"Oh Tante Janeeta, aku lagi masak ini. Nanti kita makan bareng," ucap Siska."Seminggu setelah ini ayo kita rencanakan honey moon ke Bali ya. Kalian berdua ikut aku ke Bali." Raffa bicara karena dia tiba-tiba ingin sejenak untuk membahagiakan kedua istrinya."Apa benar? Kita ajak anak kita juga ya?" tanya Siska."Aku juga akan ajak Jenny juga," sahut Tante Janeeta."Akua akan mengurusi nama anak kalian dulu, sebelum kita berangkat bulan madu. Pergantian nama anak kalian aku yang akan kasih nama. Ini demi keamanan dan juga masuk dalam kartu keluarga Karana identitas wajah aku sama tapi aku akan kembali ke Raffa yang dulu.""Itu terserah kamu, Raffa. Aku yakin kamu tahu yang terbaik untuk kita semua." Tante Janeeta dan Siska berbarengan menjawab Raffa.Anak Siska dan anak Tange Janeeta berganti nama semua mengikuti nama marga keluarga Anggara. Anak laki-laki Raffa bernama Riansyah Samuel Raffa Anggara Pratama. Nama anak Tante Janeeta bernama Jennifer Raffa Anggara Pratama. Semuanya suda
"Tuan Muda, kita di serang musuh." ucap Febri. Asisten Raffa selalu ikut Raffa kemanapun dia pergi meskipun itu bukan madu."Aku akan bantu kamu dan tolong suruh anak buah terkuat untuk jaga anak dan istriku." Raffa mengeluarkan senjatanya lalu menembak musuh .Dor...Dor...Dor...Suara tembakan sudah melayang ke udara dan mereka sama-sama bertarung. Raffa tentunya juga ikut perkelahian itu. Di sisi lain Siska dan Tante Janeeta dibawa anak buah Raffa juga kedua anaknya. Mereka kabur ke tempat lain. Villa itu meskipun di Bali dekat dengan pantai tapi begitu sepi karena kebanyakkan villa pribadi."Cepat pergi! Aku hadang mereka. Bawa anak dan istriku kabur." teriak Raffa menyuruh anak buahnya pergi karena dia melawan musuh ya g sedang mengincar kepala anak dan istrinya untuk di tembak mati."Baik, Tuan. Aku akan jaga Nyonya dan anak anda." anak buah Raffa itu langsung ke kamar dan membawa kedua istri Raffa menyelinap keluar villa itu.Anak buah Raffa berhasil keluar villa dan berlari u
Raffa dan Febri juga beberapa anak buah Raffa berhasil melarikan diri. Edward saat itu marah besar dan dia menelpon anak buah dia yang baru datang ke Bali. Edward akan menyusul Raffa dan akan membunuh dia hari itu juga."Hallo! Dia kabur, kamu ada dimana saat ini?" Edward menelpon anak buahnya sambil marah-marah."Tuan kita akan menuju markas anda. Kenapa anda terlihat marah?""Musuhku kabur, dia meracuni minuman anak buahku dan hasilnya mereka tidur. Kalian cepat ke sini dan ayo kita susul Raffa."Edward mengepalkan tangannya dan dia meninju dinding yang ada dihadapannya. Dia mengumpat dan emosi sekali."Aku harus membubuh Raffa, dia tidak boleh pergi dari Bali. Di jakarta pasti banyak anak buah dia." ucap Edward.Raffa berhasil kabur dari markas Edward. Dia dan Febri juga anak buahnya masuk ke mobil sebagian ada yang berpencar. Saat itu Raffa di hadang oleh anak buahnya di tengah jalan, anak buah yang menyetor mobilnya berhenti. Mereka saat itu ke sebuah rumah kosong yang terbengkal
"Maafkan aku, aku akan buat mereka merasakan kematian yang sama seperti Angline, Papa Mertua.""Sudahlah! Hari ini urus pemakaman anakku. Aku sudah tua dan aku juga tidak bisa mengurus perusahaan lagi. Harta atas nama Janeeta nanti akan aku wariskan ke Jenni. Kamu juga atur seseorang yang berpengalaman untuk perusahan ku dan Janeeta yang baru kembali dari kebangkrutan." suruh Papa Tante Janeeta."Baiklah! Aku akan makamkan sekarang. Nanti Papa akan aku jemput saat sudah selesai pemakamannya karena Papa sudah tua dan selesai pemakaman bau aku antar Papa ke makan istriku," jawab Raffa.Awalnya memang Papa Tante Janeeta marah tapi dia mengontrol emosinya karena takut kena serangan jantung. Raffa selesai menemui Papa kandung Tante Janeeta dia mengurus pemakaman Tante Janeeta. Rumah Raffa di penuhi dengan pelayat yang datang. Setelah itu Tante Janeeta telah di antarkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Pemakaman Tante Janeeta telah di urus oleh warga perumahan dekat rumah besar An
