Home / Romansa / Pria Tua itu adalah Suamiku / Bab 20. Memilih apa?

Share

Bab 20. Memilih apa?

Author: Yoona Nusa
last update Last Updated: 2023-08-28 10:36:38

"Apakah Laura menemuimu?". Yoga bertanya tanpa basa basi.

"Iya". Kataku ketus. Aku kesal sepagi ini sudah melihat wajah tampan Yoga.

"Apa katanya?". Yoga penasaran terlihat dari sikapnya saat ini.

"Dia memintaku membatalkan pernikahan denganmu". Jawabku jujur.

"Ap-apa?". Yoga tak percaya Laura meminta hal tersebut.

"Lalu apa jawabanmu?". Yoga bertanya lagi.

"Menurutmu aku harus menjawab apa". Aku mencoba mempermainkan laki-laki yang arogan ini.

Aku tersenyum kecil saat melihat reaksinya. Dia nampak sedikit kesal dengan pertanyaan yang sengaja aku ajukan.

"Ayolah, Clara".

"Apakah aku harus memilih membatalkan pernikahan kita atau kau saja yang membatalkannya?". Aku menyuruhnya untuk memilih.

Lelaki berhidung mancung itu mendongakkan kepalanya ke arahku, nampaknya sekarang dia kesal. Permainanku berhasil.

"Kau tahu Clara kau tak bisa membatalkan pernikahan ini begitu saja?".

"Kenapa tak bisa?. Pak Yoga juga tahu sendiri kan alasan aku menikah denganmu. Pak Yoga juga terpaksa menikah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 21. Cinta?

    "Aku sudah mengetahui perasaanmu terhadap Clara". Aku berkata dengan sangat yakin."Perasaanku?. Jangan sok tahu, Frengky". Aku menepis perkataan sahabatku ini."Apakah kau sudah mulai mencintai Clara, Yoga?". Bukannya mendapat jawaban dari Yoga, aku malah menangkap satu dokumen yang dilempar ke arahku. "Jangan bicara sembarangan". Aku sengaja melemparkan satu dokumen kepada Frengky karena berkata omong kosong."Baiklah, aku akan menutup mulutku". Aku langsung berjalan ke arah meja untuk menaruh dokumen penting itu.Yoga hanya melirikku sebentar dan kembali berkutat dengan seabrek dokumen di atas mejanya. Aku bernafas lega, pertanyaanku tadi tak berbuntut panjang.-------Aku kembali ke kamar dengan membawa manekin berisi gaun pengantin yang dibawa Yoga, "Berat sekali". Kataku pelan.Aku lantas memandangi gaun putih yang berada di kamarku sekarang. Memang benar-benar indah, batinku.-----Satu hari sebelum acara pernikahan.Tidak terasa, empat hari telah berlalu, begitu cepat waktu b

    Last Updated : 2023-08-28
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 22. Pernikahan

    Akhirnya pesta pernikahan aku dengan pak Yoga telah selesai. Aku sudah berada di dalam kamar pengantin kami. Yoga, laki-laki yang sudah sah menjadi suamiku sepertinya masih di luar, mungkin sedang mengobrol dengan tamu. "Kenapa dia tadi berprilaku aneh ketika aku bersalaman dengan Radit?". Aku mengingat kejadian di atas pelaminan kami."Ah, terserah sajalah mumpung pak Yoga belum ada kayaknya aku mau mandi dulu", pikirku.Aku begitu capek dan penat, sepertinya mandi air hangat akan merilekskan tubuh ini. Aku pun masuk ke kamar mandi, tak perlu butuh lama untuk diriku mandi. Setelah selesai, aku membuka pintu kamar mandi, dan terkejut melihat pak Yoga yang sedang duduk di ranjang. Pak Yoga sedang asyik memainkan handphonenya, mungkin sedang mengurus pekerjaanya. Aku melangkahkan kaki ke luar dari kamar mandi dan sepertinya aku menyadari sesuatu. "Ah", spontan aku berteriak.Teriakkan dari mulutku itu sukses mengejutkan pak Yoga sehingga menoleh ke arahku. Aku malah berteriak sekali

    Last Updated : 2023-08-29
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 23. Malam Pertama

    "Kenapa handphone itu ada padamu?". Pak Yoga bertanya kepadaku."Eh, ini handphone pak Yoga kayaknya ketinggalan deh karena buru-buru keluar tadi". Aku yang belum sempat mengutak-atik handphonenya kesal setengah mati.Aku dengan hati-hati menggunakan kata-kata untuk tidak mengungkit kejadian setengah jam yang lalu."Terima kasih". Jawabnya singkat.Aku diam dan tak berkata lagi, karena memang aku merasa tak ada lagi yang bisa kukatakan."Aku mau mandi dulu, kalau mau tidur silahkan. Jangan menunggu aku". Yoga berkata lagi.Aku hanya melihat punggung pak Yoga yang menjauh dariku. Aku kembali membaringkan tubuhku di kasur. "Sebaiknya aku tidur saja, lagi pula siapa yang ingin menunggumu. Jangan berpikir aneh ya, pak Yoga". Aku mencoba membela diri."Akh... ", Aku berteriak dalam hati.Yoga segera menuju kamar mandi setelah mengambil handphone yang dipegang oleh Clara. Aku mendengarkan degup jantungku yang masih berdetak kencang. Untung saja, Clara tidak membuka benda pipih ini. Aku bel

    Last Updated : 2023-08-29
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 24. Rambut Basah

    "Memangnya apa bedanya dengan hari ini, kenapa mereka tersenyum malu-malu melihat aku yang keluar dari kamar dengan rambut yang basah?", Aku berpikir keras sekarang sambil memperhatikan mereka yang bertingkah aneh menurutku.Rencananya mau tadi malam aku membasahi rambut ini, tapi, aku berpikir ulang. Pertama karena sudah terlalu malam dan kedua, karena entah kenapa tadi malam itu hawanya begitu dingin. Aku takut kedinginan dan ujungnya bisa masuk angin.Masa, baru sehari menikah sudah masuk angin, tidak lucu, bukan. Aku lantas bertanya lagi dengan mama karena menyadari kalau perkataan mama tadi itu aneh."Iih... Mama kok jawabnya begitu. Clara nanya apaan, jawabnya kok lain". Kataku kesal."Mama masak nasi goreng udang kesukaan kamu. Yoga mana? panggil yuk biar kita sarapan bareng". "Ini sudah selesai, mama akan panggil papa kamu". Lanjut mama."Iya, ma".Mama bukannya menjawab pertanyaanku, malah menyuruhku memanggil menantu laki-lakinya itu. Lantas, aku yang masih penasaran bertan

    Last Updated : 2023-08-30
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 25. Rumah Baru

    Aku yang malu karena masih menangis pun akhirnya menghentikan tangisanku. Dua puluh menit kemudian, kami sampai di depan sebuah rumah minimalis. Rumah yang bercat putih itu dihiasi dengan taman didepannya. Nampak begitu asri.Mobil pak Yoga pun memasuki gerbang rumah ini. Ada pos penjaga, aku mendengar pak Yoga menyapa penjaga tersebut. Namanya pak mamad."Apa kabar, pak Mamad"."Baik, pak. Hari ini pindah ya, pak?"."Iya, pak. Kenalkan ini istri saya, Clara". Lanjut pak Yoga.Aku pun sedikit menganggukkan kepala, mengiyakan sambil menyapa pak Mamad."Salam kenal ya, pak Mamad". Kataku."Eh, iya, buk". Mungkin dia agak terkejut aku langsung menyebutkan namanya."Jangan kaget pak, tadi kan saya mendengar pak Yoga menyebut nama bapak". Aku seolah mengajaknya bercanda.Hehehe, pak Mamad pun hanya terkekeh kaku.Kemudian pak Mamad pun dengan sigap membukakan pintu gerbang rumah ini. Mobil pak Yoga pun maju perlahan memasuki jalan beraspal rumah ini. Tak lama, kami sampai di depan rumah. K

    Last Updated : 2023-08-30
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 26. Rahasia Tersembunyi

    ""Iya, bi. Aku juga tidak perduli". Lanjutku."Apa , non". Nada suara bi Siti agak terkejut."Eh, gak bi". Aku berpura-pura cuek saja.Aku pun segera memakan masakan bi siti dengan lahap. Enak sekali, pantas saja pak Yoga suka cumi saus tiram ini. Aku pun makan dengan lahap. Aku harus punya tenaga ekstra untuk hari ini.Setelah makan, aku pun diantar sopir pak Yoga ke kampus, pak Dodi namanya. Aku bisa gila jika harus berada di rumah itu terus. Memangnya aku istri yang tetap berada di rumah menunggu kepulangan suami. "Oh, No". Aku bicara sendiri di dalam mobil.Pak Dodi hanya melirikku sekilas ketika mendengar aku bicara sendiri. Ah, masa bodoh, pikirku. Tidak terasa sudah dua puluh menit berlalu, mobil yang dikendarai pak Dodi membuatku tiba di kampus. Seperti sudah lama sekali aku tidak mendatangi tempat ini. Padahal baru saja seminggu dan aku mengamati tidak ada yang berubah sedikitpun.Aku pun keluar dari mobil pak Rakha dan mengucapkan terimakasih kepada pak Dodi.Pak Dodi pun b

    Last Updated : 2023-08-31
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 27. Klinik Kampus

    "Halo, Laura, kau dimana?". Suara devid terdengar frustasi."Jemput aku sekarang, aku akan shareloc!". Kataku agak berteriak. "Oke. Kau baik-baik saja kan?". Tanya Devid penasaran."Iya, cepatlah kemari jangan buang waktu". Kataku menahan emosi yang hampir meledak."Tunggulah, aku akan segera menuju kesana". Devid langsung mengiyakan permintaan Laura.Devid pun segera mematikan sambungan telepon mereka. Tring... Bunyi dari aplikasi hijau itu terdengar. Devid membuka shareloc dari Laura dan mengernyitkan dahi."Apa yang dilakukan Laura di tempat seperti ini?". Devid semakin frustasi dengan tingkah bosnya akhir-akhir ini.Dengan langkah kaki cepat, Devid yang sekarang sedang berada di rumah segera keluar menuju garasi mobil. Devid pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk menjemput bos wanitanya yang arogan itu, Laura.Sementara itu, Laura kini hanya bisa menunggu kedatangan Devid untuk menjemputnya. Tenaga yang dia punya tak mampu membuatnya berjalan jauh. Hanya satu harapa

    Last Updated : 2023-08-31
  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 28. Mulai Menyadari

    "Eh, apa pak Rakha pernah bertemu denganmu, Clara?. Tatapan matanya kepadamu itu begitu berbeda". Pertanyaan Tya sontak membuatku bingung."Eh. Aku baru melihatnya hari ini, Tya". Kataku jujur."Iya benar. Sikap pak Rakha itu aneh menurutku". Sasha malah mengompori."Udah ah. Apa sih maksud kalian? Kalau pak Rakha mendengar perkataan kalian, kan aku jadi gak enak. Dikiranya kita berpikir macam-macam". Kataku sedikit kesal."Iya, ya. Udah kamu istirahat dulu disini". Kata Sasha menengahi perdebatan kami.Aku hanya diam dan menggangguk. Mereka lantas pergi ke ruangan kelas untuk kembali mengikuti mata kuliah selanjutnya. Aku sekarang terbaring sendirian di klinik kampus. Tercium dengan sangat menyengat bau-bau obat khas rumah sakit.Huffttt... Aku menghembuskan nafas pelan. "Kenapa lagi aku bisa pingsan seperti ini, memalukan. Apalagi kata mereka aku digendong oleh dosen baru itu". Kini aku bicara sendiri.-----Suara deru mesin dan debu yang berhamburan di belakang di sebuah mobil biru

