Setelah semua yang terjadi, masalah demi masalah muncul dan membuat pikiran serta hati tak tenang, kini baik Rihana maupun Melvin bisa bernapas lega.Hari itu Rihana dan Melvin sedang duduk di atas alas yang dibuka di atas rumput, menatap Bastian yang sedang berlarian sambil menendang bola.“Aku sangat bersyukur kita masih diberi kesempatan duduk seperti ini, melihat anak kita berlarian begitu bahagia,” ujar Melvin sambil memeluk Rihana.Rihana duduk meluruskan kaki, bersandar ke Melvin yang duduk di belakangnya.“Hm … Meski banyak masalah yang kita hadapi, tapi akhirnya kita bisa mengatasi semuanya,” balas Rihana.Melvin memulas senyum, kemudian mengecup pelipis Rihana penuh kasih sayang.“Kamu sudah memutuskan mau pergi ke mana?” tanya Melvin kemudian.“Belum, yang jelas jangan terlalu jauh, kamu tahu kondisiku kurang baik, aku tidak bisa menempuh perjalanan terlalu jauh,” jawab Rihana.“Hm … coba nanti aku lihat, apakah ada tempat yang cocok untuk liburan dan menjadi tempat bermain
Mario berada di kantor dan sedang mengecek beberapa berkas karena Melvin tidak masuk. Ya, dia mencoba memahami kondisi Melvin dan seolah memberikan atasannya itu cuti menenangkan diri.Mario sedang fokus mengecek berkas, hingga ponselnya berdering dan nama sang mama terpampang di sana. Dia mengerutkan alis karena sang mama menghubunginya.“Halo.”Baru saja menyapa, suara sang mama terdengar meledak dari seberang panggilan. Mario terkejut sampai menjauhkan ponsel dari telinga dengan ekspresi bingung karena sang mama terlihat marah-marah.“Ada apa--” Mario hendak bertanya kenapa diminta pulang malam ini, tapi panggilan itu langsung diakhiri sepihak oleh sang mama.“Kenapa lagi kok mendadak diminta pulang,” gumam Mario keheranan sambil menatap ponselnya.Baru saja seperkian detik panggilan Sinta berakhir, ponsel Mario kembali berdering dan nama Monika terpampang di sana. Dia pun langsung menjawab panggilan dari Monika.“Halo.”“Mario, maaf.”Mario mengerutkan alis mendengar ucapan Monika
“Papa.” Monika terkejut melihat Candra ada di kantin.Mario langsung berdiri melihat Candra di sana, bahkan dengan sopan langsung membungkuk memberi hormat. Kadang merasa bersalah, dulu dia membantu Melvin menekan Candra, sekarang bagaimana bisa dia hendak menikahi putrinya.Candra berjalan mendekat, para karyawan yang ada di sana semakin berbisik dan bertanya-tanya ada hubungan apa antara Mario dan Monika.Monika terlihat salah tingkah, apalagi sang papa mendengar perkataan Mario.“Ada apa ini?” tanya Candra lantas menatap Mario dan Monika secara bergantian.“It-itu, Pa ….” Monika bingung harus bagaimana menjelaskan.“Saya ingin menikahi Monika, itu yang saya katakan,” jawab Mario dengan tegas.Monika melotot dan langsung menoleh Mario, dilihatnya pria itu tampak serius memandang ke Candra.“Menikahi?” Candra mengulang kata itu, seolah tidak percaya kalau Mario ingin menikahi Monika.“Mario, jangan bicara aneh-aneh,” bisik Monika sambil melirik Candra yang memandang Mario dengan eksp
Rihana, Melvin, dan Bastian baru saja pulang karena sudah siang dan taman pun mulai panas. Rihana baru saja turun dari mobil bersama Bastian dan hendak berjalan masuk rumah, hingga melihat taksi masuk ke halaman, membuat Rihana menghentikan langkah begitu juga dengan Bastian dan Melvin. Mereka memandang ke taksi yang baru saja berhenti, hendak tahu siapa yang datang. Cantika langsung pergi ke rumah Rihana setelah melihat Mark bersama wanita lain lagi. Sepanjang perjalanan ke rumah Rihana, Cantika berusaha untuk menahana air mata. Saat keluar dari taksi, Cantika langsung berlari ke arah Rihana. Rihana menatap Cantika yang terlihat sedih, hingga terkejut saat gadis yang sudah dianggap sebagai adiknya itu tiba-tiba memeluknya. “Ada apa, Tika?” tanya Rihana bingung. Bukannya menjawab pertanyaan Rihana, Cantika langsung menangis dan membuat Rihana maupun Melvin keheranan. Rihana dan Melvin saling tatap, hingga Rihana mengusap punggung Cantika lembut. “Ada apa? Kita masuk dulu dan bicar
