“Wowww….!”
“Kenapa Ren?” sahur Rey cepat sambil menarik tubuh polos Reni.
“Kamu… ehm, tidak apa-apa. Aku hanya kaget melihat ‘itu’,” Reni menunjuk ke arah pusaka Rey yang sudah berdiri tegak. Wajahnya memerah, bagai tomat busuk. “Lakukan pelan-pelan, ya, Honey?” bisik Reni yang terdengar bagai gadis perawan.
Padahal, dia justru mendambakan sentuhan brutal dari Rey.
Rey yang sudah tak bisa menahan dirinya langsung bertindak beringas, hingga Reni berkali-kali berseru dengan suara makin nyaring bak kucing berahi.
Namun Rey tentu saja tak tahu siapa Reni, si ratu skincare ini wanita yang sangat lihai berkamuflase. Dia sengaja bersikap seperti gadis yang baru pertama kali bercinta, agar Rey makin menghujaminya dengan senjata perkasanya.
Inilah laki-laki yang dia dambakan, laki-laki yang bisa memuaskannya. Rey benar-benar seperti kuda jantan yang ‘kesetanan’, efek obat yang di jejali Chikita membuat Rey mengamuk dan Reni pun di buatnya melayang-layang ke angkasa.
Reni bahkan melanggar pantangannya sendiri, dia membiarkan Rey melakukan pelepasannya di dalam, sebelum akhirnya ambruk di atas tubuhnya setelah pertarungan yang mendebarkan hingga 1,5 jam.
Keduanya sama-sama nyenyak tertidur. Rey duluan terbangun dan dia kaget sendiri saat tubuh telanjangnya berada dalam pelukan Reni yang masih nyenyak tertidur.
Saat melihat ponselnya, Rey kaget, ini sudah pukul 00.00. “Ya Tuhan, apa yang kulakukan,” batin Rey dan pelan-pelan melepas pelukan Reni. “Apa bedanya aku dengan gigolo saat ini?!” ujarnya lagi sambil beringsut bangun dari ranjang.
Reni terbangun. “Kamu mau kemana honey?” Reni sengaja membiarkan tubuh telanjangnya terbuka, hingga mata Rey sesaat melotot, tapi buru-buru dia alihkan pandangan.
“Sorry Ren, ini di luar kehendakku,” sahut Rey sambil hela nafas. Reni bangkit dengan ogah-ogahan dan memeluk tubuh kokoh Rey yang juga masih polos.
“Tak apa, Sayang.” Reni memberikan usapan lembut di dada bidang Rey. “Malam ini luar biasa! Kamu benar-benar pria perkasa,” bisik Reni sambil sengaja hembuskan nafas harumnya ke telinga Rey, pemuda ini merinding lagi.
“Aku…!” Rey hentikan ucapannya. Rupanya pengaruh obat perangsang belum sepenuhnya hilang dari tubuhnya dan agaknya masih butuh dipuaskan saat ini.
Pergumulan babak ke dua pun tak terelakan.
Paginya, Rey terbangun dengan wajah kuyu dan kebingungan. Sedangkan Reni, terlihat sudah rapi, usai mandi.
“Rey, ini buat kamu!” Dengan gaya angkuh Reni lemparkan 5 bebat uang pecahan 100 ribu yang satu bebatnya bernilai 10 juta ke kasur. “Dan harap diingat ya, kamu kini kekasihku, setiap aku menelpon, kamu wajib menemuiku!”
Rey yang tadi sudah ingin mengambil uang tersebut sedikit termenung. “Jadi, aku sudah dibeli?” gumam Rey tanpa sadar.
Sementara Reni pura-pura tak mendengar gumaman sang ‘pria bayaran’-nya. “Pastikan kamu selalu mengangkat teleponku. Okay!”
Rey tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Namun, dia mengambil uang tersebut dan segera merapikan diri dan segera keluar dari kamar hotel itu.
Sesampainya di kamar kos, Rey mengacak rambutnya frustrasi. Uang yang diberikan Reni bahkan dia letakkan begitu saja di atas meja.