    Last Updated : 2023-09-01

Latest chapter

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 103. Kebahagiaan

    "Aww... ". Gumamku pelan. Aku terbangun dan merasa seluruh badanku pegal, aku sedikit menggeliat pelan. Deg, aku seperti menyentuh tubuh seseorang, aku pun menoleh ke samping.Aku kaget, karena yang kulihat adalah seseorang. Dan itu adalah Yoga. Kejadian seperti ini mengingatkan aku pada malam pertamaku bersama Yoga juga, dan ini malam keduaku. Aku kini menyadari apa yang telah terjadi dan apa yang sudah kami lakukan tadi malam."Apa karena aktifitas kami tadi malam yang membuat badanku pegal seperti ini". Aku berkata pelan takut mengganggu tidur Yoga. Ditambah dengan perpindahan kami ke rumah hari ini membuat tubuhku terasa begitu lelah. Sama seperti sebelumnya, aku tersenyum dan rasanya tidak mau bangun dari tempat tidur ini. Aku ingin lebih lama berada di samping suamiku ini. Dulu, pagi hari itu adalah hari yang sudah lama berlalu, dan hari ini harus aku tunggu dengan begitu lamanya. Lalu, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku mengamati tiap guratan wajah tampan Yoga, p

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 102. Malam Kedua

    "Janji yang mana? ".''Memeluk mama. Tapi papa ingin melakukannya tidak di dapur seperti yang tadi, tapi ditempat yang mama suka". Yoga membuat aku kembali menerka dan membuat aku kembali penasaran. "Mama suka lagi? Tempat yang mana? "'Makanya cepat selesaikan makannya. Biar mama juga tahu?!".Aku melihat Yoga kini mengerling dengan nakal, ia menggodaku. Detak jantungku berbunyi dengan kuat, kenapa aku malah menjadi gugup seperti ini. Untuk memasukkan satu sendok nasi ke mulut pun rasanya urung aku lakukan. Pikiranku pun sudah traveling kemana-mana. "Aish, apalah yang aku pikirkan ini". "Aku akan setia menunggu". Sambung Yoga yang membuat aku semakin menelan ludahku sendiri. Lima menit kemudian. Aku melirik dengan ekor mataku bahwa Yoga yang masih setia menungguku dengan duduk di meja makan. Aku baru saja menyelesaikan makanku dan kini sedang mencuci piring kami berdua dan peralatan memasak tadi. Aku sengaja melambatkannya karena gugup dengan apa yang akan Yoga lakukan setelah i

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 101. Rumah Kita

    "Kalau mau dimaafkan harus ada syaratnya? ". Yoga memberiku satu syarat entah apa itu. "Apa syaratnya? ". Tanyaku dengan penasaran. Awas saja jika syaratnya aneh-aneh, aku tidak mau melakukannya. "Syaratnya sangat gampang kok, pasti mama suka"."Mama suka? A-apa, pa? "."Iya mama pasti suka dengan syarat yang akan papa ajukan". Yoga kembali mengulangi perkataanya dengan intonasi pelan agar aku mengerti apa maksud dan tujuannya. Aku kembali memutar otakku menerka apa syarat yang dimaksud oleh suami tuaku itu. Aku jadi ingin tertawa, sudah lama aku tak mengatai Yoga pria tua. Awal pernikahan dulu, aku sering memanggilnya sebagai pria tua. Hal itu aku lakukan karena membenci Yoga. Siapa juga yang tidak akan membenci seseorang yang tiba-tiba hadir didalam kehidupan kita dengan mendadak. Lagipula dulu aku merasa kehadirannya tidak menyenangkan bagiku. Aku yang masih remaja harus menikah dengan seorang pria berumur empat puluh tahun. "Kenapa kamu malah tertawa? ".Sontak pertanyaan dar

