Hari ini, semua asisten rumah diberi waktu untuk berlibur. Mereka meninggalkan rumah bersama dengan Ma Cee yang berat hati meninggalkan Tania. Namun ia tidak punya pilihan lain karena itu perintah Ray.Yang tersisa di rumah hanya ada Ray dan Tania. Juan harus menyelesaikan pekerjaan yang ditinggalkan Ray.“Bersihkan semuanya, aku tidak ingin ada debu sebutir pun,” ujar Ray, ia duduk menatap Tania yang sudah siap dengan alat pembersih.“Baik,” jawab Tania patuh, ia mulai membersihan dengan tatapan tajam Ray yang terus mengawasinya.“Kau bahkan lebih memilih melakukan perintahku daripada meminta maaf dan beristirahat, Tania,” geram Ray kesal melihat Ma Cee yang hanya mematuhinya.Bermain-main yang dimaksud Ray ialah memberikan hukuman pada Tania. Hukumannya ialah membersihkan seluruh bagian rumah.“Bersihkan semua hiasan itu, lap satu persatu hingga tidak ada debu yang menempel,” ujar Ray menunjuk sebuah lemari kaca besar yang berisi ratusan hiasan-hiasan kecil, yaitu motor mainan yang
“Raka!”“Ada apa? Mengapa begitu terkejut melihatku.”“Apakah karena aku jadi lebih tampan darimu? Atau, karena sesuatu yang lain?”Pria itu berdiri menatap Ray, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Dari penampilannya, ia jelas berbanding terbalik dengan Ray.“Bukankah kau seharunya menyambut tamu dengan baik. Aku datang sebagai tamu sekarang, jadi tolong sambut aku.” Pributu berjalan menuruni tangga, membuat Ray menutup pintu kamar dan mengikutinya. “Kemana perginya orang-orang, rumah ini terlalu sepi untukmu yang harus selalu dilayani,” ujar pria itu lagi.“Untuk apa kau datang ke sini? Apakah kau membuat masalah lagi?”Ray menarik pria itu, menghentikannya yang terus berjalan mengitari rumah. Ia seolah memeriksa bagian interior rumah.“Di mana Ma Cee? Biasanya dia akan menyambutku dengan sebuah pelukan, tapi dia bahkan tidak terlihat. Bukankah dia ada di rumah ini?” Pria itu tidak menghiraukan pertanyaan Ray.“Mereka sedang menjalankan libur sehari.”“Jawab pertanyaank
“Kak Tania.”Suara teriakan yang menggema membuat Tania langsung menutup telinga. Semua orang kini menatapnya karena ulah Ali.“Ali, apa yang kau lakuan.” Tania segera menghampiri Ali dan memukul pundaknya.“Kau membuat aku malu, ayo masuk.”Saat ini mereka berada di depan gedung tinggi yang begitu megah. Tempat dimana banyak orang menaruh harapan untuk melanjutkan hidup dan menikmati semua fasilitas yang diberikan.“Kak Tania, aku merindukanmu. Kau sudah tidak masuk bekerja selama dua hari, katanya Kak Tania sedang sakit, apakah itu benar?” Ali terus bertanya pada Tania, mengikuti setiap langkah kaki Tania kemanapun ia bergerak.“Aku baik-baik saja, Ali. Aku hanya sedikit tidak enak badan,” ujar Tania.“Benarkah? Tapi dari wajah pucat Kak Tania terlihat jelas kalau Kak Tania belum sepenuhnya sehat,” tegur Ali.Seharusnya Tania memang masih beristirahat di rumah, namun ia sudah memutuskan untuk kembali bekerja karena sudah libur dua hari berturut-turut dengan alasan sakit. Tania haru