"Sial kita di serang, Febri. Hari ini kita kalahkan mereka agar bisa lusa kita menyerang markas mereka." Raffa mulai menembak semua pembunuh bayaran itu satu persatu."Tuan Raffa, berhati-hatilah mereka pembunuh profesional dari luar negeri," ucap Febri.Raffa dan Febri hari itu mereka mengalahkan pembunuh bayaran yang di kirim oleh Edward. Raffa dan Febri kabur dari mereka karena anak buah mereka harus ada yang di selamatkan tidak boleh ada yang meninggal. Pembunuh bayaran itu kesulitan membunuh Raffa karena Raffa saat ini dia begitu hebat dan kuat dari pada dia yang dulu.Raffa dan Febri malam itu juga dia pulang ke rumah Anggara. Malam itu juga mereka memanggil sekutunya dan Mr. Wilson untuk merencanakan penyerangan ke markas Edward. Raffa harus memenangkan pertempuran itu karena pertempuran itu penentu siapa yang akan hidup dan mati."Ada apa Tuan Raffa kamu memanggilku mendadak malam hari?" tanya Mr. Wilson."Lihatlah! Aku baru saja di serang oleh pembunuh bayaran internasional ka
"Dia berani sekali, sudah jadi Sandra malah memukul kepala kamu. Biar aku saja yang bereskan." Mr. Wilson saat itu memukul balik Edward lalu dia pingsan."Aduh... tidak malasah ini tidak sakit. Pokok turun dari jet ini kita bisa menghukum dia," jawab Raffa.Raffa saat itu menahan emosinya karena bagi dia Edward sudah kalah telak hari itu. Edward pingsan dan mereka baru sampai di Jakarta. Raffa membawa Edward yang saat itu di susul oleh mobil anak buahnya dan menuju ke penjara rahasia Raffa di tangan hutan yang dekat dengan pinggiran kota Jakarta. Raffa dan Mr. Wilson Febri juga Ricard sudah merancang penjara khusus untuk penyiksaan Edward. Mereka mendarat di Jakarta sore hari lalu menuju ke penjara yang dibuat khusus Edward. Raffa dan Mr. Wilson sampai di penjara yang di sekelilingnya itu air dan banyak buayanya juga ada singa yang menjaga saat masuk ke dalam. Penjara itu adalah neraka untuk Edward. Raffa dan Mr. Wilson membawa Edward ke penjara bawa tanah dan dia dibawa dalam keadaan
"Dia meninggal meminum racun, Dokter? Balas dendam dan siksaan belum selesai. Sudahlah! Dia harus di makamkan juga," ucap Raffa."Tuan Raffa anda masih punya hati nurani, meksipun Edward ini telah menghabisi seluruh keluarga anda. Anda tetap mau memakamkan dia dengan layak," jawab Dokter."Dokter, tolong urusi jenazah dia dan aku akan umumkan kematian dia karena bunuh diri di media sosial. Soalnya dia juga banyak musuh yang mengincarnya. Aku akan kasih kejelasan juga kalau dia tertekan singa buas di wilayah hutan agar semua orang percaya dan nanti ada bukti." Raffa pergi saat itu."Siap Tuan Raffa! Aku akan urus jenazah orang ini dan aku akan kabari anda setelah dia di makamkan," jawab Dokter."Siska, ayo pulang dan kamu sudah puas melihat dia. Dia musuhku dan aku sudah balas dendam kematian orang tuaku dan aku tidak perlu mengotori tanganku," ajak Raffa sambil memegang tangan Siska."Sayang, hari ini aku ingin ke tempat yang aku mau dan aku ingin kamu menghibur diri karena habis meme
"Maaf! Aku baru saja lama jabat tangannya dan tidak sopan ya?" tanya Raffa."Tidak apa-apa Mas Raffa," jawab Diana."Aku Siska, panggil kakak ya jangan Tante kita beda 10 tahunan," Siska sambil berjabat tangan dengan Diana.Raffa masih tetap saja melihat Diana. Senyumnya yang indah dan bibirnya yang begitu ranum seperti daya tarik sendiri untuk Raffa. Raffa seolah dia jatuh cinta lagi untuk pertama kalinya. Raffa seolah di pikirannya berbisik harus miliki gadis cantik berhijab itu.'Apa yang aku pikirkan? Aku jatuh cinta pada gadis yang usianya lebih muda 10 tahun dariku'Raffa hanya merasa aneh dalam hatinya.Raffa dan Siska menginap dan memang benar Raffa istirahat total selama satu bulan di panti asuhan. Raffa sering ke makam Ibu Panti yang dulu merawat dia pada waktu dia masih bayi. Siska tidak tahu Raffa mencoba mendekati Diana karena dia itu guru ngaji dan guru sekolah dasar.Raffa sering pergi ke rumah Ibu Panti pengganti Ibu Panti yang membesarkan Raffa. Dia rumahnya yang deka