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 100. Pulang

    "Mau kemana, mama Revan? ".Aku melototkan mata terkejut karena Yoga ternyata tidak tidur. "Eh, ka-kamu tidak tidur?". Tanyaku dengan suara terbata karena terkejut."Mana bisa aku tidur jika kamu tidak ada di sampingku, Clara". Mendengarkan gombalan Yoga pipiku terasa bersemu merah. Aku menjadi salah tingkah saat ini. "Kapan Revan tidur? ". Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan."Baru saja, tadi kami asyik bermain namun sepertinya dia mengantuk. Aku bawa saja ke kamar dan tak lama setelah minum susu, revan tertidur"."Oh, pasti kecapekan". Ucapku mengiyakan. "Kamu juga tidak capek? ". Yoga bertanya kepadaku.Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Yoga. Aku bahkan seperti merenggangkan otot tangan dan pinggangku agar lebih nyaman. "Sini aku pijitin, biar agak enakan badannya". Tawar Yoga kepadaku seraya menarik tubuhku biar berdekatan dengannya. Yoga pun bangun dari tidurnya dan duduk disampingku. Jantungku berdebar kencang saat ini karena jarak kami yang begitu dekat. Aku m

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 99. Kebahagiaan

    "Maafkan saya pak Rakha. Sepertinya saya harus berhenti bekerja". Ucapku pada akhirnya. Hufft.... Aku bisa menghembuskan nafas lega karena sudah berhasil mengeluarkan kata-kata yang tersangkut berat di tenggorokanku. "A-apa? Aku tidak salah dengar kan Clara? ". Ucap Yoga seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan. "Namun, saya akan tetap bekerja hingga satu bulan ke depan". Sambungku lagi. "Apa?"."Iya pak Rakha saya akan berhenti bekerja. Saya akan memberikan surat pengunduran diri saya satu bulan kemudian". Ucapku menjelaskan keinginanku. "Kenapa tiba-tiba seperti ini Clara? Apakah ada yang salah? ". Jawab Rakha seolah tidak percaya. Rakha pun meletakkan sendoknya di atas piring dan memilih tidak melanjutkan suapan selanjutnya. Kabar mengenai pengunduran diri Clara masih teringat di pikirannya. Kini ia sendiri di meja makan ini, Clara sudah meninggalkan dirinya beberapa menit yang lalu. Rakha teringat kembali dengan perkataan Clara yang menjelaskan kenapa ia harus berhent

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 98. Berhenti bekerja

    "Kamu yakin Clara sudah mempertimbangkan semuanya dan mau memberikan aku jawabannya? ". Ucapku kembali bertanya untuk menyakinkan dengan lebih lagi kepada Clara. "Iya, aku yakin. Seratus persen yakin dengan keputusan yang akan aku ambil"."Baiklah, apapun itu aku harap semua untuk kebahagiaan dan kebaikan untuk aku, kamu dab baby Revan". Ucapku dengan penuh penekanan.Clara mengangguk dan mantap akan menjawabnya. Aku malah gugup dan berharap dengan cemas. Sungguh aku takut dan tak bisa memprediksi dengan jelas apa jawaban yang akan Clara katakan. "Aku akan berhenti bekerja dan mulai menjalani hidup sepenuhnya menjadi istrimu dan ibu dari anak kita". Aku menatap Clara dengan binar penuh kebahagiaan karena mendengar jawaban yang memang sesuai dengan harapanku. "Tapi aku punya satu syarat? ". Lanjut Clara memyambung lagi. "Apapun syaratnya jika tidak bertentangan dengan kebaikan kita akan aku penuhi". Ucapku dengan serius dan penuh keyakinan."Syaratnya cuma ada satu, Yoga. Aku hara

