Hari ini, Ray memutuskan untuk menyelesaikan pusat utama dari permasalahan ini, yaitu dengan menemui Ali.Ray bersama dengan Juan akhirnya melakukan penyamaran juga, demi bisa sampai di sebuah kontrakan kecil yang ditempati Ali.“Ada apa kalian datang ke sini? Ingin mengancam aku karena telah membuat kekacauan?” tanya Ali saat Ray dan Juan memaksa masuk ke kontrakan Ali tanpa persetujuan yang punya kontrakan.“Aku hanya memperjuangkan hak aku! Aku juga seorang putra dalam keluarga Nugraha. Tapi lihatlah, aku hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil yang kumuh. Berjuang dan menghidupi diriku sendiri sejak ibuku meninggal.”“Apakah kalian tidak memikirkan itu!” teriak Ali yang bercerita sembari meneteskan air mata.Meskipun Ali telah mengambil langkah besar dengan melakukan perlawanan, bahkan harus membuat dirinya membongkar tentang siapa dia sebenarnya pada orang-orang yang ingin menjatuhkan Ray. Namun Aku tetaplah orang yang takut jika harus berhadapan dengan Ray.Meskipun Ali tahu bah
“Mengapa Anda masih terlihat marah sekarang, bukankah Ali sudah mengatakan kalau yang dia sukai adalah Maudy. Ali menyukai Tania karena membantunya dekat dengan Maudy, bukan dalam artian menyukai antara laki-laki dan perempuan,” ucap Juan memecah keheningan.“Aku tahu! Aku tidak marah karena itu,” jawab Ray, ia menghela napas dan fokus menetap ke depan.Hingga, Ray tiba-tiba menatap Juan. Ray teringat akan sesuatu. “Bukankah kau yang seharusnya marah sekarang?”“Marah? Kenapa aku harus marah?” Juan balik bertanya.“Kau tidak lagi menyukai Maudy? Bukankah kau tertarik padanya?” tanya Ray.Juan sempat diam beberapa saat, ia tampak berpikir dan kembali mengingat-ingat perkataan Ali. Jika memang Ali menyukai wanita yang juga disukainya, Juan tidak akan membiarkan itu.“Maksud Anda?” tanya Juan, “Ali menyukai Maudy dari Tim Marketing tiga?” tanya Juan terkejut.“Menurutmu,” decak Ray. “Memangnya Maudy siapa lagi yang akan dia sukai? Mereka berada di tim marketing tiga, sudah pasti Maudy y
Tania baru kembali dari rumah Maudy keesokan harinya. Rupanya sang sopir yang mengantar Tania lupa menjemputnya, dikarenakan masalah yang terjadi kemarin.Saat di perjalanan pulang, Tania cukup panik dan bertanya-tanya. Mengapa sopir tidak membawanya pulang ke rumah, melainkan ke rumah utama.“Saya hanya mengikuti perintah Tuan Ray, Nona,” jawab sang sopir saat Tania bertanya.“Apakah ada masalah di rumah utama?” tanya Tania yang pantang menyerah. Ia sampai memajukan tubuhnya agar bisa mendengar dengan jelas apa yang hendak dikatakan sang sopir.Tania tidak begitu penasaran, hanya saja Tania ingin tahu agar ia bisa menyiapkan diri. Setidaknya Tania tahu apa yang akan ia hadapi di rumah utama.“Saya juga tidak tahu, Nona. Yang saya tahu, di rumah utama sedang ramai orang-orang yang datang dari berbagai media untuk meminta klarifikasi pada Tuan Ray.” Tania kembali bersandar, apa yang dikatakan sang sopir membuat Tania menghela napas. Tadinya Tania ragu mengenai berita yang ia baca, nam