Dia bergegas menghubungi seorang yang diyakini menjadi dalang hubungan semalamnya dengan Reni.
“Chikita, aku butuh penjelasan!”
“K-kenapah… Reyhh?”
Suara sahabatnya itu terdengar aneh. Putus-putus seperti kelelahan, disertai desahan di tiap ujung katanya.
“Kamu menjual sahabat sendiri, huh?” protes Rey lebih lanjut. Wajah pria itu sudah begitu keruh. Amarahnya sudah di ujung lidah.
Chikita terdengar terkekeh. “Tenang cyinnn, yang penting kan kebutuhanmu juga terpenuhi. Kapan lagi, kamu bisa dapat kepuasan, tapi dapat uang juga, kan?” sahut Chikita enteng. “Eugh, Sayang… pelan-pelan. Ahh—”
Detik itu, Rey tahu jika Chikita sedang melayani gadunnya.
“Sialan! Masih bisa lo angkat telepon gue meski lagi digenjot!” Dengan kesal Rey menutup telponnya.
Setelah itu, Rey berpikir. Ada benarnya juga omongan Chikita. Toh, biar pun tidak menjadi simpanan tante-tante cantik, Rey bukan benar-benar pria suci.
Dia ambil sisi positifnya, yakni kebutuhan bulanannya jadi terjamin, sehingga dia tidak perlu khawatir diusir dari kosnya.
“Baiklah, Rey… mari kita nikmati ini.”
Sayangnya, mulut Reni terlampau besar untuk bisa merahasiakan hubungannya dengan Rey. Dia justru berbagi testimoni perihal betapa perkasanya Rey, pria yang berhasil membuatnya lemas tak berdaya malam itu.
“Jadi…model tampan yang sok jual mehong itu sudah kamu pakai ya Ren?”
Wanita yang ditanya itu justru cekikikan. Rona merah di pipinya tak bisa disembunyikan, mengingat betapa panas dan intens malam percintaannya dengan Rey, si Kuda Binal.
“Seberapa hebat dia?” tanya si wanita itu. Berbeda dengan Reni, dia terlihat sedikit iri.
“Satu kata, ‘WOW!’.” Reni terus menggeser tubuhnya, berbisik pada temannya yang terlihat begitu penasaran itu. “Rasanya sesak di dalam sana. Dulu aku pernah kencan dengan bule dan kulit gelap, tapi punya Rey lebih hebat lagi. Pokoknya nggak rugi aku keluar 50 juta! Duh… ngomongin gini aja, aku udah basah lagi!”
Kalau Reni dijuluki Ratu Skincare, wanita yang penasaran dengan Rey ini justru ratu di atas ratu. Kekayaan dan kekuasaannya jauh berkali-kali lipat dari Reni.
“Kasihkan dia buatku. Sebagai gantinya, aku akan atur kontrak besar buatmu. Gimana?”
Reni pasang muka keberatan, tapi hatinya bersorak kesenangan, baginya uang di atas segalanya. "He ehmm...gimana yahhh...?"
Reni pasang strategi jual seolah enggan lepas 'ayanknya'. Wanita itu mendelik menahan mangkel...!
**
Sementara itu, Rey yang sedang berada di kamar kosnya mendengar suara panggilan masuk.Reni….Tanpa menunggu lama, pria itu segera menekan tombol hijau. “Ya, Ren?”“Honey, ganteng… datang ya malam ini….” Reni kemudian menyebutkan sebuah nama hotel, lengkap dengan nomor kamarnya. “Awas kalau kamu tak datang, kontrak modelling kamu bisa aku putus. Sponsor-sponsor itu, ownernya temanku semua,” ancam Reni.Rey tak berkutik. Dua minggu setelah kenikmatan itu, sang ratu skincare kembali memintanya lagi.Perang batin melanda hatinya. Uang 50 juta dari Reni kemarin sudah dia gunakan. Untuk bayar UKT di kampusnya, bayar kos hingga 6 bulan ke depan, bayar hutang di warteg langganannya dan juga hutang ke Chikita.Bahkan kini, uang 50 juta itu hanya tersisa 1 juta saja.Sementara, panggilan untuk berlenggak-lenggok di catwalk pun sepi. Menghela napas tak berdaya, Rey pun kembali luluh.Tak lagi memikirkan harga diri, Rey pun memutuskan datang ke hotel yang telah disebutkan Reni tadi.Ting tong…2
Barbel yang tengah diangkat Rey terhempas ke lantai, hingga berbunyi nyaring, lalu beranjak menuju loker. Rey berpikir, pikirannya yang ruwet bisa kembali fresh dengan nge-gym. Namun, wajahnya yang masam, juga gerak-geriknya yang tidak seperti biasa hari itu justru membuat orang-orang yang berada di gym itu tidak ada yang berani menegurnya.Kecuali....“Rey…!”Rey hentikan minum air mineralnya, dia menoleh ke samping dan geram di hatinya langsung terbangkit, saat menatap seraut wajah jelita berbalut baju ketat olahraganya gym-nya.Rey berdiri dan mencueki kehadiran Reni, berbeda dengan beberapa penghuni gym pria yang justru menatap penuh minat pada tubuh sintal itu.“Rey aku ingin bicara!” Reni langsung menjejeri langkah Rey yang menuju ke ruangan ganti pakaian di gym ini.“Mau bicara apa lagi Reni, apakah kamu belum puas menjualku pada wanita gila itu?” sahut Rey, sengaja pelankan suaranya agar tak jadi pusat perhatian orang-orang di gym ini.Rey ambil handuknya dan mengelap wajah t
Mobil SUV berlogo 3 berlian warna hitam limited edition membawa Rey ke sebuah mal. Hari ini dia kembali berlenggak-lenggok di catwalk.Mata binal Mami Meni melotot melihat anak asuhnya yang kini keluar dari mobil berharga lebih 600 juta rupiah ini.“Ehemmm….ganteng banget…mobilnya!” sindir Mami Meni, aslinya dia masih penasaran dengan anak asuhnya ini, karena dulu menolak tawarannya melayani Tante Neci.“Dipinjamin,” sahut Rey cuek, sambil jejer langkah Mami Meni menuju ke sebuah ruangan khusus, yang akan di gunakan sebagai tempat berganti busana, sambil menyapa model-model lainnya.“Rey, tawaran yang dulu masih berlaku loh, si tante berani bayar….!”“Mam….maaf, sekali lagi aku bilang tak akan mau begitu. Lupakanlah.” Rey pun ngeloyor pergi, tak lagi tanggapi omongan Mami Meni.Mami Meni rupanya tak mau menyerah.“Rey, ini bukan si tante itu, tapi yang lain lagi. Istri simpanan seorang pejabat negara loh, orangnya cantik sekali…!” bisik Mami Meni lagi.Rey berpaling dan menatap Mami M
Rey ragu, apakah langsung ‘menyerang’ dan lakukan tugasnya, ataukah menunggu? Angela terlihat belum ingin memulai ritual melepaskan hasratnya, walaupun wajahnya menunjukan ketidak sabaran, ingin menikmati kehebatan rudal sang gigolo istimewa ini.“Apakah anda masih kuliah…Mas Rey?” suara Angela tetap lembut, ini bikin Rey makin terkagum-kagum dengan attitude klien jelita nya ini.Rey terdiam, walaupun ini adalah kali ke 3 dia jadi pria shif malam, tapi baru kali ini dia seakan di ‘manusiakan’ dengan pertanyaan ini.Angela ternyata tidak langsung main sergap, tapi mengajaknya berbincang santai. Ini jadi pengalaman baru baginya.“Ma-masih Tante Angela..!”“Hmm…jangan panggil tante, usiaku belum terlalu tua, langsung panggil nama saja, okay?”Angela makin senyum manis, sambil perbaiki pakaian tipisnya yang tak kenakan apa-apa lagi di dalamnya. Walaupun gigolo, tapi Rey juga manusia biasa, hanya laki-laki bodoh yang tak tergiur dengan kemolekan Angela, pikirnya.Rey makin betah saja melih
“Wajah kamu kayak nggak ada cerianya,” Reni menegur Rey, yang hari ini memang tetap terlihat dingin.Sesuai janji Reni, Rey di bawanya ke Bali, wanita angkuh yang juga pebisnis ini ada urusan kerjaan di sana.Tentu dia tak ingin melewatkan di sana tanpa bersenang-senang dengan Rey di sela-sela kesibukannya.“Wajahku memang begini, masa aku harus pecicilan?” sahut Rey tanpa ekspresi.“Sesuka kamulah, yang penting kamu jangan macam-macam di Bali. Apalagi layani teman-temanku yang memang gatel-gatel. Nggak bisa lihat laki-laki cakep kayak kamu main embat saja.” ucapan Reni ketus, seakan penegasan kalau Rey saat ini miliknya dan Rey wajib mematuhi aturan miliknya.Sifat inilah yang bikin Rey aslinya tak respek lagi dengan Reni.Sesaat dia teringat Angela, melayani wanita cantik itu Rey seolah sedang bersama kekasih. Sifat Reni dan Angela benar-benar berbeda 180 derajat!Rey hanya bisa menghela nafas, dia sudah terjerat Reni, materi yang di berikan wanita ini membuatnya sulit lepas.Reni j
Gara-gara ancaman itu, saat malamnya bersama Reni, Rey tak menikmati saat melayani cumbuan panas Reni, dia benar-benar down. Marahlah si Ratu Skincare ini melihat pria simpanannya begitu.“Kamu kenapa sih, aku sudah berkali-kali klimaks, kamunya malah tak apa-apa, mana mainnya tak semangat gitu, nggak kayak biasanya. Kenapa sih, lagi mikir apa otak kamu itu?” dengus Reni curiga sambil menabok kasar badan kokoh Rey.“Maaf Ren…aku…teringat ibuku yang lagi sakit di Bandung,” Rey langsung bikin alibi yang masuk akal, sambil bergeser dari tubuh telanjang Reni.“Huuhh itu bukan urusanku, tugasmu adalah layani aku, aku juga pingin lihat kamu klimaks, mau sakit atau mati sekalipun ibumu, tugas kamu tetap senangkan aku, paham!” cetus Reni dengan mimik marah, sambil mendorong tubuh Rey dengan kakinya.Reni benar-benar lakukan Rey tak ‘manusiawi’.Akibatnya makin eneg-lah hati Rey. Wanita sundal, pikirnya kesal bukan main. Dirinya di buat seolah budak saja oleh wanita cantik judes dan angkuh in
Sesaat Rey bingung, mau apa Angela minta ia menemui di Kafe Nusa?Ancaman dua bodyguard Angela terbayang di wajah Rey. Keraguan pun menghampiri hatinya.Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya, sehingga ia nekat. Rey pun ambil topi dan kacamata, lalu pakai baju model hoodie, agar penampilannya tak jadi pusat perhatian.Tak sulit menemukan Kafe Nusa ini, walaupun letaknya agak masuk gang, tapi plang besar ada di pinggir jalan sebagai petunjuknya.Begitu masuk ke kafe ini, Rey langsung menuju melihat Angela duduk sendiri.“Angela…!” serunya lega.Gappp…!Kanan kirinya di sergap dua orang bodyguard dan Angela terlihat pucat, lalu pergi dan kini Rey yang kebingungan di minta jalan terus menuju ke kursi di mana Angela tadi duduk dan tiba-tiba pergi lewat pintu samping.“Mau apa kalian…?” tanya Rey dengan hati tak karuan, hatinya langsung kebat-kebit.“Kamu tak usah banyak bacot, diam dan berdiri saja di sini,” dengus seorang bodyguard yang kemarin mengancamnya, Rey pun tak berkutik.
Rey pun mencari hotel yang lebih murah, tak mungkin dia ke bandara untuk kembali ke Jakarta, karena ini sudah hampir jam 22.00 WITA.Rey meratapi nasibnya yang apes banget hari ini, di hajar centeng-nya pria setengah tua dan kini terusir dari kamar Reni. Di hina-hina pula, benar-benar jatuh mental Rey di begitukan oleh wanita angkuh itu.“Mas Rey…ini kunci kamarnya, loh kenapa jalannya Mas, juga kenapa dari tadi menekan perut terus?” si resepsionest pria di hotel ini heran melihat kelakuan Rey.“Aku…di hajar orang jahat Ble…!” sahut Rey dan kini duduk di kursi lobby hotel kelas melati ini.“Waah gawat ini Mas Rey, kenapa tak di bawa ke dokter, atau gini, maukah aku panggil kan seorang tukang pijat, bahaya lo Mas, ntar salah urat!” tawar si Ble ini.Rey pun langsung mengangguk dan si Ble ini lalu ke dalam dan tak lama kemudian datang dengan seorang perempuan tua, yang ternyata juga jadi pembantu di hotel ini.Si Ble baik ini tak ragu bantu Rey berjalan menuju kamarnya dan si wanita tua
Rey pun kini seolah back to basic, kembali ke awal lagi, mobil mewah pemberian Reni juga sudah dia kembalikan tanpa banyak cincong.Rey makin pusing, ia baru saja bertengkar dengan ibunya di telpon, Rey tak sanggup kirimi ibunya uang yang banyak.Permintaan 150 juta tak bisa Rey penuhi, dia hanya kirim 50 juta saja. Padahal di rekeningnya kini hanya tersisa kurang dari 1 jutaan.Mami Meni yang terus memantau keadaan anak asuhnya ini tentunya paham dan tak melewatkan kesempatan ini untuk kembali memanfaatkan kesempatan.Mami Meni tahu, pemuda ini lagi pusing soal…keuangan.“Hmm...kamu minta depe Rey…padahal fashion show masih 1 bulanan lagi?”“Iya…bolehkah?”“He-he-he…Tante Nice kangen tuh sama kamu?” pancing Mami Meni, dia tak peduli kalau Rey babak belur, baginya duit di atas segalanya.“Huuhh…tak bakal aku mau, di bayar berapapun!” sungut Rey jengkel.“Ehemm…gitu ya, oh ya…kamu mau nggak…ee…!”“Asalkan jangan melayani Tante Nice, aku mau!” potong Rey cepat.“Tenaanggg…ini temanku ju
Rey pun mencari hotel yang lebih murah, tak mungkin dia ke bandara untuk kembali ke Jakarta, karena ini sudah hampir jam 22.00 WITA.Rey meratapi nasibnya yang apes banget hari ini, di hajar centeng-nya pria setengah tua dan kini terusir dari kamar Reni. Di hina-hina pula, benar-benar jatuh mental Rey di begitukan oleh wanita angkuh itu.“Mas Rey…ini kunci kamarnya, loh kenapa jalannya Mas, juga kenapa dari tadi menekan perut terus?” si resepsionest pria di hotel ini heran melihat kelakuan Rey.“Aku…di hajar orang jahat Ble…!” sahut Rey dan kini duduk di kursi lobby hotel kelas melati ini.“Waah gawat ini Mas Rey, kenapa tak di bawa ke dokter, atau gini, maukah aku panggil kan seorang tukang pijat, bahaya lo Mas, ntar salah urat!” tawar si Ble ini.Rey pun langsung mengangguk dan si Ble ini lalu ke dalam dan tak lama kemudian datang dengan seorang perempuan tua, yang ternyata juga jadi pembantu di hotel ini.Si Ble baik ini tak ragu bantu Rey berjalan menuju kamarnya dan si wanita tua
Sesaat Rey bingung, mau apa Angela minta ia menemui di Kafe Nusa?Ancaman dua bodyguard Angela terbayang di wajah Rey. Keraguan pun menghampiri hatinya.Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya, sehingga ia nekat. Rey pun ambil topi dan kacamata, lalu pakai baju model hoodie, agar penampilannya tak jadi pusat perhatian.Tak sulit menemukan Kafe Nusa ini, walaupun letaknya agak masuk gang, tapi plang besar ada di pinggir jalan sebagai petunjuknya.Begitu masuk ke kafe ini, Rey langsung menuju melihat Angela duduk sendiri.“Angela…!” serunya lega.Gappp…!Kanan kirinya di sergap dua orang bodyguard dan Angela terlihat pucat, lalu pergi dan kini Rey yang kebingungan di minta jalan terus menuju ke kursi di mana Angela tadi duduk dan tiba-tiba pergi lewat pintu samping.“Mau apa kalian…?” tanya Rey dengan hati tak karuan, hatinya langsung kebat-kebit.“Kamu tak usah banyak bacot, diam dan berdiri saja di sini,” dengus seorang bodyguard yang kemarin mengancamnya, Rey pun tak berkutik.
Gara-gara ancaman itu, saat malamnya bersama Reni, Rey tak menikmati saat melayani cumbuan panas Reni, dia benar-benar down. Marahlah si Ratu Skincare ini melihat pria simpanannya begitu.“Kamu kenapa sih, aku sudah berkali-kali klimaks, kamunya malah tak apa-apa, mana mainnya tak semangat gitu, nggak kayak biasanya. Kenapa sih, lagi mikir apa otak kamu itu?” dengus Reni curiga sambil menabok kasar badan kokoh Rey.“Maaf Ren…aku…teringat ibuku yang lagi sakit di Bandung,” Rey langsung bikin alibi yang masuk akal, sambil bergeser dari tubuh telanjang Reni.“Huuhh itu bukan urusanku, tugasmu adalah layani aku, aku juga pingin lihat kamu klimaks, mau sakit atau mati sekalipun ibumu, tugas kamu tetap senangkan aku, paham!” cetus Reni dengan mimik marah, sambil mendorong tubuh Rey dengan kakinya.Reni benar-benar lakukan Rey tak ‘manusiawi’.Akibatnya makin eneg-lah hati Rey. Wanita sundal, pikirnya kesal bukan main. Dirinya di buat seolah budak saja oleh wanita cantik judes dan angkuh in
“Wajah kamu kayak nggak ada cerianya,” Reni menegur Rey, yang hari ini memang tetap terlihat dingin.Sesuai janji Reni, Rey di bawanya ke Bali, wanita angkuh yang juga pebisnis ini ada urusan kerjaan di sana.Tentu dia tak ingin melewatkan di sana tanpa bersenang-senang dengan Rey di sela-sela kesibukannya.“Wajahku memang begini, masa aku harus pecicilan?” sahut Rey tanpa ekspresi.“Sesuka kamulah, yang penting kamu jangan macam-macam di Bali. Apalagi layani teman-temanku yang memang gatel-gatel. Nggak bisa lihat laki-laki cakep kayak kamu main embat saja.” ucapan Reni ketus, seakan penegasan kalau Rey saat ini miliknya dan Rey wajib mematuhi aturan miliknya.Sifat inilah yang bikin Rey aslinya tak respek lagi dengan Reni.Sesaat dia teringat Angela, melayani wanita cantik itu Rey seolah sedang bersama kekasih. Sifat Reni dan Angela benar-benar berbeda 180 derajat!Rey hanya bisa menghela nafas, dia sudah terjerat Reni, materi yang di berikan wanita ini membuatnya sulit lepas.Reni j
Rey ragu, apakah langsung ‘menyerang’ dan lakukan tugasnya, ataukah menunggu? Angela terlihat belum ingin memulai ritual melepaskan hasratnya, walaupun wajahnya menunjukan ketidak sabaran, ingin menikmati kehebatan rudal sang gigolo istimewa ini.“Apakah anda masih kuliah…Mas Rey?” suara Angela tetap lembut, ini bikin Rey makin terkagum-kagum dengan attitude klien jelita nya ini.Rey terdiam, walaupun ini adalah kali ke 3 dia jadi pria shif malam, tapi baru kali ini dia seakan di ‘manusiakan’ dengan pertanyaan ini.Angela ternyata tidak langsung main sergap, tapi mengajaknya berbincang santai. Ini jadi pengalaman baru baginya.“Ma-masih Tante Angela..!”“Hmm…jangan panggil tante, usiaku belum terlalu tua, langsung panggil nama saja, okay?”Angela makin senyum manis, sambil perbaiki pakaian tipisnya yang tak kenakan apa-apa lagi di dalamnya. Walaupun gigolo, tapi Rey juga manusia biasa, hanya laki-laki bodoh yang tak tergiur dengan kemolekan Angela, pikirnya.Rey makin betah saja melih
Mobil SUV berlogo 3 berlian warna hitam limited edition membawa Rey ke sebuah mal. Hari ini dia kembali berlenggak-lenggok di catwalk.Mata binal Mami Meni melotot melihat anak asuhnya yang kini keluar dari mobil berharga lebih 600 juta rupiah ini.“Ehemmm….ganteng banget…mobilnya!” sindir Mami Meni, aslinya dia masih penasaran dengan anak asuhnya ini, karena dulu menolak tawarannya melayani Tante Neci.“Dipinjamin,” sahut Rey cuek, sambil jejer langkah Mami Meni menuju ke sebuah ruangan khusus, yang akan di gunakan sebagai tempat berganti busana, sambil menyapa model-model lainnya.“Rey, tawaran yang dulu masih berlaku loh, si tante berani bayar….!”“Mam….maaf, sekali lagi aku bilang tak akan mau begitu. Lupakanlah.” Rey pun ngeloyor pergi, tak lagi tanggapi omongan Mami Meni.Mami Meni rupanya tak mau menyerah.“Rey, ini bukan si tante itu, tapi yang lain lagi. Istri simpanan seorang pejabat negara loh, orangnya cantik sekali…!” bisik Mami Meni lagi.Rey berpaling dan menatap Mami M
Barbel yang tengah diangkat Rey terhempas ke lantai, hingga berbunyi nyaring, lalu beranjak menuju loker. Rey berpikir, pikirannya yang ruwet bisa kembali fresh dengan nge-gym. Namun, wajahnya yang masam, juga gerak-geriknya yang tidak seperti biasa hari itu justru membuat orang-orang yang berada di gym itu tidak ada yang berani menegurnya.Kecuali....“Rey…!”Rey hentikan minum air mineralnya, dia menoleh ke samping dan geram di hatinya langsung terbangkit, saat menatap seraut wajah jelita berbalut baju ketat olahraganya gym-nya.Rey berdiri dan mencueki kehadiran Reni, berbeda dengan beberapa penghuni gym pria yang justru menatap penuh minat pada tubuh sintal itu.“Rey aku ingin bicara!” Reni langsung menjejeri langkah Rey yang menuju ke ruangan ganti pakaian di gym ini.“Mau bicara apa lagi Reni, apakah kamu belum puas menjualku pada wanita gila itu?” sahut Rey, sengaja pelankan suaranya agar tak jadi pusat perhatian orang-orang di gym ini.Rey ambil handuknya dan mengelap wajah t
Sementara itu, Rey yang sedang berada di kamar kosnya mendengar suara panggilan masuk.Reni….Tanpa menunggu lama, pria itu segera menekan tombol hijau. “Ya, Ren?”“Honey, ganteng… datang ya malam ini….” Reni kemudian menyebutkan sebuah nama hotel, lengkap dengan nomor kamarnya. “Awas kalau kamu tak datang, kontrak modelling kamu bisa aku putus. Sponsor-sponsor itu, ownernya temanku semua,” ancam Reni.Rey tak berkutik. Dua minggu setelah kenikmatan itu, sang ratu skincare kembali memintanya lagi.Perang batin melanda hatinya. Uang 50 juta dari Reni kemarin sudah dia gunakan. Untuk bayar UKT di kampusnya, bayar kos hingga 6 bulan ke depan, bayar hutang di warteg langganannya dan juga hutang ke Chikita.Bahkan kini, uang 50 juta itu hanya tersisa 1 juta saja.Sementara, panggilan untuk berlenggak-lenggok di catwalk pun sepi. Menghela napas tak berdaya, Rey pun kembali luluh.Tak lagi memikirkan harga diri, Rey pun memutuskan datang ke hotel yang telah disebutkan Reni tadi.Ting tong…2