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 97. Surprise

    "Aku akan menunggu".Aku pun mengetikkan pesan itu dan mengirimkannya kepada Clara. Aku sudah bertekad untuk menunggu dan menanti disini. Rindu yang aku rasakan terlalu berat untuk aku pikul dan aku bawa kembali kerumah. Aku harus menuntaskan rindu ini malam ini juga. Cukup lama aku menunggu dan akhirnya aku berhasil bertemu dengan Clara. Rasa senang dan bahagia sungguh sangat indah saat ini. Namun, ada satu hal yang mengganjal di dalam hatiku saat ini. Akankah bakal ada lagi hari-hari yang akan Clara lewatkan sampai larut malam seperti ini. Meninggalkan baby Revan seharian dirumah bersama seorang pengasuh. "Apakah kamu bisa berhenti bekerja? ". Tanyaku kepada Clara. Sontak sejak saat aku mengajukan pertanyaan tersebut suasana menjadi kaku dan hening. Aku tak bisa menahan untuk tidak mengatakan hal tersebut kepada Clara. Aku ingin dia menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Sepertinya Clara tidak menyukai sikapku. Mungkin sekarang ia berpikir aku mulai mengekang dunianya. Baru saja ka

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 95. POV Yoga

    Aku tak menyangka bahwa wanita yang sedang memegang lenganku adalah Clara. Aku terjatuh saat berusaha melatih otot kakiku untuk bisa berjalan. Sudah dua puluh menit berlalu mungkin itu yang menyebabkan kekuatanku semakin melemah. "Kau disini? ". Itulah kalimat yang aku ucapkan saat aku terkejut melihat ia memegangi tubuhku d n kini berada di depanku. Aku lihat netra mata Clara yang berembun dengan tatapan yang tak bisa aku artikan. Clara juga tak menjawab pertanyaanku. Alih-alih menjawab, Clara malah langsung memeluk tubuh lemahku yang sedang terjatuh. Saat memelukku itulah, aku merasakan ada buliran air hangat jatuh ke lenganku. Aku pun melihat sudah begitu banyak air mata yang mengalir di kedua pipi Clara."Kenapa semuanya kamu tanggung sendiri, Yoga? "."Kenapa selama ini kamu menghilang dan menyembunyikan ini semua dariku? "."Kenapa? Kenapa Yoga? ".Pertanyaan demi pertanyaan Clara lontarkan kepadaku dengan tanpa melepaskan pelukanku lagi. Clara bahkan menangis semakin menjadi

  • Pria Tua itu adalah Suamiku   Bab 95. Permintaan

    Penasaran mengenai tentang apa itu, aku memutuskan untuk mengikuti arahan tangannya yang menyuruh aku untuk duduk di dekatnya. "Apakah ini mengenai masalah pekerjaan, kamu masih ingin menyuruhku untuk berhenti bekerja?". Tanyaku langsung kepada Yoga saat aku telah duduk di kursi. "Bukan. Bukan hal itu yang ingin aku bicarakan kepadamu, Clara? "."Lalu? ""Kembalilah kerumah kita, mari kita tinggal bersama seperti dahulu".Aku mengarahkan tatapan mataku ke wajah Yoga. Dari ekspresi yang ia berikan, aku tahu dia mengatakannya dengan sangat serius. Aku cukup terkejut akan pembahasan pembicaraan mengenai ini dan tidak menyangka."Bagaimana, kamu setuju kan Clara? "."A-apa? ". Ucapku terbata, aku belum mengetahui jawaban apa yang harus aku katakan. "Kamu bisa mempertimbangkan nanti. Sekarang baby Revan sudah tidur, sebaiknya aku juga pulang".Aku juga tampak bingung dan tak tahu harus mengatakan apa. Diam kembali menyelimuti beberapa saat di antara kami. "Kamu tidak mau makan dulu, bi

DMCA.com Protection Status