuma tiga tahun mereka satu sekolah. Itupun Cia sudah harus menyetok kesabaran penuh ngadepin sikap resek parah Soraya yang tepatnya nggak sampai dua tahun lamanya, yaitu ketika dia mulai pacaran dengan Aka. Dan sekarang mereka sekampus, haruskah Cia meladeni keresekan gadis itu selama minimal empat tahun? Cia bergidik malas memikirkannya. “Jor, bagaimana dia bisa ada di sini juga?” gumam Cia penuh tanya seolah di luar kesadarannya. “Jangan hiraukan Soraya, Cia. Kita masuk ke barisan, yuk,” ajak Jordi yang segera membimbing Cia menuju barisan mahasiswa baru sesuai dengan jurusan mereka. Lagi-lagi cowok itu mengelus lembut bahu gadis di sampingnya. Tak di pungkiri, J
Cia berjalan seorang diri menuju gedung fakultas kedokteran yang dia sudah hafal betul dimana letaknya karena di masa SMA dulu dia seringkali datang kesini sekedar jalan-jalan memupuk semangat supaya bisa keterima kuliah di sini. Fakultas kedokteran adalah satu gedung paling megah di antara gedung-gedung lainnya di kampus ini. Setiap kali melihatnya, maka tiap kali itu juga Cia berdecak kagum dalam hatinya. Tak menyangka, pada akhirnya dia benar bisa masuk ke kampus bergengsi ini dengan jurusan sesuai cita-citanya. Hanya sayang Aka tak bisa bersamanya karena untuk rencana jangka pendek ini cowok itu harus memilih antara cita-citanya atau kepentingan bisnis keluarganya, membantu daddy yang semakin tua dan sudah waktunya mulai bisa menikmati masa istirahat di rumah dengan harapan kedua putranya sudah mulai bisa di andalkan memegang bisnis keluarga.Mengambil gambar ruang demi ruang di fakultas kedokteran dan menyimpannya dengan baik di galery ponsel, sesekali Cia saling menyapa
Hari ini adalah hari keempat Ospek, dan besok adalah hari kelima sekaligus penutupan. Untuk dua hari terakhir ini acaranya cukup santai yaitu bazar UKM yang salah satu agendanya adalah pendaftaran dan penerimaan anggota baru UKM. Aka dan Jordi pamit untuk mengikuti acara di bazar UKM Taekwondo, sedangkan Cia dan Vio saat ini sedang asyik duduk di sebuah bangku taman tak jauh dari tempat bazar sambil menikmati makanan ringan di tangan mereka. “Kamu yakin nggak mau susul Aka dan Jordi?” tanya Cia untuk yang kesekian kali kepada Vio karena seperti cerita heboh mereka bertiga kemarin hobi gadis itu sama persis dengan dua cowok teman dekat mereka, yang Cia sebut "hobi gelut". “Iya yakinlah, kalau nggak yakin ngapain gue di sini sama elo?” jawab Vio dengan mulut penuh makanan. “Kali aja kamu nahan diri karena kasihan sama aku, asli aku sementara sendirian nggak apa-apa, kok.” “Aduh Cia, yakin gue nggak apa-apa juga kok nemenin elo. Khawatir amat, elo pasti
“Jadi sekarang kamu sudah tahu kan bagaimana aku bisa berada di sini dan maaf harus menahan diri tanpa menemui kamu, Sayang,” beritahu Aka mengakhiri ceritanya. Mereka berbaring di ranjang mewah salah satu kamar di resort Aka, lebih tepatnya Valencia Resort. Sesekali Aka mencium pundak telanjang Cia, memeluknya dengan erat di dalam selimut yang melindungi tubuh mereka dari dingin AC setelah percintaan panas mereka beberapa saat lalu. “Sudah, Sayang, terima kasih banyak karena kamu masih kembali kepadaku,” balas Cia yang menikmati setiap sentuhan dan dekapan hangat Aka yang sudah begitu lama di rindukannya. “Terima kasih juga buat kamu yang selalu yakin dan percaya padaku, Sayang. Semua itu kekuatan tak ternilai yang aku punya di hidup aku.” “Jadi sekarang kondisi sudah aman?” “Sudah, kita bisa menikah segera.” “Bukan itu maksudnya, Sayang,” balas Cia sambil tertawa, sadar jika Aka hanya menggodanya meski wajah Pangeran Saljunya ini nampak tak
