John melepaskan pelukannya. Ia menatap Soraya yang juga sedang menatapnya. "Aku tidak akan mengijinkanmu bekerja, Sayang. Kau di rumah saja bersama ibumu."Soraya mengusapkan telapak tangannya ke dada John. Jemarinya yang lentik dengan cat kuku berwarna merah gelap mulai bergerak untuk membuka kancing kemejanya. "Tapi aku boleh jalan-jalan, kan? Sebab kalau berada di rumah terus setiap saat aku pasti akan bosan."Ekspresi di wajah John tampak datar. "Kau bisa menungguku pulang kampus, begitu jam kerjaku selesai aku akan menemanimu jalan-jalan. Kau bisa membeli apa saja yang kau inginkan."Soraya selesai membuka semua kancing kemeja John. Dalam hati ia kesal karena tidak pernah diberikan kebebasan oleh lelaki yang bernama lengkap John Smith itu semenjak mereka menjalin hubungan.Flash back:Begitu tahu Rebecca berada di dalam penjara akibat perbuatannya yang telah mencoba membunuh Eduardus Soraya nyaris bunuh diri akibat apa yang menimpanya saat ini. Ia sendiri dan tidak tahu lagi haru
"Tentu saja. Tapi Anda sama sekali belum menyebutkan namamu, Tuan yang baik hati."Lelaki itu terkekeh dan duduk di samping Soraya. Bukannya membalas perkataan Soraya, ia malah mengisi gelas kristal yang kosong dengan minuman berwarna bening lalu memberikannya kepada Soraya."Namaku John. Senang bertemu denganmu, Soraya. Kau sangat cantik."Posisi mereka sangat dekat dan musik yang mengalun keras membuat mereka harus saling berbisik di telinga.Soraya yang yakin lelaki itu menyukainya pun segera memanfaatkan kesempatan. Tangannya perlahan terulur kemudian mengelus paha John membuat lelaki itu terkejut dan terus menatapnya.Saat ini Soraya hanya hidup sendiri dan tak tahu lagi harus tinggal di mana. Beberapa hari lagi jangka waktu sewa hotel akan segera berakhir. Ia tidak punya uang untuk memperpanjang waktunya, dan sekarang mungkin hanya lelaki itulah yang bisa menolongnya memperpanjang biaya sewa hotel untuk beberapa hari ke depan.John merasa senang karena apa yang ia inginkan akhir
John mengusap pipi Soraya. Dengan berbisik ia berkata, "Kau ingin bukti apa, hah? Aku pasti akan membuktikannya." Soraya percaya kalau lelaki itu berkata serius. Ekspresi dan tatapan mata John sangat meyakinkan tapi ia tidak mau terikat dengan lelaki yang sama sekali belum dikenalinya. "Lupakan saja, aku hanya bercanda. Ayo, sebaiknya kita minum saja. Aku ingin mabuk malam ini, John. Aku ingin melupakan masalah yang kuhadapi saat ini. Itulah sebabnya aku ke sini, minum sampai mabuk hingga tak sadarkan diri. Kalau bisa aku meninggal karena minuman-minuman ini." Lelaki itu terkekeh. Ia meraih botol minuman yang tadi dan mengisi gelas Soraya. "Memangnya ada asalah apa? Pasti karena pria sampai kau ingin mati saja. Iya, kan?" Soraya tertawa. Setelah tawanya hilang ia segera menelan semua isi gelasnya lalu meletakkan benda itu ke atas meja. "Ya, pria yang telah membuat hidupku seperti ini. Dia juga yang membuat ibuku masuk penjara." John hanya diam. Bukannya menjawab perkataan Soraya
John sudah melarangnya untuk tidak menghabiskan semua minuman yang tersedia, tapi Soraya bersikeras dan menghabiskan semuanya.Sebagai lelaki yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama John hanya bisa menuruti apa yang diinginkan Soraya. Yang terpenting bagi John saat ini adalah kebahagiaan wanita itu karena tujuannya ingin membahagiakan Soraya. Sejak melihat Soraya dia sudah jatuh cinta dan dia tidak akan pernah melepaskan Soraya.Sekarang, sambil membopong tubuh Soraya John membawa wanita itu ke sebuah hotel berbintang. Karena sejak awal ia sudah menginap di hotel tersebut, John tak perlu check-in lagi dan langsung membawa Soraya ke dalam kamarnya."Ternyata tubuhmu berat juga, Sayang," keluh John seraya meletakkan tubuh Soraya ke atas ranjang. Tahu wanita itu akan merasa panas akibat alkohol yang dikonsumsinya, John melonggarkan ritsleting gaun Soraya biar wanita itu terasa nyaman, "Oke, sekarang kau bisa tidur nyenyak." John hendak turun dari ranjang dan menarik selimut untuk m
Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Soraya yang tiba-tiba terbangun langsung ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua yang dirasakannya.John sudah terlelap. Meski tidak mabuk, tapi alkohol yang dikonsumsinya cukup membuat lelaki itu mengantuk. Ia tidur di sofa dengan tubuh bagian atas yang telanjang. Tak mau keperkasaannya menuntut ketika tidur seranjang bersama Soraya, John memilih tidur di sofa dengan celana pendek dan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.Setelah mencuci muka dan membersihkan semua badannya Soraya akhirnya keluar dan kembali tidur. Namun saat hendak menaiki ranjang matanya menangkap sosok yang sedang tertidur di sofa dengan tubuh menghadap langit-langit kamar."John," lirihnya sambil tersenyum. Ia kembali membayangkan perkataan lelaki itu saat mengatakan, bahwa dia tidak mendekati Soraya bukan karena ingin tidur bersama. Dan sebagai perempuan ia tak menyangka jika John memilih tidur di sofa daripada dengannya, "Sepertinya kau memang harus dipaksa agar mau t
Soraya memang merasa sakit, tapi membayangkan uang dan kekayaan John membuat rasa sakit itu hilang. Ia memejamkan mata saat lelaki itu berhasil menyatuhkan tubuh mereka dan bergerak mengikuti irama serta cinta yang muncul dari lubuk hati mereka yang paling dalam.***Bias mentari pagi terpapar tepat di wajah Soraya. Tubuhnya yang masih telanjang di balik selimut kini mulai bergerak akibat rasa panas yang mengenai wajahnya. Soraya terbangun. Matanya perlahan terbuka kemudian tertutup lagi.John yang baru saja keluar kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang kini mendekati ranjang dan memeluk Soraya. "Selamat pagi, Sayangku."Soraya tersenyum dan balas memeluknya. "Pagi juga.""Bagaimana tidurmu, apa kau tidur nyenyak?"Soraya melepaskan pelukan kemudian menatap John penuh cinta. "Sangat nyenyak. Saking nyenyaknya aku sudah tak tahu apa yang terjadi selanjutnya."John mengusap pipi Soraya. "Kau pasti sangat kesakitan ya semalam? Maafkan, tapi aku sendiri tak bisa mengontrol gairah
Frustasi mendengar Dean telah menikahi Kensky Soraya pergi ke kelab malam untuk melampiaskan dan membuat dirinya kembali mabuk.Jika sebelumnya ia hanya ingin keluar untuk menghirup udara segar karena bosan sendirian menunggu John, Soraya kini sedang menikmati minuman di dalam kelab hingga dirinya bisa menghalaukan pikiran soal Kensky dan Dean.Untung saja John memiliki insting yang kuat. Lelaki itu mencari Soraya sampai akhirnya ia menemukannya di kelab malam yang sama saat mereka bertemu."Soraya, ayo pulang. Kau kenapa ke sini tanpa meminta ijin padaku, hah?" John membopong tubuh Soraya dan membawanya ke dalam mobil."Dean ... kau benar-benar brengsek, Dean. Kau benar-benar pria brengsek."Ucapan yang terlontar dari mulut Soraya membuat John menoleh. "Dean? Siapa dia, Soraya?"Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil. Soraya berbaring di bangku penumpang. Sementara John duduk di bangku kemudi tepat di sampingnya."Dean ... kenapa kau menikah dengan Kensky? Kenapa kau mengkhianat
Soraya tahu lelaki itu pasti marah dan ia tidak suka hal itu terjadi. "Aku harus melakukan sesuatu biar John percaya padaku. Oh, John, kumohon jangan marah padaku," Wanita itu turun dari ranjang kemudian mengikuti John ke kamar mandi. Dilihatnya lelaki itu sedang mengeringkan wajah dengan handuk, "Sebenarnya___" "Kau tidak perlu menceritakannya, Soraya. Aku mengerti." "Tidak, John. Aku tidak mau kau salah paham." Lelaki itu mendekati, memegang kedua lengan Soraya. "Aku tidak apa-apa, Soraya. Aku percaya padamu. Meskipun kau tidak menceritakannya aku bisa mengerti." Lagi-lagi Soraya menggeleng kepala. Dengan mata berkaca-kaca ia menceritakan siapa Dean dan Kensky sebenarnya kepada John tanpa rahasia. "Semua salah ibuku. Dia terlalu percaya pada Dean, padahal lelaki itu hanya memanfaatkannya. Dia juga berjanji pada ibuku akan menikahiku, tapi ibuku membatalkannya karena suatu kejadian di mana ibuku dalam posisi harus memilih. Saat itu dia ingin meminta bantuan Dean dan membatalkan p
Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala
Clare tak menjawab. Perlahan ia merayap di tubuh Reagan hingga kepalanya sejajar dengan bagian keras dan besar milik Reagan.Reagan mulai gelisah. Dilihatnya pandangan Clare begitu licik saat menatap bagian itu. "Apa yang kau lakukan?"Lagi-lagi Clare tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menyentuh pucuk bagian itu dengan lidahnya."Oh," desah Reagan. Matanya terpejam saat rasa dingin mulai merambat ke batangnya yang keras, "Clare, kau curang. Kau melanggar aturan, Sayang."Clare menghentikan permainan lidahnya. Sambil menatap Reagan ia berkata, "Curang bagaimana, hah? Kan aku sedang memijat.""Memijat?" Reagan terkekeh, "Itu bukan memijat, Sayang. Tindakanmu seperti itu seakan-akan sengaja membuatku kalah.""Itu salahmu. Kau kan tinggal menahannya saja biar tidak kalah."Baru hendak menjawab Reagan langsung terdiam saat Clare memasukan semua bagian itu ke mulutnya.Clare tak peduli. Sambil menggerakan mulut dan kepalanya ia terus menatap Reagan dengan pandangan penuh kemenangan."H
Dengan senyum menggoda Claren mengambil botol minyak tubuh yang ada di atas nakas.Reagan yang merasa permainan akan segera dimulai segera memadamkan lampu utama kemudian menyalahkan lampu tidur berwarna kuning.Aroma pewangi ruangan dan cahaya lampu membuat suasana kamar begitu intim.Setelah Reagan mengatur posisi tubuhnya dengan tengkurap, Clare melepaskan jubah mandi hingga tubuh tanpa sehelai benangnya pun terlihat di bawah redum cahaya lampu.Clare mendekati Reagan. Ia menaiki ranjang lalu menuangkan minyak ke telapak tangan. "Aku mulai dari kaki saja, ya?"Reagan memejamkan mata. "Terserah kamu."Claren pun mulai mengoles minyak itu di bagian betis dan pergelangan Reagan dengan tangannya yang lembut."Kau mendapatkan ide ini dari mana?" tanya Reagan sambil menikmati setiap elusan tangan Clare.Clare tersenyum. "Aku terobsesi saat kita pacaran dulu. Kita berdua harus menahan gairah karena kau takut aku masih kuliah. Aku rasa saling menyentuh dan menahan gairah akan sangat menyen
Clare menoleh.Zet!Wajahnya membeku dan tubuhnya terpaku saat melihat Reagan masuk dengan senyum yang sangat lebar."Ini dia calon prianya. Ayo, duduklah," kata Dean.Kensky dan lainnya tersenyum sambil menatap Clare yang masih berdiri seperti patung.Clare masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. 'Reagan? Reagan adalah calon suamiku?' batinnya, 'Pria yang dijodohkan denganku adalah pacarku?'"Clare? Apakah kau akan terus berdiri?" Suara Dean mengejutkannya, "Calon suamimu sudah datang. Kenapa kau tidak duduk?"Air mata bahagia lolos di matanya. "Kalian ... apa kalian semua mengerjaiku?"Suara tawa memenuhi ruangan."Maafkan kami, Sayang."Reagan yang merasa bersalah langsung berdiri mendekati Clare. "Kita sama-sama dikerjai, Sayang. Wanita yang selama ini telah dijodohkan mommy dan daddy denganku adalah kamu."Clare menangis. "Benarkah?"Reagan mengangguk. "Iya. Aku ingin minta maaf, kata-kataku kemarin pasti sudah membuatmu sakit."Clare menangis lagi. "Aku pikir kau
Kensky tak menjawab. Ia melepaskan pelukan lalu menghapus air kata Clare. "Jangan sedih lagi, ya. Siapa tahu pria pilihan mami dan papi mengobati luka di hatimu saat ini. Mungkin Reagan telah mengecewakanmu, tapi sebagai orang tua mami berharap pria ini tidak akan pernah mengecewakanmu."Clare tak menjawab."Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan datang. Mami sudah menghubungi Ansley, dia akan membantumu berdandan malam ini."Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh."Halo, apa aku mengganggu?"Suara Ansley membuat Kensky tersenyum. "Masuklah, Sayang," Kensky menatap Clare, "Mami tinggal dulu. Ans, tolong buat Clare membuang semua kesedihan di wajahnya dan gantikan dengan senyuman terbaik, ya.""Siap, Tante."Jika Ansley begitu bersemangat, Clare justru sebaliknya. Ia tak menjawab bahkan tak menyapa Ansley meski wanita itu sudah tersenyum lebar kepadaya.Seandainya pria yang akan datang melamar itu adalah Reagan Harvest pasti saat ini ia sudah kegirangan
Perkataan ibunya membuat Reagan terkejut.Tuan Harvest berkomentar. "Sebenarnya ini belum waktunya kami membicarakan masalah pernikahan kalian, tapi calon mertuamu ingin mempercepat pernikahan putrinya. Mereka takut kau atau putrinya akan terlibat cinta dengan orang lain. Jadi besok malam kita akan menemui mereka dan langsung melakukan lamaran."Lagi-lagi Reagan terpaku. Setelah syoknya kembali ia berkata, "Boleh aku mengungkapkan sesuatu?"Tuan dan nyonya Harvest menyimak. Mereka menatap Reagan dengan pandangan penasaran.Reagan menarik napas panjang. "Aku mencintai anak pemilik universitas. Namanya Clare Agatha Stewart. Daddy pasti tahu dia dan Daddy sangat menenalnya. Aku sangat mencintainya Daddy dan aku tidak akan mau menikah jika wanita itu bukan dia."Ekspresi tuan dan nyonya Harvest berubah.Reagan berkata lagi, "Aku tahu ini salah, tapi aku sangat mencintanya. Aku sangat mencintai Agatha dan kami saling mencintai."***Di dalam kamar yang besar dan sejuk sambil berbaring Clar
"Sayang, bisa kau jelaskan untuk siapa mobil yang kau minta dari papi?""Untuk bibi Soraya, Pi. Katanya hari ini dia berulang tahun. Jadi dia memintaku hadiah mobil."Zet!Soraya dan Rebecca terpaku.Dean menatap tajam ke arah mereka. "Aku tak menyangka mereka begitu berani membohongimu, Nak. Hari ini bukan ulang tahun Soraya, Clare, dia telah membohongimu.""Benarkah?""Untuk apa papi bohong? Papi tidak seperti mereka, Nak. Mereka itu tukang bohong."Aku minta maaf, Papi. Aku hanya menuruti apa yang bibi Soraya minta.""Apalagi yang dia minta padamu selain mobil?""Berapa hari lalu kata nenek Rebecca bibi Soraya diculik. Untuk membebaskannya mereka harus meminta uang jutaan dolar. Karena kasihan, aku memberikan uang itu kepada mereka. Aku sendiri yang mengantar uang itu ke rumah mereka."Zet!Keringat membasahi tubuh Rebecca dan Soraya."Maafkan aku, Pi, aku salah.""Tidak, Sayang. Papi tidak marah padamu, kau hanya korban. Mereka yang salah dan mereka harus dihukum."Tut! Tut!Dean
Ting! Tong!"Kalau begitu biar aku yang buka, itu pasti Clare."Soraya mengekor di belakang Rebecca sambil membawa gelasnya.Ting! Tong!"Sabar, Sayang. Bibi dan nenekmu akan tiba," kata Rebecca lalu memegang handle pintu untuk membukanya.Clek!"Selamat malam."Senyum di wajah Rebecca dan Soraya lenyap melihat dua sosok tinggi berpakaian polisi berdiri di depan pintu."Malam," balas Rebecca, "Ada yang bisa dibantu?""Apa benar di sini sedang merayakan pesta ulang tahun?" tanya salah satu polisi sambil menatap Rebecca dan Soraya secara bergantian.Soraya melirik ibunya dan lalu berkata dalam hati, 'Untuk apa kedua polisi ini datang ke sini? Lagi pula siapa yang memberitahu kepada mereka soal acara ulang tahun?'"Eh, mungkin Anda salah tempat, Pak. Di sini tidak ada pesta ulang tahun," jawab Rebecca cepat.Salah satu polisi mengambil catatan dari saku celana kemudian membacanya. "Tapi catatan ini menunjukan bahwa alamatnya di sini. Apa benar di sini rumah Soraya Oxley?"Drtt... Drtt...
Dean mendekati Reagan. "Benar, bahkan Rebecca dan Soraya tidak pernah tahu soal ini. Yang tahu hal ini sekarang hanya kalian berdua dan pak rektor."Menyebutkan rektor membuat Clare terkejut. Jika sebelumnya ia tidak akan berani membuka suara soal hubungan Soraya dan lelaki itu, saat ini tanpa berpikir panjang Clare mengutarakan apa yang ia rasakan saking kesalnya kepada Soraya.Dean tersenyum. "Aku dan ibumu sudah tahu soal itu, Sayang, kau tidak perlu khawatir.""Benarkah? Papi tahu dari siapa?" tanya Clare penasaran.Dean tak ingin melibatkan Reagan. Meski ia tahu kabar itu sejak awal dari Reagan, ia telah menyiapkan jawaban yang pas atas pertanyaan yang dilontarkan Clare."John sendiri yang menceritakan semuanya kepada kami. Tapi kami tidak akan menyalahkannya, dia juga hanya korban Soraya dan Rebecca.""Jahat sekali mereka," kata Clare marah, "Seandainya aku tahu siapa mereka sejak awal aku tidak akan pernah mau membantu mereka."Kensky menatap Clare. "Jauh sebelum ini sebenarnya