Sesaat sebelumnya, di perusahaan Mark. Margaretha berjalan di lobi, menenteng tas branded menuju ke bagian resepsionis. Dia meletakkan tas mahalnya itu di atas meja resepsionis, melepas kacamata dengan gaya anggun, lantas mengulas senyum ke resepsionis yang menyambutnya. “Apa Mark ada di ruangannya?” tanya Margaretha dengan suara lemah lembut. “Bukankah Anda model terkenal itu? Anda Nona Margaretha?” tanya resepsionis itu terkagum-kagum. Margaretha semakin melebarkan senyum dan menganggukkan kepala. Dia menengok ke lift, lantas kembali menatap staf yang berjaga di bagian informasi itu. “Apa Mark ada?” tanya Margaretha lagi mengulang pertanyaannya. “Ada, beliau sedang tidak ada jadwal di luar,” jawab resepsionis sambil mengagumi wajah cantik Margaretha sebagai seorang model yang sedang naik daun. Margaretha kembali memakai kacamta hitamnya, lantas mengambil tas yang tadi diletakkan di atas meja. “Terima kasih,” ucap Margaretha, lantas melenggang menuju ke lift. Wanita itu naik
“Boleh aku menemuinya sekarang?” tanya Mark.Seharian dia berada di rumah Melvin, menunggu sampai Cantika mau menemuinya, bahkan mengabaikan pekerjaan dan dari siang sampai malam hanya menatap pintu kamar tempat Cantika berada.“Dia tidak mau menemuimu,” ucap Rihana.Mark mengusap kasar wajahnya, frustasi sebab Cantika tidak mau bicara kepadanya.“Kamu lebih baik pulang dulu, besok ke sini lagi dan coba bujuk dia bicara lagi,” ujar Melvin menjelaskan.Mark sudah menceritakan apa yang terjadi sebenarnya versi dirinya. Meski Melvin dan Rihana terlihat ragu, tapi dia sudah bicara jujur apa adanya.“Mana bisa aku pulang tanpa dia. Kalau aku tidak meluruskannya hari ini juga, aku takut dia seperti dulu, mendadak hilang dan pulang ke kampung,” balas Mark menolak ide Melvin.Melvin dan Rihana saling pandang, sebelum kemudian menatap Mark bersamaan.“Ya terserah kamu kalau mau di sini, kami mau istirahat dulu. Ini sudah sangat malam,” ucap Melvin karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh m
“Aku akan menikahi Cantika, segera.”Melvin langsung menyemburkan kopi yang baru saja masuk ke mulut, ketika mendengar ucapan Mark. Pagi itu mereka duduk bersama, termasuk Rihana dan Cantika.Rihana menatap Cantika, meski wajah gadis itu masih lumayan sembab karena kemarin banyak menangis, tapi dia pun melihat jika adiknya itu sudah tenang dan senang.“Kalian serius?” tanya Rihana yang tidak yakin.Baru saja kemarin keduanya bertengkar, apa mungkin bisa langsung berbaikan dan malah ingin segera menikah. Melvin pun memiliki pertanyaan yang sama dan sudah terwakilkan oleh Rihana.Cantika dan Mark menoleh kemudian saling tatap, hingga kemudian keduanya memandang Melvin dan Rihana yang sedang keheranan.“Ya, kami yakin,” jawab Cantika.Rihana melipat kedua tangan di depan dada, sebelum kemudian kembali berkata, “Nanti berantem lagi?”“Selama kalian tidak memercayai satu sama lain, menjaga hati satu sama lain, bahkan pernikahan pun tidak akan membuat kalian terhindar dari masalah. Jadi men
Lucyana duduk di sebuah restoran, menunggu seseorang yang hendak ditemuinya hari itu. Setelah menunggu beberapa menit, Sara dan kedua orangtuanya masuk ke ruangan Lucyana berada.“Maaf atas keterlambatan kami,” ucap ayah Sara.“Tidak masalah,” balas Lucyana kemudian mempersilakan Sara dan kedua orangtuanya duduk.Lucyana meminta pelayan untuk menyajikan menu yang sudah dipesannya. Atsmophere ruangan itu, tidak seperti biasanya saat mereka berkumpul, kini terasa hawa dingin yang sangat menusuk hingga ke tulang.“Kamu pergi ke Indonesia lumayan lama, apa sudah ada kepastian?” tanya ayah Sara membuka perbincangan.Sara melirik Lucyana, kedatangannya di sana bersama orangtua, memang ingin membahas masalah Melvin.“Melvin sudah menikah dan aku tidak bisa memaksanya untuk menikahi Sara. Hari ini aku menemui kalian, karena ingin meminta maaf akan hal ini,” jawab Lucyana dengan suara tegas dan tanpa keraguan.Sara sangat terkejut mendengar jawaban Lucyana, bagaimana bisa wanita itu berkata ma
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C