"Bawa masuk anak itu ke kamar!" perintah Reynard pada Marco setelah mereka sampai di penthousenya. Ia ingin segera meminta penjelasan pada Zevanya. Kali ini, ia tidak akan membiarkan wanita itu mengelak lagi. "Aku punya nama!" keluh Abercio sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan dagu yang terangat tinggi dengan angkuhnya. Kenapa setelah bertemu dengan Reynard, Zevanya baru mengetahui kalau Abercio memiliki keangkuhannya sendiri, tidak jauh beda dengan Reynard. Like father like son! "Abercio, itu kan namamu?" "Daddy tidak bertanya kapan dan di mana aku lahir?" Tanpa sadar, Reynard juga melipat kedua tangannya di depan dadanya saat menjawab, "Tanggal lahirmu lah yang menjadi kode sandi ponsel Mommymu itu, benar?" "Aku juga sudah mengetahui tanggal lahir dan identitas Daddy," aku Abercio tidak mau kalah, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi, "Oh ya? Coba sebutkan." "Reynard Avraam, salah satu eksekutif muda yang sudah mulai menunjukkan taringnya sejak berusia
"Aaahhhhh ... F*ck!" teriak Reynard layaknya hewan yang tengah disembelih sambil menekan miliknya dalam-dalam, bersamaan dengan semburan pasukannya ke lubang kehangatan milik wanita yang berada di atasnya. Entah sudah berapa kali malam itu ia menyemburkan benihnya di dalam sana. Kenikmatan itu semakin meningkat saat Reynard merasakan miliknya terhisap kencang ketika wanita itu juga mencapai puncaknya. Tidak dapat melakukan apapun dengan kedua tangan dan kaki yang terikat, Reynard hanya bisa memejamkan matanya dalam-dalam, ia tidak bisa tidak mengabaikan kenikmatan yang sedang menerjangnya dengan sangat hebat itu. Lelah dengan pelepasannya, Reynard dapat merasakan miliknya yang terlepas dari gua kenikmatan saat wanita itu menarik diri dan menjatuhkan tubuhnya di samping Reynard dengan napas yang memburu, sama halnya dengan tarikan napas Reynard. Tidak ada permintaan maaf lagi yang keluar dari mulut wnaita itu, dan tidak ada juga umpatan serta makian Reynard seperti sebelumnya. Tida
Amarah Reynard semakin memuncak saat Zevanya masih juga terisak dan menundukkan wajahnya. Ia menutup jarak di antara mereka untuk mengguncang bahu Zevanya sambil terus menekan wanita itu untuk menjelaskan semuanya dengan sedikit ancaman, "Katakan, atau aku akan membuatmu menyesal karena telah terlahir ke dunia ini! Jelaskan, kalau kamu masih menginginkan Papamu hidup!" Saat itulah Reynard baru mendapatkan perhatian Zevanya sepenuhnya. Wanita itu menyatukan kedua telapak tangannya membentuk permohonan, "Jangan, Tuan. Aku mohon jangan libatkan Papaku." Papanya adalah kelemahan terbesar dalam hidupnya. Juga Abercio tentu saja. "Kalau begitu cepat katakan, sebelum kesabaranku habis!" Tidak memiliki pilhan lain lagi, Zevanya pun mulai menjelaskannya, "Satu-satunya orang tua yang aku miliki hanyalah Papaku. Satu-satunya keluarga yang menyayangiku. Tapi sebuah kecelakaan menyebabkan Papa mengalami koma, butuh uang yang tidak sedikit untuk pengobatannya. Dengan berkurangnya uang kami dan
Ternyata Vale meninggal di hari yang sama dengan tiga pria sialan itu menculiknya. Kalau memang tujiuan Zevanya menikahi Vale hanya karena menginginkan hartanya, berarti sialnya Reynard berada di tempat yang salah, hingga menjadi pria pengganti untuk mewujudkan ambisi Zevanya beserta keluarganya itu. "Jadi malam itu kamu memanfaatkanku agar bisa hamil dan mengakui anak itu sebagai anaknya Vale? Pantas saja aku langsung dibuang begitu saja seperti sampah! Kamu melakukan itu hanya supaya mendapatkan semua harta pria malang itu, ya kan?" raungnya. Ternyata itu alasan kuat mereka memberikan obat perangsang saat Reynard menolak menyetubuhi Zevanya. Hingga Reynard seolah tidak bisa mengendalikan dirinya, bahkan tidak mengenali dirinya sendiri saat itu. Yang menguasai dirinya hanyalah gairah dan gairah saja, melakukan sesuatu yang dapat meringankan pengaruh efek obat itu di tubuhnya. Seorang pewaris, itulah tujuan utama mereka. Dan kenapa mereka memilih Reynard? Siapa yang tidak kenal den
"Cio sudah tidur?" tanya Reynard saat pelayan yang ia tugaskan untuk menjaga Abercio membuka pintu untuknya. "Belum, Tuan. Anak itu selalu saja meminta saya mengantarkannya pada Mommynya," jawab pelayan itu, matanya tertuju pada Abercio yang tengah bersandar pada balkon kamar, entah apa yang sedang putranya itu lihat di kegelepan malam? Malam? Reynard bahkan tidak menyadari kalau hari sudah beranjak malam. "Apa dia sudah makan?" "Belum, Tuan. Sudah berkali-kali kami mengganti menunya dengan harapan ada yang menggugah selera makannya, namun tidak ada satu pun yang tuan muda sentuh, Tuan. Jangankan makan, bicara pada kami pun tidak. Sejak kedatangannya, Tuan muda hanya berdiri saja di sana, seolah kakinya terpaku di lantai." "Baiklah, tinggalkan kami. Dan tolong siapkan makan malam di kamar saya!" perintah Reynard tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari sosok mungil putranya. "Baik, Tuan!"' Dengan langkah pelan, Reynard mendekati Abercio, "Kenapa kamu tidak pernah mencari
Dengan langkah cepat Zevanya menuju meja tempat pisau buah berada dan meraihnya sebelum melangkah cepat ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Ia lebih memilih mengakhiri hidupnya daripada harus merasakan kesakitan itu. Belum lagi penjara yang sudah menunggunya. Entah berapa lama masa hukuman yang akan ia terima karena telah menyebab hilangnya nyawa suaminya. Dan meski hal itu terjadi tanpa direncanakan, tidak menutup kemungkinan juga Zevanya akan mendapatkan hukuman penjara seumur hidup, atau parahnya lagi hukuman mati. 'Apa yang aku bicarakan sekarang ini belum bisa dikatakan menakutkan. Apa yang bisa mereka lakukan, itu baru sangat menakutkan, Vanya. Sebisa mungkin, hindari membuat masalah dengan keluarga Avraam, terutama Avraam yang satu itu, Reynard. Kamu bisa saja terbangun keesokan harinya di tengah hutan belantara, menunggu salah satu hewan buas menemukanmu. Atau, kamu bisa terombang-ambing di tengah samudera, dimana kamu hanya memiliki dua pilihan saja, mati karena kelapara
"Jangan pernah memiliki niat buruk itu lagi. Kamu membuatku nyaris mati karena ketakutan saat melihat pisau itu. Aku tidak mau Cio melihatnya. Dengan kecerdasannya, pastinya Cio akan langsung menangkap maksud dari keberadaan pisau yang berada tidak jauh darimu itu."Ucapan Reynard itu semakin memperbesar rasa penyesalan Zevanya. Dampak buruknya pasti memang akan dirasakan tidak hanya papanya, tapi juga Abercio. Dan terutama Abercio, perkembangan mentalnya pastinya akan sangat terganggu.Cemas, sedih, dan juga ketakutan yang bercampur menjadi satu di dalam dirinya seolah menyedot habis energi Zevanya. Usahanya untuk melepaskan diri dari dekapan Reynard berujung sia-sia, karena tenaganya yang mulai melemah.Reynard memanfaatkan berkurangnya tenaga Zevanya dengan mengeratkan pelukannya. Tangan besar pria itu membenamkan wajah Zevanya di dada bidangnya,"Aku memang marah padamu, luar biasa marah. Aku bahkan ingin langsung mengirimmu bertemu dengan penciptamu saat ini juga!" Meski kalima
Sentuhan lembut bibir Reynard di bibirnya, menyadarkan Zevanya ke alam nyatanya. Kenyamanan dan kedamaian yang sempat ia rasakan sebelumnya kini berganti dengan gairahnya yang bangkit akibat dari lumatan bibir pria itu. Ditambah lagi dengan sentuhan tangan Reynard di bagian sensitifnya sambil menanggalkan satu-persatu pakaiannya, Zevanya tidak bisa diam begitu saja, ia pun mulai membalas lumatan Reynard dengan sangat rakusnya. Ia terlalu larut di dalam cumbuan itu, hingga perintah Reynard terdengar tegas, "Stop!" Lumatan Zevanya di bibir Reynard pun terhenti. Tubuhnya seketika menegang, batinnya bertanya-tanya kenapa Reynard memintanya berhenti di saat gairahnya sudah mulai meningkat tajam? Tapi saat air dingin yang menyembur ke tubuhnya terhenti, Zevanya baru menyadari kalau perintah itu bukan ditujukan untuknya, melainkan untuk menghentikan showernya. Hal itu diperkuat dengan lumatan bibir Reynard lagi di bibirnya sambil membopong dan membawa Zevanya ke tempat tidur. "Aku akan
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak