Sungguh ironis, takdir memang tengah mempermainkan dirinya. Kebahagian yang baru saja ia dapat, ternyata hanyalah sebuah kepalsuan belaka, tak ada ketulusan di sana yang ada hanyalah kepura-puraan. Jadi kelahirannya ke alam semesta ini hanya untuk menjadi tumbal? Sungguh Dewa Agung yang kejam.
Sejak kecil dirinya selalu di kucilkan, hingga Gentala datang dan mengubah hidupnya. Namun semua itu tak berlangsung lama, sebab akhir hidupnya telah di tentukan dan itu akan terjadi beberapa hari lagi.
Bersamaan dengan kebenaran yang perlahan terungkap, dada Juan tiba-tiba terasa sakit, pandangannya mulai kabur. Namun dengan sekuat tenaga, ia menepis rasa sakit itu, dengan perasaan yang tak menentu, ia pun menarik tangan Sang Ibu, membawanya pergi dari tempat itu dengan segera.
Di sisi lain, Dewi Ayu mengutuk dirinya karena melupakan hal yang penting karena terlalu larut dengan masalahnya sendiri. Jika saja Sekar tak memperingati, mungkin ia akan melupakan tentang Bulan m
Hari telah berganti hari, namun tak ada yang bisa mereka lakukan, selama itu mereka tidak di izinkan untuk keluar termasuk Sekar. Terdapat penghalang yang kuat yang bahkan Dewi Ayu sendiri tak mampu menghancurkannya.Setiap hari, beberapa dayang akan mengirimi mereka jatah makan, namun hari ini tak ada yang mengirimi makanan sama sekali bahkan air setetes pun tidak.Bagi Juan dan Dewi Ayu, berpuasa sudah menjadi hal biasa, namun tidak bagi Sekar yang merupakan gadis biasa, beberapa hari kemudian, wajah gadis itu terlihat pucat nan lemas." Ibunda apa kita akan terus berdiam diri seperti ini? Jika terus seperti ini, Sekar mungkin tak akan mampu melewatinya. " Tanya Juan yang mulai cemas dengan keadaan teman masa kecilnya.Dewi Ayu terdiam, sejujurnya ia tak punya solusi apapun, tak hanya itu saja ia bahkan masih merasa takut terhadap putranya sendiri, sudah beberapa hari ini dirinya terus menghindarinya, ia yakin putranya pasti meny
Sebelumnya.Ling ling adalah orang pertama yang tersadar, matanya beberapa kali mengerjap, berusaha mengumpulkan kesadarannya, Ia terbangun seraya memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, ia pun mengedarkan pandangannya hingga pandangan nya mendarat pada sosok Gentala yang terbaring tak sadarkan diri dengan berlumuran darah di seluruh tubuhnya.Dengan mengumpulkan kekuatannya, gadis bermata sipit itu berjalan secara tertatih-tatih menghampiri Gentala, tangannya langsung memeriksa denyut nadinya. Ia pun langsung bernafas lega, karena nyawa Gentala masih baik-baik saja. Yah walau pun wajahnya sudah tak berbentuk lagi seperti dulu.Sebelum membawanya pergi, ia membangunkan terlebih dahulu teman-temannya yang masih tergeletak tak sadarkan di tanah. Namun sayangnya ia tak menemukan keberadaan Juan di mana pun.Beberapa hari kemudian. Gentala pun akhirnya tersadar. " Tuan, akhirnya anda s
Setelah mendengar penjelasan dari Gentala, mereka pun sepakat untuk kembali ke akademi Kancah Nangkub terlebih dahulu untuk meminta bantuan Yodha Wisesa, kecuali Ling ling dan juga Rengganis yang memilih untuk menemui ayah mereka.Tanpa menunggu lama, Ling ling langsung mengirimi mereka kabar bahwa ayahnya setuju untuk membantu. Tapi tidak dengan Rengganis, ayahnya menolak dengan keras rencana Gentala, sebab mereka akan di cap sebagai pemberontak. Tak hanya itu saja, gadis itu bahkan di larang keluar oleh ayahnya.Beruntung, sebelum mereka berpisah, Rengganis memberikan peta seluruh Istana kerjaan Nemu.Setibanya di Akademi, Gentala, Kerta Putra, Wulandari, Andara beserta Wuko di buat terkejut oleh pemandangan dari sebagian Akademi yang sudah hancur, terutama bagian menara terlarang yang menyimpan jasad Nayaka Gantari, membuat Gentala mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Kedua tangannya mengepal dengan erat, ia pun mengertakkan giginya, dirinya menjadi pe