“Tuan, berikan ponsel tuan kepada saya,” tanpa menunggu jawaban dari Aka Mike langsung merebut ponsel di tangan Aka yang sejak tadi berada di tangan Aka karena cowok itu baru saja mengirimkan pesan kepada Cia mengabarkan bahwa dirinya bersiap untuk penerbangan ke Indonesia. Sepuluh menit lagi Aka harus segera masuk ke dalam pesawat supaya tak ketinggalan penerbangan, namun yang ada justru Mike menahannya dan membuka ponsel itu kemudian mengambil nomornya dan merusak chip kecil itu. Setelahnya memasukkan ponsel itu begitu saja ke dalam kotak sampah tak jauh dari pintu terakhir sebelum menuju masuk pesawat. Aka ingin marah namun lama-lama dia mencerna dan mulai memahami situasi yang ada setelah Mike menariknya cepat untuk pergi meninggalkan bandara melewati pintu yang tak seharusnya. Sebuah mobil sudah menunggunya, dan baru saja masuk ke dalam mobil suara dentuman memekakkan telinga terdengar di seantero bandara itu. Mike duduk diam di sampingnya dan hanya menginstruksikan sop
Cia menatap pria tampan berumur yang duduk di sampingnya. Wajah bulenya sama sekali tak dia lupakan. “Selamat siang, Nona Cia.” “Jimmy? Sungguh ini kamu, Jim?” “Betul Nona, terima kasih masih mengenali saya.” “Ada apa, Jim, kenapa tiba-tiba menemui aku, jangan membuat aku takut, Mommy, Daddy, Kak Zona, Kak Helen dan Zecca semua baik-baik saja, kan?” tiba-tiba ingatan Cia melayang pada kejadian sebulan lalu yang melibatkan interpol harus datang dan muncul di Indonesia memburu para orang jahat yang menurut berita karena urusan persaingan bisnis. Jimmy menyodorkan air mineral dan sekotak makanan kepada Cia. “Semua baik-baik saja, Nona. Lebih baik Nona makan dulu karena perjalanan kita akan memakan waktu kurang lebih empat jam dari sekarang. Cia sedikit tenang meski banyak pertanyaan di kepalanya. Dia mengenali karakter para pengawal keluarga Aka ini. Mereka akan berkata aman jika memang semua aman, dan mereka tak akan banyak bicar
Cia tersenyum gemas melihat baby mungil di dalam ruang bayi meski hanya dari kaca. Kemudian menoleh sekilas ke arah Vendra yang berdiri di sebelahnya dan menerima usapan lembut di kepala dari papa si bayi itu. “Dia lucu, Kak,” ujar Cia tak bisa mengalihkan pandangan dari Baby Azeera, nama yang di berikan untuk putri Alvendra dan Meischa. “Iya, sangat menggemaskan,” jawab Alvendra. Setelah puas melihat bayi akhirnya Cia mengikuti langkah Alvendra menuju kamar rawat Meischa. Dan bertepatan nampak perempuan cantik itu baru kembali dari kamar mandi. “Selamat ya, Kak, Baby nya cantik dan lucu.” “Oh, jadi kamu bahkan melihat dia dulu di bandingkan harus datang menemuiku?” ujar Meischa pura-pura sewot membuat Cia tertawa. “Ketemu Kak Meischa udah sering kali, tapi kalau ketemu Azeera pagi ini baru yang pertama kalinya, jadi penasaran banget.” Meischa ikutan tertawa, kemudian dengan masih di rangkul Cia berjalan menuju ranjangnya.
