"Aku juga tidak tahu, Ken. Tiba-tiba saja Evelyn mengeluh sakit. Aku sudah memintanya untuk istirahat, tapi saat aku mencari petunjuk, Lily malah pergi begitu saja," jelas Reynard. Sambil menggeram marah, Keanu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang, "Periksa CCTV jalan M dan sekitarnya! Cari keberadaan Nona Lily!' perintahnya. Saat itu salah seorang pelayan melewati Reynard, dan Reynard menghentikannya, "Tunggu sebentar. Apa kau melihat tamu wanitaku?" tanyanya. Reynard tidak perlu menjelaskan detailnya seperti warna pakaian beserta aksesorisnya, atau ciri-ciri wajah Evelyn. Karena mereka semua tahu, hanya ada satu tamu wanita siang itu, Evelyn. "Oh iya saya lihat, Tuan Rey. Tadi Nona itu terburu-buru keluar melalui pintu belakang," jawab pelayan itu. "Kenapa kau tidak menghentikannya?" "Maaf Tuan saya tidak berani. Saya pikir, itu menjadi bagian dari permainan Tuan Muda. Saya tidak berani menganggu Nona itu. Tapi ... " "Tapi apa? Cepat katakan saja!" desak Reynar
Reynard mengusap lembut puncak kepala Abercio sambil menarik putranya itu ke dalam dekapannya. Padahal puncak kepala Abercio yang Reynard usap dengan lembut, tapi malah air mata anak itu yang berderai keluar, bersamaan dengan isakannya,"Dia Mommyku kan, Dad?" tanyanya lagi di sela isakannya."Sekarang Daddy yakin sepenuhnya kalau Tante Lily memang Mommymu, Sayang. Terlihat dari reaksinya saat melihat cetakan telapak kaki kita. Ditambah lagi, barusan Om Ken mengatakan kalau Tante Lily menuju makam kakekmu. alasan apa lagi yang membawanya ke sana selain ingin mencurahkan kesedihannya pada kakekmu itu," jawab Reynard dengan penuh keyakinan.Entah saat mengatakannya tadi Keanu sadar atau tidak kalau pria itu telah sedikit mengungkap identitas Evelyn. Atau memang sudah saatnya mengungkapkan jati diri Evelyn yang sebenarnya."Kenapa Mommy berubah, Dad? Kenapa Mommy bersikap seolah-olah tidak mengenaliku? Apa Mommy tidak sayang lagi padaku?" isak Abercio."Cio, apa kamu percaya kalau Mommym
"Kalau itu dapat membuat kalian bahagia, Daddy akan merelakannya. Meski Daddy tahu, Daddy akan menghabiskan sisa usia Daddy dalam kesedihan, karena telah kehilangan dua orang yang sangat Daddy sayangi melebihi apa pun."Abercio langsung memeluk erat Reynard, hati Reynard seketika hancur. Reynard pikir pelukan itu sebagai rasa terima kasih Abercio karena telah mengizinkan putranya itu tinggal bersama dengan mommynya lagi. Ia pikir ia tidak hanya akan kehilangan Zevanya saja, tapi juga Abercio.Namun ternyata Reynard salah, alih-alih senang, Abercio malah merengek sedih di dalam pelukannya,"Aku mau kita terus tinggal bersama, aku mau tinggal bersama dengan Mommy dan juga Daddy. aku tidak mau kita terpisah lagi. Aku mau bersama dengan kalian selamanya. Aku tidak bisa memilih satu di antara kalian, semuanya terasa menyakitkan untuk aku, Dad. Tolong, jangan meminta aku memilih salah satu dari kalian," pintanya dalam isakannya.Bukankah barusan Reynard merasakan hatinya yang hancur? Kini h
"Aku belum siap memberitahu Cio dan Rey kalau aku adalah Vanya, Pa. Karena aku sendiri belum bisa menerima diriku yang sekarang ini. Kalau aku saja belum bisa menerima diriku sendiri, bagaimana dengan mereka?" isak Evelyn sambil memeluk pusara papa Hector."Aku membenci diriku sendiri setiap kali aku menatap wajahku di cermin. Karena wajah itu bukanlah wajah yang selama ini aku kenal. Aku menatap diriku sendiri seperti aku sedang menatap orang lain, dan itu sangat menyiksaku, Pa. Aku ingin wajah yang menjadi identitas aku itu kembali, aku tidak menginginkan wajah yang lain!"Evelyn menangis tersedu-sedu. Baru kali ini ia bisa meluapkan semua kesedihannya yang selama ini ia pendam seorang diri, karena sebelumnya Evelyn ke makam selalu bersama dengan Keanu."Sekarang mungkin mereka telah curiga padaku, Pa. Bisa jadi Abercio mengarahkan teka-teki itu ke cetakan kaki kami bertiga sebagai kode kalau Cio sudah tahu kalau aku adalah Mommynya. Aku tahu betul Cio, Pa. Secara tidak langsung, an
"Kamu yakin Evelyn ada di makam Tuan Hector?" Keanu memastikan lagi informasi yang ia terima dari anak buahnya itu. "Ya, Tuan. Saya baru saja mengirim foto Nona Evelyn ke ponsel anda.""Baiklah, terus awasi wanita itu!" perintah Keanu sebelum mengakhiri panggilan teleponnya dan memeriksa pesan gambar yang anak buahnya itu kirim.Benar saja, Evelyn tengah bersimpuh di makam papanya itu. Dan sudah mengganti pakaian klasiknya dengan pakaian santai. Evelyn cukup pintar telah menutupi wajahnya dengan topi, entah topi siapa yang wanita itu kenakan, warnanya yang telah pudar menandakan usia topi tersebut.Sebelumnya Keanu merutuki dirinya sendiri karena telah memberitahu Reynard tujuan Evelyn. Sekarang pria itu pasti bertanya-tanya kenapa tujuan Evelyn ke makam Tuan Hector? Ada hubungan apa antara wanita itu dengan Tuan Hector?Dan kemungkinan terburuknya, Reynard sekarang sudah mengetahui kalau Evelyn adalah Zevanya. Tidak mau menambah masalah lagi untuk Evelyn, Keanu pun langsung menghub
Setelah peristiwa yang menyebabkan perang batin di dalam diri Evelyn kemarin, Pagi ini Evelyn telah memantapkan dirinya untuk mengungkapkan jati dirinya di depan Reynard, Abercio dan juga Dira. Ia telah sepenuhnya siap sekarang, tidak ada keraguan sedikit pun, apalagi keinginan untuk mengurungkan niatnya itu."Kamu sudah siap?" tanya Keanu yang entah sejak kapan sudah berada di dalam kamarnya."Tadi aku sudah berkali-kali mengetuk pintu, tapi tidak ada respon sama sekali darimu. Aku khawatir terjadi sesuatu padamu, atau kamu secara diam-diam melarikan diri, jadi aku langsung masuk, maaf," jelas Keanu, mungkin tidak ingin Evelyn salah paham padanya.Evelyn tersenyum lembut, ia terlalu asik dengan lamunannya hingga tidak mendengar ketukan pintu dan langkah kaki Keanu yang mendekat,"Tidak masalah, Ken. Toh sebentar lagi kita akan menikah. Lagipula ini rumahmu, mana ada tuan rumah yang minta izin masuk ke wilayahnya sendiri," kekeh Evelyn, ia berharap Keanu tidak menangkap kegugupannya.
"Kenapa Mommy belum datang juga, Dad?" tanya Abercio setelah lebih dari satu jam mereka menunggu kedatangan Evelyn.Meski kemarin Abercio dan Reynard nyaris tengah malam sampai di rumah, tapi pagi-pagi buta Abercio sudah lebih dulu bangun untuk membangunkan Reynard. Bahkan nyaris memaksa Reynard untuk segera mandi dan berpakaian rapi, karena takut Evelyn datang sementara mereka belum siap.Reynard mengusap lembut puncak kepala Abercio, putranya itu terlihat luar biasa rapi, hanya demi memberikan penampilan terbaiknya pada mommynya."Dengar, Cio. Jangan panggil Tante Lily dengan sebutan Mommy lebih dulu, sebelum Mommy benar-benar mengakui dirinya. Berikan ruang untuk Mommymu menjelaskan perubahan identitasnya itu. Dan bersikaplah seolah-olah kamu baru mengetauhinya saat itu," saran Reynard. "Iya aku tahu, Dad. Tapi tetap saja aku tidak sabar Mommy memeluk aku sambil menyebut namaku sebagai Mommy, bukan sebagai Tante Lily," desah Abercio sebelum memberengut dan bersandar pada sofa."Be
'Tidak sebelum kau mati!'Salah satu napi membenturkan wajah Zevanya ke dinding, lalu menjambak lagi rambut Zevanya sebelum dua napi lainnya meninju rahang Zevanya hingga terdengar tulang rahang, atau batang hidung Zevanya yang patah.Darah segar tidak hanya mengucur dari hidung Zevanya, tapi juga dari mulutnya. Pandangan Zevanya pun mulai berputar dan para napi itu belum juga selesai dengannya. salah satunya menghujamkan patahan gagang pel yang terbuat dari logam ke perut Zevanya sambil berbisik,'Berbahagialah di Neraka! Itu pesan dari Tuan Rey untukmu!'Zevanya terlalu sakit untuk berteriak, bahkan saat napi itu mencabut lagi patahan gagang pel tadi dan menghujam lagi di tempat yang sama. Ia pun ambruk seketika, ia mulai merasakan nyawanya yang telah meninggalkan raganya sedikit demi sedikit,'Saya tidak mau tahu. Dengan cara apapun, wanita itu harus mati!'Napas Evelyn tercekat seketika saat selesai menceritakan bagian penganiayaannya di lapas. Tatapannya langsung tertuju pada Rey
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak