“Ana.”Melvin langsung berlutut dan meraih tubuh sang istri, sedangkan Rihana memegangi perut sambil meringis.Lucyana awalnya puas bisa memberi pelajaran ke Rihana, tapi kemudian mulai panik saat Rihana memegangi perut dan merintih.Melvin begitu geram, hingga menatap tajam ke Lucyana.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan Ana dan bayiku, aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku!”Melvin meraup tubuh Rihana begitu selesai mengucapkan kalimat itu, kemudian membopong sang istri dengan cepat keluar dari kamar untuk membawanya ke rumah sakit.Lucyana begitu terkejut mendengar ucapan Melvin, hingga tubuhnya membatu dan hanya bisa memandang Melvin yang pergi meninggalkan dirinya.Melvin benar-benar panik, hingga berteriak memanggil Jhony agar menyiapkan mobil, kepanikan semakin merajai hati saat Rihana mencengkram erat jas bagian depannya. Dia menebak jika sang istri pasti kesakitan.“Vin.”“Bertahanlah, kita akan ke rumah sakit,” ucap Melvin sambil terus mengayunkan langkah menuruni
“Kenapa harus inap segala? Tadi dokter sudah bilang kalau janinnya baik-baik saja, jadi ga perlu inap juga.”Rihana protes karena Melvin memaksanya menginap di rumah sakit.“Ini demi kebaikanmu. Bagaimana jika sekarang baik-baik saja, tapi besok sakit?” Melvin tetap kekeh dengan pendiriannya.“Ya, tidak begitu juga,” balas Rihana.Bastian menatap kedua orangtuanya yang masih berdebat di UGD. Bocah itu menghela napas kasar, seolah dia sedang menghadapi anak-anak sedang berkelahi. Bastian keluar dari ruang pemeriksaan tanpa sepengetahuan Melvin dan Rihana, sebenarnya masih sedih karena mendengar penjelasan Rihana dan Melvin.Padahal dulu dia ingin sekali punya teman, tapi sekarang saat sang mama akan memberikannya adik, Bastian malah tidak senang dan merasa akan tersaingi.Bastian duduk di kursi selasar yang ada di depan UGD, ibarat orang dewasa yang sedang menghadapi banyak masalah, Bastian menghela napas berulang kali.Hingga saat bocah itu melamun, seseorang duduk di samping Bastian
“Tapi papamu benar-benar marah dan benci dengan oma, tampaknya dia tidak akan pernah bisa memaafkan oma,” ujar Lucyana yang terlihat frustasi.“Dicoba saja, Oma. Bas juga kalau salah, terus Mama marah, kadang mikir. Mama kayaknya ga bakal maafin Bas. Tapi, nyatanya Mama maafin juga, lalu peluk-peluk, terus cium-cium. Kata Mama, penting usaha dulu,” ujar Bastian memberi nasihan.Lucyana akhirnya bisa tertawa kecil dan tidak ditahan lagi, Bastian benar-benar bisa mencairkan suasana hatinya yang kalut karena bersitegang dan terus dibuat marah karena sikap Melvin yang mengabaikannya.“Apa kamu yakin, jika oma minta maaf, papa dan mamamu akan memaafkan?” tanya Lucyana lagi. Dia ragu, juga gengsi. Mana mungkin yang lebih tua, yang meminta maaf.Bastian mengedikkan kedua bahu, seolah tidak yakin juga.“Oma sudah bikin Mama sakit, Bas ga tahu juga apa mereka bisa maafin.” Bukannya memberi semangat, Bastian malah menjatuhkan mental Lucyana, padahal sejak tadi terus mendukung dan memaksa agar L
“Katanya ga boleh marah dan harus maafin, kok sekarang Bas yang marah?” tanya Rihana ketika melihat putranya itu diam dan tidak mau bicara lagi, setelah Rihana memberi maaf ke Lucyana.Ya, meski Lucyana meminta maaf dan tidak terlihat tulus karena tertutup gengsi, tapi Rihana tetap memberi maaf demi Bastian, sedangkan Melvin sendiri masih tidak percaya dan terus waspada juga curiga karena takut sang mama memiliki maksud tersembunyi.“Iya, tapi Bas masih mau marah,” kata Bastian sambil melipat kedua tangan di depan dada. Tingkah bocah itu memang sangat lucu.“Marah kenapa?” tanya Rihana mencoba membujuk dan mengajak bicara.“Mama sama Papa bohong, kenapa Bas ga dikasih tahu kalau mau punya adik? Bas belum mau punya adik,” ujar Bastian sambil mengerucutkan bibir karena marah.Rihan cukup terkejut mendengar ucapan Bastian, jadi sejak tadi diam karena marah akibat kehamilan Rihana. Sudah Rihana duga jika Bastian belum mau.“Bukan bohong, Bas. Mama juga baru tahu tadi pagi, serius.” Rihana
“Di mana aku mencari bukti itu?”Candra duduk di ruang kerjanya, memikirkan tentang tawaran yang diberikan Melvin. Dia tentunya kesulitan mencari bukti kematian yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.“Lagi pula, kenapa tiba-tiba Rihana ingin aku mencari tahu penyebab kematian Aprilia? Padahal sudah jelas kalau dia meninggal karena jatuh dari balkon,” gumam Candra berpikir dengan keras.Hingga suara ketukan pintu pun terdengar, Candra mempersilakan masuk dan sekretarisnya tampak masuk tergesa-gesa.“Ada apa?” tanya Candra saat melihat sekretarisnya datang dengan tab di tangan.“Anda harus lihat ini,” kata sekretaris.Candra terlihat gusar mendengar perkataan sang sekretaris, hingga dia melihat berita yang diperlihatkan di layar tab.“Ini berita tentang MH Group yang mengumumkan jika akan menanamkan modal ke perusahaan kita. Lalu, ini ….” Sekretaris Candra menggeser layar lalu muncul bagian lain. “Baru beberapa menit pengumuman itu muncul, saham kita perlahan naik, Pak.”Sekretaris
“Sudah berapa bulan kehamilanmu?” tanya Lucyana saat berada di ruang inap Rihana.Rihana melirik Bastian yang duduk di ranjang, dengan sesekali membuka mulut karena disuapi potongan buah oleh Lucyana.“Baru enam minggu,” jawab Rihana sedikit ragu. Dia masih waspada karena Melvin sendiri belum percaya ke Lucyana.“Hm … masih kecil, kamu harus menjaganya dengan baik,” ujar Lucyana, kemudian kembali menyuapi Bastian dengan belahan jeruk.Rihana melihat Lucyana yang menyuapi Bastian dengan begitu tulus, bahkan Bastian pun terlihat begitu senang dan tidak ada rasa takut sama sekali ke Lucyana.“Aku akan menjaganya dengan baik,” ujar Rihana.Lucyana menoleh ke Rihana, menyadari jika sejak tadi hanya diam dan tidak memakan buah yang dibawakannya. Sejak dia dan Melvin berdebat, putranya memang masih diam tapi juga tidak melarang Lucyana ada di sana.“Kamu tidak mau makan buah pemberianku, apa kamu takut aku meracunimu?” tanya Lucyana.Rihana terkesiap mendengar pertanyaan Lucyana, hingga Bast
“Aku lihat Index saham sudah naik, apa itu artinya kita tidak bangkrut?” tanya Meghan yang terlihat senang dan begitu lega. Dia langsung menanyakan ke Candra yang baru saja pulang. “Iya, karena MH Group mau membantu,” jawab Candra. “MH Group? Apa kamu memohon ke mereka?” tanya Meghan dengan ekspresi wajah tidak senang, dia jelas tahu siapa pemilik perusahaan besar itu. Candra melonggarkan dasi sambil memutar badan dan kini menatap Meghan, dia tahu jika istrinya memang tidak akan pernah menyukai Rihana. “Kamu pikir aku punya pilihan?” Candra menatap tajam Meghan. “Apa kamu sendiri tidak curiga, kenapa sejak kemunculan Rihana, hidup kita kacau? Apa kamu tidak berpikir kalau mungkin saja semua ini hanya akal-akalan saja agar kita tunduk kepadanya?” Meghan tidak terima jika mereka sampai berada di bawah Rihana. “Cukup! Cukup! Yang aku butuhkan sekarang mempertahankan perusahaan, bukan untuk memikirkan gengsi apalagi memikirkan segala kemungkinan di balik turunnya harga saham. Penurun
“Rihana sudah tidur?”Melvin baru saja menuruni anak tangga dan ingin ke dapur untuk membuat kopi karena harus lembur. Hingga dia berpapasan dengan Lucyana yang baru saja keluar dari kamar Bastian.“Sudah,” jawab Melvin dengan nada suara datar. “Apa Bas sudah tidur?” tanya Melvin kemudian sekadar basa-basi.“Ya, setelah aku menceritakan sampai tiga kali kisah koboi, dia baru tidur,” jawab Lucyana kemudian tersenyum bangga.Melvin tidak memperlihatkan reaksi apa pun. Lucyana pun masih sadar diri jika putranya itu tidak akan mudah memaafkan atau melupakan apa yang sudah dilakukannya dulu. Lucyana sendiri memaklumi dan tidak ingin memaksa Melvin atau Rihana untuk langsung mempercayai dirinya.Lucyana pun berjalan melewati Melvin untuk menuju kamarnya, hingga langkah terhenti karena ucapan Melvin.“Apa yang Mama katakan di rumah sakit itu benar?” tanya Melvin bicara sambil memunggungi Lucyana yang baru saja melewatinya.Lucyana membalikkan badan, menatap punggung Melvin dan balik bertanya
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C