Karena sedang diliput media dari berbagai sisi, bahkan pada gerbang jalur khusus, juga sudah banyak orang-orang yang bersiap meliput, sehingga semua orang hanya bisa berdiam di rumah utama.Ray, Raka dan Nyonya Besar, semuanya hanya bisa diam di rumah utama. Mereka tidak bisa beraktivitas di luar karena terus diikuti. Ray juga harus menyelesaikan semua urusan perusahaan dari rumah, karena untuk bertemu Juan pun, ia tidak bisa.Dewi, orang yang membuat berita semakin melebar luas, akhirnya mencapai langkah pertama yang ia inginkan, tinggal di rumah utama.Sedangkan Tania, ia tidak punya pilihan lain karena Ray yang memaksanya untuk tetap berada di rumah utama dan melakukan tugasnya. Karena itulah, Ma Cee dan semua asisten rumah di tempat tinggal mereka sebelumnya, harus ikut kembali ke rumah utama.“Dewi sayang, bukankah sekarang waktu yang bagus untuk pergi ke klinik kecantikan dan melakukan perawatan,” ujar Nyonya Besar yang tidak lain adalah ibunda Ray.“Benar Bunda, sayang sekali k
“Apa maksudmu, Kak Ray?” Raka balas menarik kerah baju Ray. “Bukankah sudah kukatakan, aku menganggap Kakak ipar sebagai kakakku sendiri, lebih dari sekedar Kakak ipar biasa. Aku membawanya ke kamarku karena ada hal yang ingin aku katakan padanya, hal yang tidak seharusnya dibicarakan di luar dan didengarkan oleh selingkuhan Kak Ray.”“Jaga mulutmu, Raka! Aku tidak selingkuh. Kau tahu itu!” geram Ray semakin kesal.“Lalu, harus aku sebut apa kau dan Mak Lampir itu? Pasangan romantis antara mantan istri?” Ray dan Raka semakin memanas. Mereka saling menatap geram dengan tatapan tajam yang tidak sedikit pun teralihkan. Cengkraman mereka pada kerah baju masing-masing semakin mengerat.“Ray, sudahlah-” Tania mencoba mendekat dan menari Ray dari Raka, namun Ray hanya mendorongnya menjauh.“Jangan ikut campur!” geram Ray tanpa sedikit pun melirik Tania.Tania yang semakin kebingungan beralih pada Raka, berharap Raka bisa mengalah, sehingga perseteruan mereka terhenti. Namun, Raka juga melak
“Ray, ada apa? Mengapa kau harus bertengkar dengan Raka?” tanya Dewi yang berusaha menenangkan Ray.Ray hanya mendengus, menjauh dari Dewi dan duduk di kursi kerjanya. Saat ini mereka sedang berada di ruang kerja Ray.“Ray, mengapa kalian bertengkar. Ini baru kali pertama aku melihat kalian bertengkar, apakah tidak bisa lagi dibicarakan secara baik-baik sampai harus bertengkar segala?” Dewi terus mendesak Ray agar mengatakan padanya, alasan mengapa Ray dan Raka bertengkar.“Maaf, aku harus mengatakan ini. Tapi, kamu bertengkar di hadapan kekasih Raka. Apakah kamu tidak kasihan padanya, dia tampak kebingungan hingga berteriak-teriak.” Dewi berjalan mendekati Ray, namun Ray segera mengangkat tangannya dan menyuruh Dewi menjauh.“Diam saja jika kau tidak tahu apa-apa!” ucap Ray tegas.Dewi memutar matanya, entah sampai kapan Ray akan terus memperlakukannya sebagai orang lain. Bukan hanya sekarang, tapi sejak dulu Ray tidak pernah memberi kesempatan pada Dewi untuk mengetahui tentang diri
“Aku tidak penasaran dan juga tidak ingin tahu!” Ray mengabaikan Dewi, ia lanjut membuka pintu.“Aku keguguran!” teriak Dewi yang berhasil menghentikan langkah Ray. “Aku keguguran, aku-”“Aku kehilangan bayi kita,” ucap Dewi dengan berlinang air mata. Ia selau meneteskan air mata jika mengingat itu.Beberapa bulan sebelum mengajukan gugatan cerai, Dewi harus berjuang sendirian di rumah sakit. Ia melakukan perawatan pasca keguguran, dan juga menyembuhkan hatinya yang begitu remuk mendapatkan kabar itu.Dewi baru mengetahui tentang kehadiran seorang anak dalam kandungannya, namun saat itu ia juga sudah kehilangan calon anaknya itu. Hal yang sangat dinantikan Dewi.“Kau tidak tahu ‘kan kalau aku tengah mengandung dan kandungan aku begitu lemah, hingga calon anak kita tidak bisa bertahan,” lirih Dewi berucap.“Aku… rasanya aku akan gila saat mengetahui itu Ray. Namun aku mengalami semua itu sendirian, aku menyimpannya sendirian tanpa ada yang tahu, bahkan Ayah dan juga ibuku.”“Aku pikir,
“Kakak ipar, aku rasa hubungan kalian tidak akan berjalan lancar, maaf karena mengatakan ini,” ujar Raka. Saat ini Raka menemani Tania berjalan-jalan di sebuah Mall. Raka bermaksud menghibur Tania setelah mereka tanpa sengaja mendengar pembicaraan Ray dan Dewi. “Sejak awal kita memang tidak memiliki hubungan yang serius, Raka. Ini hanyalah sebuah permainan, permainan akan sampai di titik akhir dimana pemainnya akan bosan dan tidak lagi bermain.” “Kakak ipar, mengapa mengatakan itu. Kak Ray tidak sedang mempermainkan Kakak ipar, aku tahu itu. Aku sudah mengenal Kak Ray sejak dulu,” balas Raka. “Kau tahu, Raka. Aku bahkan masih belum tahu, untuk apa kakakmu itu menikahi aku, diantara banyaknya wanita hebat yang berkeliaran di dekatnya,” ujar Tania. Raka menatap Tania, perasaannya jadi bimbang. Haruskah ia mengatakan pada Tania perihal apa yang mereka ketahui, atau membiarkan waktu berjalan hingga Tania tahu sendiri. “Seharusnya Kak Ray yang melakukan itu, bukan aku,” batin R
“Tania,” tegur Ray saat Tania tidak memperhatikannya.“Iya, ada apa sayang?” tanya Tania. Ia keasikan bertukar pesan dengan Maudy, membuat Tania tidak memperhatikan apa yang dikatakan Ray.“Kamu dengar tidak apa yang aku katakan?”Tania kebingungan, ia bahkan tidak ingat kalau Ray berbicara sesuatu padanya. Namun untuk menyelamatkan dirinya, Tania hanya mengangguk pelan, tampak jelas kalau ia sendiri ragu.“Coba jelaskan ulang apa yang aku katakan tadi.”Tania jadi diam seribu bahasa, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia bahkan tidak tahu apa saja yang dikatakan Ray.“Kau tidak tahu ‘kan.” Ray menyentil dahi Tania, membuat Tania meringis.“Sayang,” rengeknya, mengusap dahinya.“Makanya kalau aku bicara itu dengarkan. Jangan hanya fokus pada ponselmu. Jika kau terus seperti ini, aku akan mematahkan ponselmu.”Tania langsung meletakkan ponselnya di meja. Ia tersenyum menatap Ray, seolah bersikap manis. Menunjukkan bahwa dirinya akan berperilaku baik.“Apa yang tadi kamu katakan, sayan
Tania merasa aneh, Juan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Juan seolah menghilang begitu saja. Ray juga tidak pernah membahas tentang Juan, bahkan saat Tania bertanya, tidak ada yang memberikan jawaban.“Sayang, aku tidak pernah lagi melihat Juan. Apakah dia sakit?” tanya Tania pada suaminya, Ray.“Tania, sudah berapa kali aku katakan. Jangan pernah membahas tentang laki-laki lain. Aku tidak suka,” jawab Ray, mendengus kesal. Iya bahkan melepaskan pelukannya dan menatap Tania tajam.“Aku ‘kan hanya bertanya karena khawatir, lagipula dia sahabat kamu ‘kan.”Tania bergumam pelan, namun masih bisa didengarkan oleh Ray. Hal itu membuat Ray semakin kesal.“Sayang, kamu marah?” Melihat Ray yang langsung memutar tubuhnya, berbaring membelakangi Tania, membuat Tania menyadari kalau Ray benar-benar kesal. Tania lalu memeluk Ray dari belakang. Tania tidak bisa membiarkan Ray kesal, karena itu bisa berdampak pada hal lainnya juga. Jadi kunci segalanya berjalan baik adalah membuat
“Sayang, lihat bukankah ini sangat lucu.” Tania yang antusias, jadi terkejut saat melihat bukan Ray yang ada di sebelahnya.“Iya, itu menggemaskan, cocok untuk Rose,” jawab Juan dengan senyuman tulus yang ia tunjukkan.“Di mana, Ray?” tanya Tania yang langsung menyadari ketidakhadiran Ray di dekatnya.Tania mengedarkan pandangan matanya, mencari keberadaan Ray. Namun, Ray tidak ada di mana pun. Saat ini hanya ada Tania dan juga Juan.“Mau ke mana? Bukankah kau ingin melihat pakaian untuk Rose?” Juan menarik tangan Tania yang hendak pergi. Hal itu membuat Tania menatap Juan heran, ini kali pertama Juan bersikap seperti ini.“Lepaskan.” Tania menarik tangannya yang digenggam oleh Juan.Tania benar-benar merasa tidak nyaman di dekat Juan. Tania merasa ada yang mengganjal dari sikap Juan. Dia tidak seperti biasanya.“Ray harus kembali ke kantor, karena itulah aku yang menemani kamu di sini,” jelas Juan.“Mengapa dia tidak mengatakannya padaku?” protes Tania, seharusnya Ray mengatakannya p
Tani duduk dengan gelisah di atas tempat tidur, ia tidak bisa turun atau bahkan meninggalkan tempat tidur tanpa izin Ray. Kecuali jika Tania sanggup menerima hukuman dua kali lipat, maka ia bisa bebas membangkang.“Dia kemana sih,” gerutu Tania, kesal. Ray sudah pergi sejak tadi dan belum kembali juga. Padahal Ray mengatakan kalau ia tidak akan lama.Karena penasaran, Tania akhirnya memberanikan diri untuk membangkang. Ia harus turun ke bawah dan melihat apa yang terjadi.Tania merasa tidak bisa tenang. Ia sangat yakin kalau Ray dan Juan akan menghukum pengawal dan mungkin juga asisten rumah. Padahal ini tidak ada hubungannya dengan mereka, semua ini murni kesalahan Tania. “Jangan sampai mereka menghukum orang yang tidak bersalah,” gumam Tania pelan.Dan seperti dugaan Tania, saat ia sampai di bawah. Juan sedang mendisiplinkan para pengawal dan seluruh asisten rumah, termasuk Ma Cee. Tania segera menghampirinya, meskipun harus dengan tertatih-tatih karena kakinya yang sedang sakit.
Rapat sedang berlangsung saat telepon Juan terus berdering, sehingga ia terpaksa meninggalkan rapat.Juan mulai curiga saat melihat banyak panggilan tidak terjawab dari telepon rumah, pengawal dan sekarang telpon dari Ma Cee menggunakan nomor pribadinya. Biasanya Ma Cee tidak menggunakan nomor pribadinya untuk menelpon.“Ada apa Ma Cee?” tanya Juan.“Nona Tania … Nona Tania tidak sadarkan diri, Nona Tania terluka, kakinya terluka dan mengeluarkan banyak darah.”Jantung Juan terasa berhenti berdetak mendengar suara ketakutan Ma Cee. Dalam keadaan darurat apa pun itu, Ma Cee biasanya selalu tenang. Namun, sekarang terdengar jelas suara Ma Cee yang bergetar disertai napasnya yang memburu, menunjukkan dengan jelas betapa takut dan khawatirnya Ma Cee.Juan memutar tubuhnya menatap pintu ruang rapat. Jika ia memberitahukan pada Ray sekarang, maka rapat akan terhenti dan semuanya harus ia susun kembali dari awal. Namun jika Juan tidak memberitahukan pada Ray sekarang, maka Juan tidak bisa me
“Apakah kamu ingin ikut ke kantor?” tanya Ray. Tania yang baru bangun dibuat terkejut dengan pertanyaan Ray. Yang benar saja, bagaimana mungkin Tania tiba-tiba muncul di kantor setelah semua yang terjadi. “Tidak, aku di rumah saja,” jawab Tania cepat.“Aku takut jika kau akan bosan di rumah,” ujar Ray, berjalan mendekati Tania yang masih duduk di tempat tidur.“Sudah tidak ada Rose yang akan mengganggumu,” ujar Ray lagi, mengusap wajah Tania yang memerah.Rose kembali ke luar negeri untuk melanjutkan akademik. Sebelumnya Rose memang tidak dikeluarkan, sehingga ia masih terdaftar sebagai siswa di sana. Meskipun berat, Tania tidak punya pilihan lain selain melepas Rose. Lagipula itu juga permintaan Rose yang ingin kembali belajar dan bermain bersama teman-temanya.“Aku bisa pergi ke pantai yang di depan rumah, apakah boleh?” tanya Tania.“Boleh, pergilah bersama asisten rumah dan beberapa pengawal.”“Ray,” ujar Tania memelas. Tania tahu, hubungannya dengan Ray sudah berubah, bukan l
“Ray, apa yang kamu lakukan? Aku tidak membutuhkan semua ini.” Tania menatap Ray yang seolah tidak merasa bersalah. Padahal Ray sudah benar-benar kelewatan. Bagaimana tidak, Ray membeli semua barang yang di sentuh Tania.Bukan hanya barang yang disentuhnya, Ray bahkan membeli setiap barang yang dilirim Tania. “Kamu tidak akan membeli seluruh isi mall ini ‘kan?”“Mall ini milik aku. Kamu ingin memilikinya? Aku bisa menggunakan namamu sebagai pemilik mall ini, juga menggunakan namamu sebagai nama baru mall ini.”“Sepertinya mall ini memang perlu pembaruan.”Tania sampai terdiam mendengar apa yang dikatakan Ray. Yang benar saja. Bagaimana bisa Ray dengan mudahnya mengatakan itu.“Apalagi yang kamu inginkan?” tanya Ray, sedangkan Tania masih bungkam dan hanya menatap Ray dengan kedua matanya yang berkedip-kedip.“Seharusnya Rose ikut bersama kita. Dia pasti ingin membeli banyak mainan,” ujar Ray lagi.Rose memang tidak ikut bersama mereka. Ia pulang dengan asistennya setelah Rose tertid
“Ray,” panggil Tania.“Hm,” jawab Ray.“Aku benar-benar tidak terbiasa dengan semua ini. Bisa lepaskan aku?”Tania berusaha melepaskan lilitan tangan Ray di tubuhnya. Ia masih tidak terbiasa dengan perubahan secepat ini. Sekarang mereka akan benar-benar menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri. Bukankah itu melegakan. Tania tidak perlu lagi merasa takut dengan segala kemungkinan yang tidak pasti.“Aku merindukanmu, Tania,” bisik Ray lirih. Suaranya begitu pelan hingga membuat Tania merinding mendengarnya.“Tapi, ini sudah siang, Ray. Kita harus menjemput Rose, dia pasti sudah mencari aku.”Ray tidak menjawab, ia masih nyaman dalam posisinya. Mencari kehangatan dari tubuh Tania. Terus merapatkan tubuhnya, membuat kulit mereka saling menempel tanpa penghalang.“Ray. Kau tidak lupa dengan Rose ‘kan?”“Tidak, sayang.” Ray segera bangun. “Dia putri aku, bagaimana bisa aku melupakannya.”Ray segera bangun, ia harus membersihkan diri sekarang. Ini kali pertama ia bangun telat. Sekar
Tania duduk termenung, mendengar semua perkataan Raka membuat Tania semakin bimbang. Apakah keputusannya untuk berpisah sudah benar atau tidak.Tania menatap kosong ke depan, ia tidak menyangka kalau Ray akan seserius ini. “Ayah, apakah Rose sudah tidur?” tanya Tania. Ia menelpon Ayahnya, berharap bisa mendapatkan solusi setelah berbicara dengan Ayahnya.“Dia sudah tidur sejak tadi, sepertinya dia kelelahan.” “Bagaimana denganmu, Nak? Apakah kau akan menginap di sana?”Tania diam. Sekarang sudah pukul sembilan malam. Hanya Tania sendirian di sini. Raka dan Ali sudah pergi. Ma Cee dan para asisten rumah sudah berisitirahat sembari menunggu Ray kembali.“Ayah, bagaimana ini?” “Nak, tetapkan pilihanmu. Ayah akan selalu mendukung kamu apa pun pilihan yang kamu putuskan. Namun, kamu harus ingat. Terkadang kita terlalu sering mencari kesalahan pasangan kita, hingga kita tidak menyadari segala kebaikannya.”“Meskipun Ayah mengatakan kalau Ayah mendukung kamu apa pun itu keputusan kamu, na