Reynard memeluk erat Abercio dari belakangnya saat anak itu meminta duduk di tepian kolam renang agar bisa melihat dengan jelas hamparan samudera yang seoalh tak berujung itu.Bersama mereka menikmati keindahan air laut yang berkilauan dari tebing-tebing besar dengan suasana yang syahdu penuh dengan kedamaian, karena letak resort Reynard, apalagi infinity poolnya yang jauh dari keramaian."Apa yang sedang mereka lakukan, Dad?" tanya Abercio sambil menunjuk ke arah lautan yang menampakkan aktivitas beberapa pria di sana.Dari tempat Reynard dan Abercio berdiri, orang-orang itu terlihat kecil, karena memang jaraknya lumayan jauh dari resortnya."Oh, mereka sedang surfing, Sayang. Kenapa? Kamu mau mencobanya?""Surfing itu apa, Dad?""Surfing itu berselancar. Salah satu olah raga air yang diminati beberapa orang, yang memanfaatkan dorongan dari gelombang air laut untuk bergerak dan, juga beratraksi di atas papan selancar mereka," jelas Reynard.Saat itu, gulungan ombak terlihat besar de
Reynard menatap sendu Abercio, suaranya sedikit bergetar saat mengakui, "Awalnya, Daddy berusaha memperbaiki diri Daddy menjadi pribadi yang jauh lebih baik, agar Daddy bisa layak mendapatkan Mommymu lagi. Agar Daddy bisa mengubah takdir Daddy dari kehilangan Mommymu. Daddy hanya percaya satu hal, Tuhan tidak akan mengubah hidup kita, kalau kita sendiri tidak mau mengubahnya.""Tapi sepertinya pendapat Daddy mengenai kita bisa mengubah takdir atau menciptakan takdir kita sendiri itu ternyata salah. Daddy sudah teramat sangat dalam menyebabkan luka pada Mommymu, hingga tidak dapat Daddy perbaiki lagi."Reynard terdiam sebentar, matanya semakin intens menatap mata Abercio, sementara suaranya semakin serak saat menambahkan, "Dan sepertinya Daddy tidak bisa menghindar lagi dari takdir yang harus Daddy rasakan, kehilangan wanita yang sangat Daddy cintai akibat dari perbuatan Dady sendiri.""Daddy payah!" keluh Abercio, seolah tidak memahami sama sekali keputusasaan Reynard itu."Astaga,
"Cio, kaki Daddy keram! Aargghh!"Melihat Reynard yang perlahan tenggelam, Evelyn pun menjadi panik."Rey!" teriaknya sebelum tanpa pikir panjang lagi langsung melompat ke dalam kolam dan berenang mendekati posisi terakhir Reynard terlihat.Dari sisi belakang Reynard, Evelyn memegang kuat-kuat tubuh Reynard dengan menyanggah bagian bawah leher Reynard agar tetap berada di atas permukaan air selama ia membawa Reynard ke sisi kolam."Ly ... Lepaskan aku!" perintah Reynard sebelum kembali tenggelam, bersama dengan Evelyn yang mulai kehabisan tenaga.Tidak butuh waktu lama untuk Evelyn bisa berdiri tegak dan menyanggah tubhuh Reynard lagi."Berpeganganlah pada bahuku Rey! Uhuk, uhuk!" Sambil terus terbatuk-batuk, Evelyn masih terus berusaha membantu Reynard, namun hanya mendapatkan dirinya kembali tenggelam bersama dengan pria itu. Mungilnya tubuh Evelyn tidak cukup kuat untuk bisa menyanggah tubuh besar Reynard."Mommy ... Daddy ... " isak Abercio."Panggil Om Marco!" perintah Evelyn se
Saat Reynard nyaris merenggang nyawanya di depan mata kepalanya sendiri. Seketika Evelyn dicekam rasa takut yang teramat sangat. Ya, ia takut kehilangan Reynard. Ia tidak siap kehilangan Reynard, dan tidak akan pernah siap kehilangan pria itu. "Apa kamu pikir aku juga tidak takut saat kamu membahayakan diri kamu sendiri demi menyelamatkan aku? Aku juga sama takutnya denganmu, Ly. Tolong, jangan bahayakan dirimu lagi demi apa pun, termasuk juga demi diriku," pinta Reynard. Nyaris berada di ambang kematian membuat Reynard Tidak ingin menyia-nyiakan hidupnya lagi, apalagi melepaskan satu-satunya wanita yang ia cintai, wanita yang telah ia lukai dengan sangat dalam. Di satu sisi Reynard sangat berharap waktu bisa diputar kembali, Reynard tidak akan melakukan apa pun yang akan menyakiti Evelyn, apalagi sampai membuat wajah cantik Evelyn berubah. Dan Reynard tahu, ia tidak akan bisa kembali ke masa lalu untuk mengubahnya. Karena mesin waktu yang akan membawanya ke sana tidak akan pernah
"Apa beberapa hari belakangan ini anda kurang tidur, Tuan Rey?" tanya dokter setelah selesai memeriksa Reynard sambil mengalungkan Stetoskop di lehernya."Hmm, bisa dibilang begitu," jawab Reynard.Bagaimana bisa Reynard tidur nyenyak dengan bermacam masalah yang tengah menimpa dirinya. Belum lagi kenyataan kalau dalam akhir bulan ini, Evelyn akan menikah dengan Keanu."Setelah anda pulang dari kantor, anda langsung renang?" tanya dokter itu lagi."Ya. Kenapa? Apa itu yang menjadi penyebabnya?""Kurang tidur, kurang istirahat juga. Dan bisa saya tebak, anda tidak melakukan pemanasan lebih dulu sebelum berenang, ya kan?"Setelah melihat anggukan pelan Reynard, dokter itu pun menambahkan,"Ya, besar kemungkinan itulah yang menjadi penyebab kaki anda kram, Tuan Rey.""Hanya karena kelelahan saja? Karena sebelumnya tidak pernah satu kali pun kaki saya kram.""Biasanya kram sering terjadi karena otot terlalu sering digunakan hingga lelah, otot menjadi tegang dan berkontraksi tanpa sadar.
"Daddy, apa Daddy tidak mau mencium pengantin Daddy? Aku akan tutup mata dan tidak melihatnya!"Setelah mengatakan itu Abbercio langsung menoleh ke arah lain dan menutup kedua matanya dengan tangannya. Mata Evelyn pun saling terkunci dengan Reynard.Tatapan Reynard terlihat tulus, dan Evelyn dapat merasakan gelombang panas yang tidak asing lagi untuknya, yang menjalar ke seluruh urat nadinya. Sesuatu yang hanya terjadi saat sedang bersama dengan Reynard saja. Hanya pria itu yang bisa membangunkan seluruh saraf Evelyn."Rey, jangan ... ""Jangan kecewakan putra kita!"Belum sempat Evelyn mengucapkan keberatannya, bibir Reynard sudah lebih dulu membungkamnya, lalu melumatnya dengan ciuman yang lembut namun perlahan semakin mendesak.Saat itu, terdengar langkah kaki Abercio yang meninggalkan mereka. Hanya tersisa Reynard dan Evelyn saja di sana. Abercio bahkan menutup rapat-rapat pintunya setelah melangkah keluar.Merasa lebih leluasa setelah tidak adanya Abercio di dekat mereka, bukan c
"Aku akan dengan senang hati menerimanya, sebagai penebusan dosa-dosaku padamu, Sayang. Dan Cio, aku yakin sekali kalau putra kita itu akan mengerti, dan malah akan memberikan dukungan tanpa batas padamu juga pastinya."Evelyn baru akan merespon bujukan Reynard itu ketika tiba-tiba terdengar keributan di luar pintu."Kenapa saya tidak boleh bertemu dengan tunangan saya sendiri? Kalian mau mati ya?""Ken ... Itu suara Keanu!" pekik Evelyn sebelum mendorong Reynard dan menghambur ke arah pintu. Reynard mengikuti di belakang wanita itu."Ken ... ""Lily? Kamu tidak apa-apa?" tanya Keanu dengan panik, pria itu mengusap lembut rambut basah Evelyn sebelum menariknya ke dalam pelukannya.Dengan isyarat tangannya, Reynard melarang anak buahnya yang akan mengusir Keanu lagi. Secara serempak mereka mengangguk sebelum akhirnya berlalu pergi."Aku khawatir setengah mati saat ada yang memberitahuku kalau kamu tenggelam tadi." Keanu menarik sedikit dirinya untuk menatap llekat-lekat Evelyn,"Kamu s
"Lily Hamil?" tanya Reynard dengan nada tidak percaya."Kemungkinan besar iya, mengingat intensitas penyatuan kami yang tidak pernah terlewat satu hari pun."Keanu menepuk pelan pundak Reynard saat menambahkan, "Tadinya aku akan meluapkan amarahku padamu karena telah menempatkan wanitaku dan calon anak kami dalam bahaya! Tapi aku mengurungkan niat aku itu, karena aku melihat dengan mata kepala aku sendiri, kalau Lily baik-baik saja."Keanu tersenyum puas saat melihat kening Reynard mengkerut dalam. Batin pria itu pasti sedang berperang sekarang, antara menerima Evelyn beserta dengan anak yang sedang berkembang di dalam rahimnya, atau melepaskan wanita itu.Kalau Reynard memang sangat mencintai Evelyn dengan tulus, pria itu pasti akan mau menerima Evelyn apa adanya. Tapi jika tidak, Keanu akan memastikan pria itu tidak akan pernah melihat Evelyn lagi, dan juga Abercio.Keanu telah melihat dan merasakan penderitaan Evelyn yang begitu hebat akibat dari perbuatan Reynard. Berat rasanya m
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak