Share

Bab 3

Author: Mahalia
Dia terluka, kakinya di gips, mungkin ini alasan dia hilang selama beberapa hari ini.

Tapi dia tidak mau menyerah, jadi mendekatiku dengan terang-terangan hanya untuk melihatku.

Memikir itu, aku jadi senang, dengan senyum mengangguk kepalaku.

“Tentu saja boleh, kebetulan aku lagi ada waktu juga, nggak ku sangka Pak Martinus adalah orang yang sangat penuh kasih.”

Mendengar pujianku, wajah Martinus yang pucat jadi merah karena malu.

“Hanya melihat kucing ini kasihan, jadi nggak tega.”

Iya kah?

Kalau bukan melihat dengan mataku sendiri, dia menggunakan kayu mematahkan kaki anjing liar, aku hampir saja percaya.

Nggak tahu juga apakah kucing ini juga mengalami perlakuan yang tidak manusiawi.

Aku menundukkan pandanganku untuk menyembunyikan rasa jijik dan mengangguk kepala.

“Kucingnya kasih ke aku saja, kalau sudah selesai obatin aku antarin lagi.”

Aku mengulurkan tangan, tanpa sengaja menggunakan jariku yang putih menggores lengannya dengan lembut, pelan tapi menggoda.

Mendengar nafasnya yang makin cepat, aku baru dengan puas menarik kembali tanganku dan menggendong kucingnya.

“Kalau gitu aku ke rumah sakit dulu ya.”

Martinus terdiam, menarik nafasnya dalam-dalam lalu menyembuyikan matanya yang penuh dengan obsesi dan kegilaan.

“Sabrina, aku tinggal di blok 1, kamu tinggal di mana? Kalau kakiku sudah sembuh aku datangin untuk terimakasih.”

Aku melihatnya dengan senyum, “Kebetulan sekali, aku juga di blok 1, lantai 14.”

Martinus menunjukkan kekagetannya, “Oh pas sekali, aku juga di lantai 14, barusan pindahan, kita adalah tetangga.”

Jujur, aktingnya jelek sekali.

Pandangan matanya sudah mau lihat ke payudaraku, masih sok gentleman, saat aku melihatnya, kepalanya nunduk.

Tapi nggak papa, aku nggak peduli.

Aku ikutin dia tertawa.

“Bagus kali kalau gitu, lain kali bisa berangkat dan pulang kerja bersama Pak Martinus, design sini agak aneh, satu lantai dua rumah tapi sangat mirip, kalau nanti aku salah masuk rumah, masuk ke rumah Pak Martinus, jangan usir aku ya.”

Selesai bilang, aku tidak peduli dengan kecurigaannya, langsung pergi.

Setelah pulang dari klinik hewan, aku melakukan disinfeksi secara menyeluruh.

Kucing itu ada kutu, lukanya parah sekali harus nginap di sana, jadi nggak aku bawa pulang.

Di saat lagi menyesal karena nggak ada alasan untuk cari Martinus, orangnya datang sendiri.

Martinus mentransfer aku uang perobatan, dengan sopan menanyaiku bisa nebeng makan nggak.

“Maaf kalau merepotkan kamu, aku sekarang nggak bisa jaga diriku sendiri, dokter juga nggak kasih aku pesan makan di luar.”

Aku mengizinkannya.

Dengan penuh semangat, berencana membuat masakan yang enak untuk malam ini.

Mengganti baju yang sudah kusiapkan sejak lama dari lemari.

Saat bel pintu bunyi, aku dengan santai jalan keluar dari dapur, merapikan gaun tidur renda putih yang kupakai baru buka pintu, membantu Martinus yang jalan dengan tongkat.

“Jalan dengan satu kaki agak susah ya?”

Aku pura-pura tidak melihat ekspresinya yang kaget, kedua tanganku dengan erat memeluk lengannya, “Hati-hati, kamu sandar saja ke aku, jangan sampai jatuh.”

Dia mendengarkannya, setengah badannya langsung sandar ke depan dadaku.

“Merepotkan kamu sekali.”

Suaranya sampai bergetar karena terlalu gembira, begitu gampang tergoda?

Dalam hatiku menertawainya, tapi semakin mendekatinya.

Merasakan bisepnya jadi keras karena tegang, aku baru melepaskannya dan ke dapur.

“Mungkin harus tunggu sebentar lagi, kamu duduk di sofa dulu.”

Aku bahkan tidak perlu membalikkan kepalaku sudah bisa dengan jelas merasakan pandangan panasnya Martinus yang sedang melihat punggungku yang terbuka.

Iya, aku lupa menarik resleting gaun.

Gaunnya terlihat terlalu polos, kalau tidak menggunakan trik-trik kecil, bagaimana bisa membuat masalah.

Dia sekarang pasti mau melihat aku pakai pakaian dalam atau nggak, kan?

“Oh iya......”

Memikir sampai sini, aku tiba-tiba berbalik, sesuai harapanku kelihat matanya yang panas dan penuh gairah.

“Pak Martinus ada pantangan makan?”

Martinus dengan cepat menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan keinginannya, memeluk makin erat bantal yang digunakannya untuk menutupi selangkangan, “Nggak ada, apapun aku suka makan.”

Aku dengan senyum menjawab, “Baiklah kalau gitu.”

Di dalam dapur sangatlah panas, tapi hatiku makin panas.

Aku memasukkan sayur ke dalam panci, lalu menarik baju di depan dada dan menggunakan kain untuk mengusap keringat, seketika langsung merasakan di belakang telingaku ada nafas yang panas.

Aku tidak langsung membalikkan kepalaku, tetapi melihat ke arah kaca jendela.

Dalam pantulan kaca, Martinus hampir meletakkan seluruh kepalanya di bahuku.

Satu tangannya memegang tongkat, satunya lagi perlahan-lahan menyibak rambutku, menciumnya dengan tidak senonoh seperti pria yang tergila-gila, lalu menunjukkan senyuman yang sangat psikopat.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pria yang Menguntitku   Bab 4

    “Ah......”Seperti tiba-tiba tahu belakang ada orang, aku kaget dan mundur ke belakang.Lalu buruan membalikkan badan, dengan mata yang nggak bersalah, “Pak Martinus, kenapa kamu jalan nggak ada suara? Takutin aku saja.”Lalu dengan bingung menanyainya, “Kantong celanamu isinya apa? Kena aku.”Martinus menggertakan rahangnya, urat biru di tangannya muncul, beberapa saat kemudian baru kembali normal.“Mungkin kunci, maaf ya, kamu terlalu fokus masak.”“Terimakasih sudah bantuin, perlu nggak aku bantu kipasin?”Suaranya terdengar sangat tenang, tapi lehernya sangat merah.Aku dengan marah manja menjawabnya, “Pak Martinus sangat perhatian, tapi nggak papa, bentar lagi sudah mau selesai.”Sepuluhan menit kemudian, di atas meja terlihat 3 sayur 1 sup.Martinus dengan lahap memakan masakan memperkuat tubuh yang kusiapkan buat dia, nggak berapa lama kemudian, dia sudah panas sampai keringatan, pandangannya pun kabur.Aku berdiri, mengambil satu bir yang di bawah meja.“Pak Martinus mau minum

  • Pria yang Menguntitku   Bab 5

    “Sabrina, kamu bilang saat itu korban tewas mau masuk ke rumahmu dan melecehkanmu, jadi kamu nggak sengaja mendorongnya?”Polisi pria yang muda itu pandangannya sangat tajam, nada suaranya pun sangat keras dan penuh amarah.Aku memeluk lenganku, seluruh tubuhku gemetar.Air mataku pun langsung turun.“Aku...... Aku benaran tidak mau dia mati, aku bukan sengaja, percayalah samaku! Aku hanya mau dia berhenti saja!”Semakin bicara, aku semakin terbawa emosi.“Kamu diam dulu!” Polisi pria itu menegur, “Jangan teriak-teriak!”Di tubuhku hanya bajulah yang bersih, karena saat kejadian itu, aku tidur telanjang, sebelum polisi datang aku baru memakai baju yang bersih.Tapi di bawah baju penuh dengan bercak darah dan luka, leher pun jelas ada bekas cekikan, bahkan rambut pun masih berantakan seperti awal di bawa ke kantor polisi.Walaupun duduk, aku juga membungkukkan tubuh karena ketakutan, terlihat sangat kasihan.Begitu dibentak, wajahku jadi makin pucat.Polwan di sampingnya tidak tahan lag

  • Pria yang Menguntitku   Bab 6

    Setelah kejadian tersebut.Polisi menggunakan sikap yang tanggung jawab menginterogasiku beberapa kali, dan aku juga berkali-kali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Di tambah dengan bukti penyelidikan mereka, kebenaran sudahlah sangat jelas.Pelaku tewas menguntit wanita lajang, dan mencoba memasuki rumahnya untuk memperkosainya, saat melawan, korban nggak sengaja membunuh pelaku.Ini hanya termasuk pembelaan diri, bukan sengaja membunuh orang.Tidak ada bagian yang aneh.Aku hanya melawan di saat nyawaku terancam, dan tidak melakukan serangan tambahan, di saat Martinus terluka aku memanggil ambulans dan melapor polisi, semua ini bisa meringankan hukumku.Beberapa hari kemudian, pengadilan mengumumkan aku dibebaskan dengan tidak bersalah.Sudah hilang begitu lama, pekerjaanku sudah nggak ada.Rumah yang sebelumnya aku tinggal juga dibatalkan sewa sama penyewa.Aku mencari satu hotel untuk tinggal, esoknya setelah malam, pulang ke perumahan, di sudut dinding tangga blok 1 lantai 1

  • Pria yang Menguntitku   Bab 7

    Seketika hening suatu saat.Aku mengangkat kepalaku dan bertatapan dengannya.“Pak Peter, aku ceritakan sebuah cerita.”“Dulunya, satu keluarga ada 4 orang, hubungan mereka sangat baik, hidup mereka bahagia. Tetapi suatu hari, ayah mengalami kecelakaan dan kehilangan kedua kakinya, ibu didiagonis menderita gagal ginjal tahap akhir. Saat itu, kedua saudara perempuan keluarga ini masih kecil, kakak baru berumur 16 tahun.”“Jadi kakak berhenti sekolah dan mulai kerja mencari uang, karena usianya masih kecil, jadi pendapatannya sangatlah sedikit.”“Tapi mau gimana lagi, rumah masih ada adik yang perlu sekolah, ibu yang perlu berobat, jadi kakak mengerjakan apapun, sehari cuman bisa tidur beberapa jam, dan bertahan selama beberapa tahun.”“Melihat adiknya sudah mau lulus kuliah, beban satu keluarga sudah mulai jadi ringan. Di saat ini, kakak jadi sasaran satu psikopat.”“Psikopat itu masuk kerumah yang disewanya, mau memperkosainya. Di saat kakak sedang melarikan diri, nggak sengaja jatuh d

  • Pria yang Menguntitku   Bab 8

    Terutama di hari itu, dia mengeluarkan mainan tangan.Martinus lewat dari beruang itu melihat semuanya.Dia benaran mau sekali tiduri wanita ini, mau mencekik lehernya buat mukanya merah sampai matanya terbelalak.Memikir sampai sini, Martinus meletakkan tangannya di leher wanita yang putih bersih.Dia benaran sangat cantik, lehernya ramping dan panjang, tidak ada kekurangan sedikit pun.Tenaga di tangan semakin kuat, wajah wanita yang di kasur sangat cepat sudah merah dan mengerutkan alis.Tapi dia tetap tidak bangun.Martinus menghela nafasnya dan melepaskan tangannya, setelah mencium leher yang dicekiknya sampai merah, membuka selimut yang di tubuhnya, melihatnya dengan teliti, lalu dengan pandangan yang gila mendekatinya dan dengan muka yang serius menjilat harta yang berharga ini.Sesudah seluruh tubuh Sabrina basah, dia baru dengan puas baring di sampingnya dan memeluknya, menyelip ke rambutnya untuk mencium aroma manisnya yang luar biasa.Itu adalah aroma yang yang berbeda, yang

  • Pria yang Menguntitku   Bab 1

    Aku sengaja masturbasi di depan boneka yang ada di kasurku.Karena aku tahu di dalam mata boneka itu ada satu pria.Dia diam-diam masuk ke rumahku, baring di kasur yang aku tidur, dan sengaja meninggalkan jejak di baju yang baru aku ganti.Setelah aku mengetahuinya, dia hanya melihat aku sembunyi dan gemetaran di sudut.Dia nggak tahu.Aku sudah lama menunggunya.......Bantal yang di kasur terlihat miring 10 derajat dibanding tadi pagi sebelum aku berangkat kerja.Pinggiran sarung bantal pink terlihat ada jejak air.Alisku langsung berkerut tetapi hanya sebentar, aku merapikan bantal dan membuang 1 helai rambut pendek di sudut ke tong sampah.Lalu jalan ke depan cermin dan ganti baju.Sampai sisa pakaian dalam yang belum ku buka, aku melihat ke beruang cokelat yang di atas kasur, ambil baju tidur dan masuk ke kamar mandi.Ini adalah hari ke empat aku merasa ada orang asing masuk ke rumahku.Awalnya, ada jejak tikar depan pintu dibalikkan, lalu baju di lemari diubah urutannya.Perubaha

  • Pria yang Menguntitku   Bab 2

    Suaranya sangat enak didengar, terutama saat dia bergumam sendiri.“Sayang, aku nggak kelihatan.”“Sayang, kasih aku, tolong lah.”......Lewat dari layar, sudah hampir nggak kelihatan, tetap bisa mengangkat nafusnya?Jujur, aku merasa dia bodoh tapi lucu lagi.Mendengar suaranya yang sangat tertekan, aku mulai mengikuti ritmenya.Di dalam earphone kedengar nafas pria yang sudah terpuaskan, ini benaran adalah katalisator yang paling sempurna.Keringat membasahi gaun tidurku, barusan mau pergi mandi, nada sms handphoneku berbunyi, dari nomor yang nggak dikenal.Beberapa hari ini, aku sering mendapat sms dari nomor yang nggak dikenal, tanpa terkecuali, semuanya dari penguntit itu.Dia menggunakan aplikasi mengganti banyak nomor telepon untuk mengirimkan sms yang menganggu ke aku, biasanya di tengah malam, hari ini dipercepatnya.Kelihatannya sudah tidak bisa tahan lagi.Aku dengan minat membuka handphone dan melihat sms gangguan dia.“Sayang, tanganmu benaran putih kali.”“Sayang, aku be

Latest chapter

  • Pria yang Menguntitku   Bab 8

    Terutama di hari itu, dia mengeluarkan mainan tangan.Martinus lewat dari beruang itu melihat semuanya.Dia benaran mau sekali tiduri wanita ini, mau mencekik lehernya buat mukanya merah sampai matanya terbelalak.Memikir sampai sini, Martinus meletakkan tangannya di leher wanita yang putih bersih.Dia benaran sangat cantik, lehernya ramping dan panjang, tidak ada kekurangan sedikit pun.Tenaga di tangan semakin kuat, wajah wanita yang di kasur sangat cepat sudah merah dan mengerutkan alis.Tapi dia tetap tidak bangun.Martinus menghela nafasnya dan melepaskan tangannya, setelah mencium leher yang dicekiknya sampai merah, membuka selimut yang di tubuhnya, melihatnya dengan teliti, lalu dengan pandangan yang gila mendekatinya dan dengan muka yang serius menjilat harta yang berharga ini.Sesudah seluruh tubuh Sabrina basah, dia baru dengan puas baring di sampingnya dan memeluknya, menyelip ke rambutnya untuk mencium aroma manisnya yang luar biasa.Itu adalah aroma yang yang berbeda, yang

  • Pria yang Menguntitku   Bab 7

    Seketika hening suatu saat.Aku mengangkat kepalaku dan bertatapan dengannya.“Pak Peter, aku ceritakan sebuah cerita.”“Dulunya, satu keluarga ada 4 orang, hubungan mereka sangat baik, hidup mereka bahagia. Tetapi suatu hari, ayah mengalami kecelakaan dan kehilangan kedua kakinya, ibu didiagonis menderita gagal ginjal tahap akhir. Saat itu, kedua saudara perempuan keluarga ini masih kecil, kakak baru berumur 16 tahun.”“Jadi kakak berhenti sekolah dan mulai kerja mencari uang, karena usianya masih kecil, jadi pendapatannya sangatlah sedikit.”“Tapi mau gimana lagi, rumah masih ada adik yang perlu sekolah, ibu yang perlu berobat, jadi kakak mengerjakan apapun, sehari cuman bisa tidur beberapa jam, dan bertahan selama beberapa tahun.”“Melihat adiknya sudah mau lulus kuliah, beban satu keluarga sudah mulai jadi ringan. Di saat ini, kakak jadi sasaran satu psikopat.”“Psikopat itu masuk kerumah yang disewanya, mau memperkosainya. Di saat kakak sedang melarikan diri, nggak sengaja jatuh d

  • Pria yang Menguntitku   Bab 6

    Setelah kejadian tersebut.Polisi menggunakan sikap yang tanggung jawab menginterogasiku beberapa kali, dan aku juga berkali-kali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.Di tambah dengan bukti penyelidikan mereka, kebenaran sudahlah sangat jelas.Pelaku tewas menguntit wanita lajang, dan mencoba memasuki rumahnya untuk memperkosainya, saat melawan, korban nggak sengaja membunuh pelaku.Ini hanya termasuk pembelaan diri, bukan sengaja membunuh orang.Tidak ada bagian yang aneh.Aku hanya melawan di saat nyawaku terancam, dan tidak melakukan serangan tambahan, di saat Martinus terluka aku memanggil ambulans dan melapor polisi, semua ini bisa meringankan hukumku.Beberapa hari kemudian, pengadilan mengumumkan aku dibebaskan dengan tidak bersalah.Sudah hilang begitu lama, pekerjaanku sudah nggak ada.Rumah yang sebelumnya aku tinggal juga dibatalkan sewa sama penyewa.Aku mencari satu hotel untuk tinggal, esoknya setelah malam, pulang ke perumahan, di sudut dinding tangga blok 1 lantai 1

  • Pria yang Menguntitku   Bab 5

    “Sabrina, kamu bilang saat itu korban tewas mau masuk ke rumahmu dan melecehkanmu, jadi kamu nggak sengaja mendorongnya?”Polisi pria yang muda itu pandangannya sangat tajam, nada suaranya pun sangat keras dan penuh amarah.Aku memeluk lenganku, seluruh tubuhku gemetar.Air mataku pun langsung turun.“Aku...... Aku benaran tidak mau dia mati, aku bukan sengaja, percayalah samaku! Aku hanya mau dia berhenti saja!”Semakin bicara, aku semakin terbawa emosi.“Kamu diam dulu!” Polisi pria itu menegur, “Jangan teriak-teriak!”Di tubuhku hanya bajulah yang bersih, karena saat kejadian itu, aku tidur telanjang, sebelum polisi datang aku baru memakai baju yang bersih.Tapi di bawah baju penuh dengan bercak darah dan luka, leher pun jelas ada bekas cekikan, bahkan rambut pun masih berantakan seperti awal di bawa ke kantor polisi.Walaupun duduk, aku juga membungkukkan tubuh karena ketakutan, terlihat sangat kasihan.Begitu dibentak, wajahku jadi makin pucat.Polwan di sampingnya tidak tahan lag

  • Pria yang Menguntitku   Bab 4

    “Ah......”Seperti tiba-tiba tahu belakang ada orang, aku kaget dan mundur ke belakang.Lalu buruan membalikkan badan, dengan mata yang nggak bersalah, “Pak Martinus, kenapa kamu jalan nggak ada suara? Takutin aku saja.”Lalu dengan bingung menanyainya, “Kantong celanamu isinya apa? Kena aku.”Martinus menggertakan rahangnya, urat biru di tangannya muncul, beberapa saat kemudian baru kembali normal.“Mungkin kunci, maaf ya, kamu terlalu fokus masak.”“Terimakasih sudah bantuin, perlu nggak aku bantu kipasin?”Suaranya terdengar sangat tenang, tapi lehernya sangat merah.Aku dengan marah manja menjawabnya, “Pak Martinus sangat perhatian, tapi nggak papa, bentar lagi sudah mau selesai.”Sepuluhan menit kemudian, di atas meja terlihat 3 sayur 1 sup.Martinus dengan lahap memakan masakan memperkuat tubuh yang kusiapkan buat dia, nggak berapa lama kemudian, dia sudah panas sampai keringatan, pandangannya pun kabur.Aku berdiri, mengambil satu bir yang di bawah meja.“Pak Martinus mau minum

  • Pria yang Menguntitku   Bab 3

    Dia terluka, kakinya di gips, mungkin ini alasan dia hilang selama beberapa hari ini.Tapi dia tidak mau menyerah, jadi mendekatiku dengan terang-terangan hanya untuk melihatku.Memikir itu, aku jadi senang, dengan senyum mengangguk kepalaku.“Tentu saja boleh, kebetulan aku lagi ada waktu juga, nggak ku sangka Pak Martinus adalah orang yang sangat penuh kasih.”Mendengar pujianku, wajah Martinus yang pucat jadi merah karena malu.“Hanya melihat kucing ini kasihan, jadi nggak tega.”Iya kah?Kalau bukan melihat dengan mataku sendiri, dia menggunakan kayu mematahkan kaki anjing liar, aku hampir saja percaya.Nggak tahu juga apakah kucing ini juga mengalami perlakuan yang tidak manusiawi.Aku menundukkan pandanganku untuk menyembunyikan rasa jijik dan mengangguk kepala.“Kucingnya kasih ke aku saja, kalau sudah selesai obatin aku antarin lagi.”Aku mengulurkan tangan, tanpa sengaja menggunakan jariku yang putih menggores lengannya dengan lembut, pelan tapi menggoda.Mendengar nafasnya ya

  • Pria yang Menguntitku   Bab 2

    Suaranya sangat enak didengar, terutama saat dia bergumam sendiri.“Sayang, aku nggak kelihatan.”“Sayang, kasih aku, tolong lah.”......Lewat dari layar, sudah hampir nggak kelihatan, tetap bisa mengangkat nafusnya?Jujur, aku merasa dia bodoh tapi lucu lagi.Mendengar suaranya yang sangat tertekan, aku mulai mengikuti ritmenya.Di dalam earphone kedengar nafas pria yang sudah terpuaskan, ini benaran adalah katalisator yang paling sempurna.Keringat membasahi gaun tidurku, barusan mau pergi mandi, nada sms handphoneku berbunyi, dari nomor yang nggak dikenal.Beberapa hari ini, aku sering mendapat sms dari nomor yang nggak dikenal, tanpa terkecuali, semuanya dari penguntit itu.Dia menggunakan aplikasi mengganti banyak nomor telepon untuk mengirimkan sms yang menganggu ke aku, biasanya di tengah malam, hari ini dipercepatnya.Kelihatannya sudah tidak bisa tahan lagi.Aku dengan minat membuka handphone dan melihat sms gangguan dia.“Sayang, tanganmu benaran putih kali.”“Sayang, aku be

  • Pria yang Menguntitku   Bab 1

    Aku sengaja masturbasi di depan boneka yang ada di kasurku.Karena aku tahu di dalam mata boneka itu ada satu pria.Dia diam-diam masuk ke rumahku, baring di kasur yang aku tidur, dan sengaja meninggalkan jejak di baju yang baru aku ganti.Setelah aku mengetahuinya, dia hanya melihat aku sembunyi dan gemetaran di sudut.Dia nggak tahu.Aku sudah lama menunggunya.......Bantal yang di kasur terlihat miring 10 derajat dibanding tadi pagi sebelum aku berangkat kerja.Pinggiran sarung bantal pink terlihat ada jejak air.Alisku langsung berkerut tetapi hanya sebentar, aku merapikan bantal dan membuang 1 helai rambut pendek di sudut ke tong sampah.Lalu jalan ke depan cermin dan ganti baju.Sampai sisa pakaian dalam yang belum ku buka, aku melihat ke beruang cokelat yang di atas kasur, ambil baju tidur dan masuk ke kamar mandi.Ini adalah hari ke empat aku merasa ada orang asing masuk ke rumahku.Awalnya, ada jejak tikar depan pintu dibalikkan, lalu baju di lemari diubah urutannya.Perubaha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status