“Tania, kau dipanggil Pak Ray untuk menghadap padanya.” Mami yang baru saja kembali setelah melakukan rapat, membawa kabar mengejutkan bagi anggota Tim 3.Tania yang tidak biasanya berurusan dengan atasan tiba-tiba dipanggil oleh Ray yang merupakan presiden direktur. Hal itu tentu saja membuat teman-teman yang lainnya menatap cemas pada Tania.“Tania, apakah kau melakukan kesalahan sampai harus menghadap pada pria kejam itu?”“Kesalahan seperti apa yang sudah kau lakukan, Tania?”“Tania, kau baik-baik saja? Apakah kau bisa pergi sendiri?”Celetukan-celetukan teman Tania tidaklah membuatnya takut. Ia hanya berpikir keras, kegilaan seperti apa lagi yang akan dilakukan Ray.Tania tahu, Ray sedang merencanakan sesuatu. Melihat Ray yang menyeringai saat melihatnya adalah suatu hal yang harus dicurigai. “Tania,” panggil Mami tegas, membuat Tania langsung menatap Mami.“Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa kau menjadi topik utama pembahasan pada saat rapat?” tanya Mami, menatap Tani
Tania berjalan dengan cepat menuju ruang kerja Ray, pikirannya penuh. Apa yang sebenarnya Ray rencanakan.“Selamat datang Nona Muda, apakah Anda ingin bertemu dengan Tuan Ray?”Juan menyambut Tania di depan pintu, membuat Tania menatapnya kesal. Ia tersenyum lebar seolah sudah tahu tujuan Tania datang ke sana.“Apa yang sedang kalian rencanakan?” tanya Tania, menatap tajam pada Juan.“Apa maksud Anda, Nona. Saya tidak mengerti,” ujar Juan berpura-pura tidak tahu apa pun.“Tidak perlu beralasan, aku tahu semua ini adalah ulahmu.”Ray memang selalu merencanakan banyak hal, namun Juan yang akan selalu merealisasikan itu. Karena itulah, sangat mustahil jika Juan tidak terlibat dalam segala hal yang dilakukan Ray “Ah, apakah yang Anda maksud adalah Anda yang ditugaskan sebagai penanggung jawab untuk promosi hotel?”“Saya ucapkan selamat atas pencapaian Anda, Nona.”"Anda telah melakukan yang terbaik."Tania mendorong Juan dengan, ia tidak ingin berlama-lama menghadapi Juan yang begitu me
Tania merasa ada yang berbeda sejak percakapan mereka terakhir kali di kantor. Ray tidak lagi menegur Tania, begitu juga Tania yang merasa canggung jika harus menegur Ray terlebih dahulu. Percakapan yang berakhir begitu saja tanpa ada kejelasan, menyusahkan tanda tanya diantara mereka.Belum lagi mereka yang pulang bersama sesuai perintah Ray, membuat mereka hanya duduk bersebelahan tanpa ada diantara mereka yang membuka suara.“Acara pameran akan dilaksanakan dua pekan kedepan, apakah Satria sudah menghubungi Anda terkait konsep yang telah dirancang?” Juan memecahkan keheningan yang sedari tadi berlangsung, membuat Tania ikut mengalihkan pandangannya ke arah Juan.“Hm,” jawab Ray.“Pameran akan berlangsung selama tiga hari berturut-turut, itu artinya Anda tidak bisa mengunjungi Nona Kecil dipekan itu.”Tania membuang pandangannya keluar jendela. Ingatan tentang apa yang terjadi saat mengunjungi Rose, membuat Tania ragu. Apakah ia akan kembali mengunjungi putrinya atau, ia perlu sedi
Ray berdiri menatap Tania yang sedang menonton film sembari memakan cemilan.Ia jadi mengingat kembali tentang perkataan Juan. Rupanya Ray sudah terlalu jauh, hingga ia melupakan banyak hal. Tentang Tania, dan alasan mengapa Tania berada di rumah ini.“Ray, maksud aku-” Tania menutup mulutnya, menyadari bahwa ia kembali memanggil Ray tidak sesuai dengan permintaannya.“Panggil aku dengan benar, sebagai atasan dan bawahan. Bukan hanya di kantor, tapi juga di rumah. Kita sedang menjalankan perkejaan, sebagaimana kau bekerja padaku.”“Lupakan tentang panggilan yang pernah aku katakan. Sekarang kau bisa memanggil aku seperti yang lainnya memanggil aku.”“Aku harap kau juga bisa menjaga batasan diantara kita. Kau tahu ‘kan maksud aku?”Tania hanya mengangguk saja, ia belum benar-benar mengerti maksud Ray. Namun, Tania bisa menangkap bahwa Ray baru saja membangun benteng penghalang diantara mereka.Itu akan bagus, jadi Tania hanya akan bekerja sebagai bawahan Ray atau apa pun itu. Bukan seb
Pagi hari, Tania dikejutkan dengan suara Ma Cee yang membangunnya begitu pagi. Tidak seperti biasanya, Ma Cee membuat Tania terburu-buru tanpa mengatakan dengan jelas apa yang terjadi.“Apakah dia sudah pulang?”“Sepagi ini?” Tania melihat jam yang baru menunjuk pada angka lima lewat beberapa menit. Itu artinya ini masih dini hari.“Cepat Tania, jangan sampai kau mendapatkan hukuman lagi jika telat keluar dan semua orang yang menyambut sudah bubar,” ujar Tania pada dirinya sendiri.Setelah Tania siap, ia segera keluar dari kamarnya dan menatap semua asisten rumah yang sudah berdiri, berbaris, siap memberi hormat dan sambutan selamat datang.“Sepertinya dia memang sudah pulang,” gumam Tania pelan, pandangan matanya tertutupi oleh para asisten rumah yang begitu banyak.Tania segera berjalan cepat untuk ikut berbaris, namun langkah kakinya terhenti sebelum Tania melewati semua asisten rumah.“Siapa, dia?” gumam Tania pelan. Otaknya berpikir dengan cepat, menatap pria dengan rambut panja
“Tania,” tegur Ray saat Tania tidak memperhatikannya.“Iya, ada apa sayang?” tanya Tania. Ia keasikan bertukar pesan dengan Maudy, membuat Tania tidak memperhatikan apa yang dikatakan Ray.“Kamu dengar tidak apa yang aku katakan?”Tania kebingungan, ia bahkan tidak ingat kalau Ray berbicara sesuatu padanya. Namun untuk menyelamatkan dirinya, Tania hanya mengangguk pelan, tampak jelas kalau ia sendiri ragu.“Coba jelaskan ulang apa yang aku katakan tadi.”Tania jadi diam seribu bahasa, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia bahkan tidak tahu apa saja yang dikatakan Ray.“Kau tidak tahu ‘kan.” Ray menyentil dahi Tania, membuat Tania meringis.“Sayang,” rengeknya, mengusap dahinya.“Makanya kalau aku bicara itu dengarkan. Jangan hanya fokus pada ponselmu. Jika kau terus seperti ini, aku akan mematahkan ponselmu.”Tania langsung meletakkan ponselnya di meja. Ia tersenyum menatap Ray, seolah bersikap manis. Menunjukkan bahwa dirinya akan berperilaku baik.“Apa yang tadi kamu katakan, sayan
Tania merasa aneh, Juan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Juan seolah menghilang begitu saja. Ray juga tidak pernah membahas tentang Juan, bahkan saat Tania bertanya, tidak ada yang memberikan jawaban.“Sayang, aku tidak pernah lagi melihat Juan. Apakah dia sakit?” tanya Tania pada suaminya, Ray.“Tania, sudah berapa kali aku katakan. Jangan pernah membahas tentang laki-laki lain. Aku tidak suka,” jawab Ray, mendengus kesal. Iya bahkan melepaskan pelukannya dan menatap Tania tajam.“Aku ‘kan hanya bertanya karena khawatir, lagipula dia sahabat kamu ‘kan.”Tania bergumam pelan, namun masih bisa didengarkan oleh Ray. Hal itu membuat Ray semakin kesal.“Sayang, kamu marah?” Melihat Ray yang langsung memutar tubuhnya, berbaring membelakangi Tania, membuat Tania menyadari kalau Ray benar-benar kesal. Tania lalu memeluk Ray dari belakang. Tania tidak bisa membiarkan Ray kesal, karena itu bisa berdampak pada hal lainnya juga. Jadi kunci segalanya berjalan baik adalah membuat
“Sayang, lihat bukankah ini sangat lucu.” Tania yang antusias, jadi terkejut saat melihat bukan Ray yang ada di sebelahnya.“Iya, itu menggemaskan, cocok untuk Rose,” jawab Juan dengan senyuman tulus yang ia tunjukkan.“Di mana, Ray?” tanya Tania yang langsung menyadari ketidakhadiran Ray di dekatnya.Tania mengedarkan pandangan matanya, mencari keberadaan Ray. Namun, Ray tidak ada di mana pun. Saat ini hanya ada Tania dan juga Juan.“Mau ke mana? Bukankah kau ingin melihat pakaian untuk Rose?” Juan menarik tangan Tania yang hendak pergi. Hal itu membuat Tania menatap Juan heran, ini kali pertama Juan bersikap seperti ini.“Lepaskan.” Tania menarik tangannya yang digenggam oleh Juan.Tania benar-benar merasa tidak nyaman di dekat Juan. Tania merasa ada yang mengganjal dari sikap Juan. Dia tidak seperti biasanya.“Ray harus kembali ke kantor, karena itulah aku yang menemani kamu di sini,” jelas Juan.“Mengapa dia tidak mengatakannya padaku?” protes Tania, seharusnya Ray mengatakannya p
Tani duduk dengan gelisah di atas tempat tidur, ia tidak bisa turun atau bahkan meninggalkan tempat tidur tanpa izin Ray. Kecuali jika Tania sanggup menerima hukuman dua kali lipat, maka ia bisa bebas membangkang.“Dia kemana sih,” gerutu Tania, kesal. Ray sudah pergi sejak tadi dan belum kembali juga. Padahal Ray mengatakan kalau ia tidak akan lama.Karena penasaran, Tania akhirnya memberanikan diri untuk membangkang. Ia harus turun ke bawah dan melihat apa yang terjadi.Tania merasa tidak bisa tenang. Ia sangat yakin kalau Ray dan Juan akan menghukum pengawal dan mungkin juga asisten rumah. Padahal ini tidak ada hubungannya dengan mereka, semua ini murni kesalahan Tania. “Jangan sampai mereka menghukum orang yang tidak bersalah,” gumam Tania pelan.Dan seperti dugaan Tania, saat ia sampai di bawah. Juan sedang mendisiplinkan para pengawal dan seluruh asisten rumah, termasuk Ma Cee. Tania segera menghampirinya, meskipun harus dengan tertatih-tatih karena kakinya yang sedang sakit.
Rapat sedang berlangsung saat telepon Juan terus berdering, sehingga ia terpaksa meninggalkan rapat.Juan mulai curiga saat melihat banyak panggilan tidak terjawab dari telepon rumah, pengawal dan sekarang telpon dari Ma Cee menggunakan nomor pribadinya. Biasanya Ma Cee tidak menggunakan nomor pribadinya untuk menelpon.“Ada apa Ma Cee?” tanya Juan.“Nona Tania … Nona Tania tidak sadarkan diri, Nona Tania terluka, kakinya terluka dan mengeluarkan banyak darah.”Jantung Juan terasa berhenti berdetak mendengar suara ketakutan Ma Cee. Dalam keadaan darurat apa pun itu, Ma Cee biasanya selalu tenang. Namun, sekarang terdengar jelas suara Ma Cee yang bergetar disertai napasnya yang memburu, menunjukkan dengan jelas betapa takut dan khawatirnya Ma Cee.Juan memutar tubuhnya menatap pintu ruang rapat. Jika ia memberitahukan pada Ray sekarang, maka rapat akan terhenti dan semuanya harus ia susun kembali dari awal. Namun jika Juan tidak memberitahukan pada Ray sekarang, maka Juan tidak bisa me
“Apakah kamu ingin ikut ke kantor?” tanya Ray. Tania yang baru bangun dibuat terkejut dengan pertanyaan Ray. Yang benar saja, bagaimana mungkin Tania tiba-tiba muncul di kantor setelah semua yang terjadi. “Tidak, aku di rumah saja,” jawab Tania cepat.“Aku takut jika kau akan bosan di rumah,” ujar Ray, berjalan mendekati Tania yang masih duduk di tempat tidur.“Sudah tidak ada Rose yang akan mengganggumu,” ujar Ray lagi, mengusap wajah Tania yang memerah.Rose kembali ke luar negeri untuk melanjutkan akademik. Sebelumnya Rose memang tidak dikeluarkan, sehingga ia masih terdaftar sebagai siswa di sana. Meskipun berat, Tania tidak punya pilihan lain selain melepas Rose. Lagipula itu juga permintaan Rose yang ingin kembali belajar dan bermain bersama teman-temanya.“Aku bisa pergi ke pantai yang di depan rumah, apakah boleh?” tanya Tania.“Boleh, pergilah bersama asisten rumah dan beberapa pengawal.”“Ray,” ujar Tania memelas. Tania tahu, hubungannya dengan Ray sudah berubah, bukan l