Hari ini hari pernikahan Flo dan Vandra. Cia mematut lama dirinya yang sudah rapi dan cantik. Gaun peach pada waktu itu melekat pas dan indah di tubuhnya. Peach. Bagaimana bisa seseorang itu mengetahui warna yang sangat pas dengan dirinya. Angan Cia melayang, membayangkan bahwa yang menyarankannya mengambil gaun itu adalah Aka. “Sayang, hari ini aku merasa cantik, lihatlah,” bisik Cia sambil berusaha menyunggingkan senyumannya. Masih tetap berada di depan cermin, tiba-tiba terdengar suara mamanya. “Sayang, ayo, acaranya sudah hampir di mulai,” ajak Ratna yang baru menyusul masuk ke kamar dengan hati-hati, dengan lembut di pegangnya bahu putri cantiknya. “Iya, Ma,” jawab Cia singkat. Ratna menggiring Cia keluar kamar hotel yang sama dengan tempat resepsi Flo di adakan. Sejak siang tadi mereka check in, rencananya setelah acara resepsi selesai malam nanti mereka bisa segera beristirahat di sini, tidak perlu langsung pulang ke rum
Cia sedang menikmati makan siangnya sendiria di sebuah rumah makan tak jauh dari rumah sakit tempat berprakteknya saat ini. Yaitu hanya sebuah rumah sakit kecil yang baru berdiri di Kota Surabaya. Sesungguhnya banyak tawaran yang meminang Cia untuk bergabung di rumah sakit-rumah sakit besar dan terkenal di Surabaya ini, salah satunya RS Surabaya Husada, namun Cia belum mempertimbangkan untuk menerimanya. Justru dirinya lebih menikmati berpraktek di rumah sakit yang baru berdiri ini karena di sini dia merasa lebih enjoy, lebih bisa dekat dan perhatian kepada pasien mengabaikan ke-eksklusif-an yang biasanya terdapat pada pelayanan sebuah rumah sakit besar. Seperti pesan keramat Dokter Abdi, Cia masih menggenggam erat pesan itu sampai kini. Hati dan pengabdian bagi jiwa seorang dokter. Cia mendongak melihat jalan raya ketika terdengar suara sirine bersahutan memecah keramaian jalanan kota sore ini. Mobil polisi beriringan banyak sekali, begitupun ambulance terdapat beberapa di
Cia menatap takjub dua sahabatnya yang saat ini tengah sibuk menerima ucapan selamat atas pernikahan mereka dari para tamu yang datang.Cia yang di daulat menjadi bridesmaid bersama Merlin dan Flo hanya mampu menahan setiap gejolak rasa di dalam dadanya. Antara bahagia atas pernikahan kedua sahabatnya dan di satu sisi hati ada kesedihan yang dia tahan seorang diri saat ini. Di sebekah tempat yang lain nampak Evan, Arya dan Vandra tengah asyik ngobrol bersama. Melihat keberadaan Evan di antara sahabat-sahabatnya, tak urung mata indah Cia berkaca. Harusnya yang berada di sana saat ini adalah kekasihnya, sahabat dari para mereka-mereka yang sudah menjalin ikatan manis pertemanan semenjak masa abu-abu putih mereka.Merlin yang menyadari sikap diam Cia segera merangkul bahu sahabat cantiknya. Begitupun Flo yang berdiri di sebelahnya semenjak tadi. Dua orang gadis itu adalah saksi hidup bagaimana terpuruknya seorang Cia pada saat itu karena kabar akan meninggalnya Aka. Dan,
Serah terima tugas selesai sudah. Di ruang Dokter Abdi, Cia menjabat tangan dokter senior itu dan juga Dokter Adra. Dokter muda penggantinya lulusan dari Universitas Negeri Jember.“Jangan pernah lupa pesan yang seringkali saya sampaikan, Dokter Cia, sukses selalu di manapun berada,” pesan Dokter Abdi.“Terima kasih atas bimbingannya selama ini, Dok. Seperti yang saya sampaikan, saya akan selalu berusaha mengingat pesan keramat dokter yaitu tentang hati dan pengabdian. Semoga Dokter Abdi sehat selalu dan jika suatu saat ada dinas ke Surabaya maka jangan lupa menghubungi saya.”“Tentu, Cia. Itupun jika kamu masih di Indonesia. Jika tiba-tiba kamu benar berangkat ke Inggris maka jangan lupa kabari saya. Jika keyakinanmu masih sangat kuat, maka tetaplah yakin. Tapi bukan satu kesalahan jika suatu saat kamu harus menyerah dan melepaskan keyakinan itu dan mulai kembali menatap ke depan, karena bagaimanapun juga kita hanya manusia yang me
Dua bulan lebih telah berlalu. Vendra dan Tim Medis Surabaya sudah kembali. Aktifitas rutin kembali berjalan seperti biasanya. Cia masih tetap berusaha mengupdate informasi. Sesekali bersama Evan dirinya pergi ke kota sekedar mencari sinyal jaringan internet untuk bisa mengakses update berita tentang kecelakaan pesawat yang Aka tumpangi. Namun sampai dengan saat ini belum ada berita yang menyebutkan bahwa jenasah atau hasil tes DNA dari potongan-potongan anggota tubuh yang berhasil di dapatkan dari badan pesawat yang beberapa puing di temukan menyebutkan nama Feroka Hatcher. Hingga membuat doa tak pernah putus dari hati Cia supaya Tuhan memberikan keajaiban untuk Aka.Di sore hari Cia sedang membersihkan ruang prakteknya ketika nampak seseorang berdiri di ambang pintu. Nina yang biasanya membantu beberes sedang menemani Dela ke rumah warga yang informasinya melahirkan anak kembar serta menolak melahirkan di puskesmas. Jadilah saat ini di puskesmas hanya ada Cia bersama dokter