“Maaf, Pak Candra sedang tidak bisa diganggu.”“Kamu pikir siapa bisa menghalangiku? Aku masih istri sahnya, apa aku tidak berhak menemuinya, meski dia sedang sibuk?”Sekretaris Candra melaksanakan amanat dari sang atasan, tapi Meghan tidak terima sebab merasa dihalangi untuk menemui Candra.“Tapi Pak Candra yang meminta agar tidak diganggu,” ucap sekretaris itu mencoba menjelaskan.Meghan tidak terima, bahkan mendorong ke samping sekretaris Candra, lantas dia menyerobot mausk ke ruang kerja suaminya itu.“Bu.” Sekretaris Candra ingin mencegah, tapi Meghan sudah masuk terlebih dahulu.Candra ternyata sedang duduk diam dan merenung. Setelah bertemu Rihana dan tidak mendapatkan maaf dari anaknya itu, entah kenapa Candra merasa semakin bersalah. Hingga dia begitu terkejut saat pintu terbuka dan mendengar suara sekretarisnya memanggil seseorang.“Maaf, Pak.” Sekretaris Candra meminta maaf karena tidak bisa menahan Meghan.Candra membuat gerakan agar sekretarisnya pergi. Dia kemudian menat
“Tinggalkan Mario.” Monika langsung membulatkan bola mata lebar mendengar perintah itu. “Maaf, kenapa?” tanya Monika. Meski Monika bisa menebak siapa wanita yang mengajaknya bicara sekarang, tapi dia tidak mau bersikap gegabah. Terlebih langsung mengaku jika tidak ada hubungan dengan Mario. Monika melakukan itu, sebab Mario bercerita jika dia tidak akan menikah, sampai benar-benar menemukan wanita yang cocok dan sesuai kriteria. “Kamu tidak layak untuk Mario. Dia putraku satu-satunya, dia selalu mendapat perhatian dan tidak pernah kekurangan apa pun. Ya, meski dia malah lebih memilih susah payah bekerja. Tapi yang jelas, calon istrinya harus seorang wanita rumahan yang bisa memanjakan dirinya, bukan wanita karier sepertimu!” ujar wanita yang mengaku sebabai ibu Mario itu panjang lebar. Monika melongo mendengar ucapan wanita itu, hingga kini paham kenapa Mario berkata jika orangtuanya selalu menjodohkan dengan wanita rumahan. “Maaf, Tan … maksudku Nyonya. Jika memang diminta berpi
Pisau itu mengarah ke perut Rihana, dan siap menghujam wanita itu.“Mati saja kau bersama ibu sialanmu!” teriak Meghan dengan ujung pisau yang hampir menyentuh perut Rihana.Meghan tidak terima diusir oleh Candra. Dia semakin yakin jika suaminya itu memilih bersekongkol dengan Rihana untuk membuangnya, hanya agar bisa menyelamatkan perusahaan. Tentu saja Meghan tidak terima dan semakin menaruh dendam dengan Rihana yang memang sudah dibencinya sejak dulu. Kini dia memiliki kesempatan untuk balas dendam, membunuh Rihana agar hatinya tenang.Namun, sebelum ujung pisau itu menyentuh Rihana, pria yang bersama Rihana menggenggam pisau itu, membuat telapak tangannya terluka dan darah mengalir hingga jatuh ke tanah yang dipijak.Rihana begitu terkejut, sedangkan bodyguard yang sedang berlari menghampiri, akhirnya bisa membekuk Meghan.“Lepaskan! Dasar sialan! Kalian tidak tahu kalau dia itu wanita iblis!” teriak Meghan histeris.Pria yang menahan pisau untuk Rihana pun membung pisau itu, dara
“Ana.” Rihana menoleh dan melihat Melvin di sana. Suaminya tampak begitu panik dan mencemaskan dirinya. Melvin berjalan cepat, hingga langsung memeluk Rihana erat di depan banyak orang. “Vin.” Rihana begitu terkejut. “Syukurllah kamu baik-baik saja,” ucap Melvin begitu lega. Rihana terkejut karena Melvin di sana, sedangkan dia belum memberitahu suaminya itu. “Aku baik-baik saja,” balas Rihana. Melvin melepas pelukan, kemudian mengecek tubuh Rihana untuk memastikan. “Aku baik-baik saja, Vin. Serius, aku tidak terluka sama sekali,” ucap Rihana meyakinkan. Melvin menatap Rihana hingga kemudian menghela napas lega. Sampai tatapan Melvin tertuju ke pria yang duduk sedang mendapat penanganan dan tatapan pria itu juga bertemu dengan Melvin. Rihana menyadari ke mana arah tatapan Melvin, hingga kemudian menjelaskan. “Dia pria yang menolongku waktu itu. Kali ini aku juga kebetulan bertemu dengannya, saat kami keluar dari kafe sambil berbincang, Meghan menyerangku dan dia menghalau pisau
“Jangan berpikiran yang macam-macam. Tetaplah di rumah dan jangan berpikir untuk kabur,” ujar Melvin mencoba melepas dasi yang ditarik Rihana.Namun, bukannya melepas, Rihana malah merangkul leher Melvin hingga membuat tersentak. Wajah mereka begitu dekat, Rihana tidak akan melepas Melvin yang akan pergi dalam kondisi marah.“Kamu marah denganku karena Adnan?” tanya Rihana.“Kamu menyebut namanya seolah kenal begitu dekat dengannya,” jawab Melvin sambil menunjukkan rasa tidak senangnya.Rihana menahan tawa, jadi benar jika Melvin sebenarnya kesal karena ucapan Adnan.“Kamu cemburu?” tanya Rihana menggoda.Melvin mencebik karena digoda, hingga mendekatkan wajah dan membuat Rihana ingin mundur tapi tentunya tidak bisa.“Jika aku cemburu, kamu mau apa?” tanya Melvin yang sudah begitu dekat, bahkan hidung mereka sudah hampir bersentuhan.“Merayumu agar kamu tidak marah, karena kamu tahu jika aku tidak peduli dengan pria mana pun.” Rihana bicara sambil memainkan telunjuk di wajah Melvin.T
“Dia harus mati! Dia tidak layak hidup! Seharusnya aku membunuhnya saat dia masih kecil!”Meghan terus berteriak seperti orang gila. Dia tidak berhasil membunuh Rihana dan membuatnya frustasi sekarang. Polisi pun akhirnya memasukkan Meghan ke sebuah ruangan khusus, sebab wanita itu hampir menganiaya tahanan lain yang ada di kantor polisi itu.Melvin tiba di kantor polisi bersama Mario, di sana langsung bertemu dengan bodyguad yang membawa Meghan ke sana.“Di mana dia?” tanya Melvin ke bodyguard.“Sudah ditahan dan saya sudah membuat laporan. Tapi sepertinya dia mengalami gangguan mental, Tuan. Dia terus mengamuk, berteriak, dan bahkan hampir mencelakai tahanan lain,” jawab bodyguard.Melvin pun menemui petugas yang menangani kasus percobaan pembunuhan ke Rihana. Di sana Melvin mendapatkan keterangan yang sama dengan ucapan bodyguardnya.“Mari, saya antar untuk melihat tersangka.” Petugas polisi mengantar Melvin.Melvin berjalan di belakang petugas bersama Mario, hingga mereka berada d
“Bukan itu maksudku.” Cantika benar-benar merasa bersalah. “Tapi tidak bisakah kamu memberiku alasan, kenapa kamu mendadak ingin kembali ke kota?” tanya Cantika.Mark memutar badan, menatap Cantika dengan ekspresi datar.“Apa pun alasanku, apa itu penting buat kamu?” Pertanyaan Mark membuat perasaan Cantika semakin tidak karuan.“Bukan begitu, aku tahu sudah salah jika memintamu untuk kembali ke kota, tapi kupikir kamu tidak akan pergi secara mendadak seperti ini,” ujar Cantika mencoba menjelaskan.Mark tersenyum getir, sebelum kemudian menatap kembali layar ponsel dan hendak kembali mengayunkan langkah.“Tidak penting juga bagimu. Aku akan kembali dan tidak akan mengganggumu lagi, bukankah kamu juga tidak mau dengan pria bekas wanita lain. Ya, aku cukup sadar diri dengan memilih mundur, meski kamu memberiku kesempatan tapi sepertinya itu mustahil,” ujar Mark kemudian pergi meninggalkan Cantika.Cantika pun terdiam, menatap punggung Mark yang berlalu. Dia merasa bersalah karena sudah
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Asri sambil menatap bingung ke Cantika yang sudah berpakaian rapi di samping mobil Mark.Mark pun keheranan, sampai mengerutkan alis dan menatap bingung ke Cantika, sama halnya dengan Asri.“Aku baru dapat tawaran kerja di kota, Bu. Jadi aku akan ke kota. Nah, mumpung Mark mau balik kota, jadi aku mau menumpang,” jawab Cantika saat bicara ke sang ibu, tapi di akhir kalimat melirik ke Mark.Mark merasa aneh, begitu juga dengan Asri karena mereka juga tidak tahu kalau Cantika melamar pekerjaan di kota.“Memangnya bekerja di mana?” tanya Asri bingung.Cantika melirik Mark, lantas menjawab, “Jadi Baby sitter orang yang ngambekkan.”Dahi Asri semakin berkerut halus mendengar jawaban Cantika, sedangkan Mark terus menatap gadis itu seolah mulai tahu apa yang sedang dibicarakan.Cantika melihat Asri dan Mark yang malah melongo. Hingga akhirnya dia memilih mendekat kemudian berpamitan dengan Asri.“Doakan Cantika lancar di kota,” ujar Cantika.Meski bingung, tapi
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C