“Ray, apa yang kamu lakukan? Aku tidak membutuhkan semua ini.” Tania menatap Ray yang seolah tidak merasa bersalah. Padahal Ray sudah benar-benar kelewatan. Bagaimana tidak, Ray membeli semua barang yang di sentuh Tania.Bukan hanya barang yang disentuhnya, Ray bahkan membeli setiap barang yang dilirim Tania. “Kamu tidak akan membeli seluruh isi mall ini ‘kan?”“Mall ini milik aku. Kamu ingin memilikinya? Aku bisa menggunakan namamu sebagai pemilik mall ini, juga menggunakan namamu sebagai nama baru mall ini.”“Sepertinya mall ini memang perlu pembaruan.”Tania sampai terdiam mendengar apa yang dikatakan Ray. Yang benar saja. Bagaimana bisa Ray dengan mudahnya mengatakan itu.“Apalagi yang kamu inginkan?” tanya Ray, sedangkan Tania masih bungkam dan hanya menatap Ray dengan kedua matanya yang berkedip-kedip.“Seharusnya Rose ikut bersama kita. Dia pasti ingin membeli banyak mainan,” ujar Ray lagi.Rose memang tidak ikut bersama mereka. Ia pulang dengan asistennya setelah Rose tertid
“Ray,” panggil Tania.“Hm,” jawab Ray.“Aku benar-benar tidak terbiasa dengan semua ini. Bisa lepaskan aku?”Tania berusaha melepaskan lilitan tangan Ray di tubuhnya. Ia masih tidak terbiasa dengan perubahan secepat ini. Sekarang mereka akan benar-benar menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri. Bukankah itu melegakan. Tania tidak perlu lagi merasa takut dengan segala kemungkinan yang tidak pasti.“Aku merindukanmu, Tania,” bisik Ray lirih. Suaranya begitu pelan hingga membuat Tania merinding mendengarnya.“Tapi, ini sudah siang, Ray. Kita harus menjemput Rose, dia pasti sudah mencari aku.”Ray tidak menjawab, ia masih nyaman dalam posisinya. Mencari kehangatan dari tubuh Tania. Terus merapatkan tubuhnya, membuat kulit mereka saling menempel tanpa penghalang.“Ray. Kau tidak lupa dengan Rose ‘kan?”“Tidak, sayang.” Ray segera bangun. “Dia putri aku, bagaimana bisa aku melupakannya.”Ray segera bangun, ia harus membersihkan diri sekarang. Ini kali pertama ia bangun telat. Sekar
Tania duduk termenung, mendengar semua perkataan Raka membuat Tania semakin bimbang. Apakah keputusannya untuk berpisah sudah benar atau tidak.Tania menatap kosong ke depan, ia tidak menyangka kalau Ray akan seserius ini. “Ayah, apakah Rose sudah tidur?” tanya Tania. Ia menelpon Ayahnya, berharap bisa mendapatkan solusi setelah berbicara dengan Ayahnya.“Dia sudah tidur sejak tadi, sepertinya dia kelelahan.” “Bagaimana denganmu, Nak? Apakah kau akan menginap di sana?”Tania diam. Sekarang sudah pukul sembilan malam. Hanya Tania sendirian di sini. Raka dan Ali sudah pergi. Ma Cee dan para asisten rumah sudah berisitirahat sembari menunggu Ray kembali.“Ayah, bagaimana ini?” “Nak, tetapkan pilihanmu. Ayah akan selalu mendukung kamu apa pun pilihan yang kamu putuskan. Namun, kamu harus ingat. Terkadang kita terlalu sering mencari kesalahan pasangan kita, hingga kita tidak menyadari segala kebaikannya.”“Meskipun Ayah mengatakan kalau Ayah mendukung kamu apa pun itu keputusan kamu, na