Tanpa menunggu perlawanan dari Agri Brata, tangan Juan terus menusuk tubuh pria itu tanpa henti dengan pisau kecil di tangannya. Darah itu berceceran, wajah kuning Langsat nya kini telah di penuhi oleh bercak darah.Setelah memastikan bahwa pria di depannya sudah tak bernyawa, ia pun langsung berlari ke arah Rengganis yang terbaring di tanah dengan luka di sekujur tubuhnya." Rengga, apa kamu baik-baik saja? " tanyanya dengan nada cemas.Gadis itu terdiam sejenak, mengabaikan rasa nyeri di sekujur tubuhnya, Ia menatap wajah Juan yang penuh dengan bercak darah, karena tak ada satu pun bagian dari pakaiannha yang bersih ia pun menyeka darah itu menggunakan tangan putihnya yang sudah ia bersihkan terlebih dahulu. " Ya kurasa, tapi bisakah kamu memapah ku? Sepertinya kaki ku patah. " ucapnya di sela menyeka darah.Entah kenapa? Juan merasa bahwa Rengganis terlihat sangat lucu, ia pun terkekeh pelan, tanpa berkata apa pun, ia lang
" Kamu pikir, bisa membunuh ku dengan benda kecil itu? " ucap Agri Brata, menatap pisau kecil di tangannya, menggenggam erat benda itu hingga hancur lebur layaknya butiran debu, lalu meniupnya ke udara. Pria itu menyeringai, berjalan ke arah Dewi Ayu, tanpa aba-aba tangannya menarik rambut wanita itu hingga kepalanya mendongkak, di sampingnya sang Prabu berdiam diri, membiarkan istrinya di perlakukan kasar oleh Agri Brata. Tak ada raut apa pun yang tergambar di wajahnya, membuat siapa pun yang melihatnya menjadi kesal di buatnya, termasuk Juan sendiri yang merasa tak terima ibunya di perlakukan seperti itu. Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat, perasaan marah, kesal, kecewa, benci menjadi satu, tat kala melihat Sang ayah yang hanya berdiam diri saja layaknya sebuah patung. Tubuhnya gemetar menahan amarah yang menusuk dadanya, rasanya kakinya ingin berlari secepat mungkin dan memukul wajah m
Di saat kekuatan Gentala yang terus berkurang, tapi dirinya masih belum menemukan cara untuk menangani Agri Brata, sedangkan Juan, muridnya terlihat begitu kesulitan mengimbangi kekuatan adiknya.Pertarungan kakak adik itu terlihat sangat sengit, terutama pertempuran Widura yang melawan Hadiyata.Dung! Dung! Trak! Trak! Dung!Terdengar tabuhan genderang perang dari kejauhan. Kedua sudut bibir Gentala terangkat ke atas, seketika ia merasa bahwa kekuatan di dalam tubuhnya menjadi bertambah begitu banyak, ia pun kembali bangkit dan menyerang Agri Brata.Kali ini serangannya berhasil mengenai musuh wajah Agri Brata , meski hanya sebuah goresan di pipi, setidaknya serangan Gentala mendapat kemajuan. Ia pun menjadi sangat bersemangat.Menyadari bahwa Gentala berhasil melukai wajahnya, Agri Brata pun menjadi murka, ia pun berteriak dengan suara lantang, teriakannya begitu memekakkan semua telinga, termasuk Juan da
Selama ini Gentala selalu menganggap bahwa gadis itu adalah wanita yang baik dan juga pendiam, kebaikan dan kelembutannya membuatnya merasa bersalah karena tak bisa membalas cintanya.Setelah penolakan itu, ia pun bertekad untuk mencarikan pria yang pantas untuk berdiri di sampingnya, yang mampu menjaga dan membahagiakan nya.Akan tetapi, dirinya tak pernah menyangka bahwa gadis yang selama ini ia anggap sebagai perempuan yang patut di jaga, malah menusuknya dari belakang." Kenapa? " tanya Gentala dengan suara lirih.Tanpa memberinya jawaban, tangan Rengganis mencabut pisau di tubuh Gentala, menyeretnya ke tempat, di mana Dewi Ayu beserta Gusti Prabu Maheswara berada." Salam Gusti, saya Kirana telah menyelesaikan tugas dengan benar. " ucap Andara seraya berlutut di depan Gusti Prabu Maheswara.Tangan Gentala menekan kuat luka di tubuhnya, matanya mendelik tajam pada Andara." Apa anda Tuan Gentala? " tanya De
Dewi Ayu terdiam merenungi perkataan dari Gentala, " Baiklah akan aku putuskan untuk pergi dan menghentikannya. " putusnya." Anda yakin? Sangat sulit untuk menenangkan nya sekarang. Bahkan aku sendiri belum tentu bisa. "" Saya tahu, " ucapnya, " sebelum pergi, boleh kah saya berkata jujur pada mu tuan Gentala? " netra nya menatap lekat pada wajah Gentala yang semakin memucat.Gentala pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban." Silahkan. "" Sebenarnya beberapa hari kebelakang, saya sempat menghindari putra ku sendiri, karena perasaan takut padanya, sebab, sejak ia terlahir kedua, untuk pertama kalinya, dia seperti seseorang yang menyeramkan, bahkan menatap matanya saja saya tak berani, untuk itu saya sering mencari alasan agar tidak berbicara dengannya. " ungkapnya.Kepalanya menunduk, tanpa sadar dirinya telah menitikkan air matanya seraya menggigit bibir bawahnya. " Meski begitu, putraku tak pernah bertanya atau
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat