"Kamu pernah menaruh hati sama dia?"
Kiara dikejutkan oleh kedatangan Keith, dimana pria itu juga mengamati kotak beludru yang Kiara pegang.
"Enggak, aku sayang sama dia hanya sebatas teman, kami sudah melalui banyak hal bersama. Kamu gak mungkin cemburu kan?" ucap Kiara menatap pada Keith yang tersenyum tipis dan merangkulkan tangannya pada bahu Kiara.
"Entahlah, mendengar kamu mempunyai rasa sayang padanya, alarm tanda bahayaku berbunyi"
Kiara menatap Keith dengan pandangan malasnya. "Aku bercanda, aku tidak akan menaruh cemburu padanya. Meski ada, aku tidak akan menunjukannya, kan' hati kamu udah aku ambil sepenuhnya dan kamu tidak akan bisa pindah ke lain hati"
Kiara tertawa pelan mendengar kepercayaan diri Keith meski apa yang dikatakannya memang benar. Kiara tidak akan bisa pindah ke lain hati karena hanya Keith yang bisa mengisi hatinya.
***
Kiara dan Keith kembali ke atas ranjang, seharian ini keduanya sudah sangat lelah dan m
Saat ini usia pernikahan Kiara dan Keith sudah menginjak angka satu tahun.Ikatan di antara keduanya pun makin erat. Kini tak hanya Keith yang bia bersikap posesif pada Kiara.Namun Kiara pun melakukan hal yang sama, jelasnya adalah ketika Lucas memilih undur diri menjadi sekertaris serta bekerja pada Keith, setelah sahabat baik Keith itu mendapat kabar bahwa Ayahnya sakit dan dia mau tak mau harus menghandal pekerjaan Ayahnya agar tak dimanfaatkan oleh orang-orang yang memang ingin mengambil untung untuk dirinya sendiri.Keith jadi harus merekrut sekertaris baru untuk diperkerjakan. Namun semua yang mendaftar kebanyakan adalah wanita kompeten yang mengincar posisi tersebut.Kiara sendiri merasa kesal pada Keith yang tak mendengar permintaannya untuk merekrut seorang pria menjadi sekertarisnya.Alasannya tentu karena keuletan yang dibutuhkan ada pada wanita yang melamar. Meski jawabannya jelas dan terdengar tak main-main tetap saja Kiara kesal.
Kiara benar-benar serius untuk menjadi sekertaris Keith. Kiara belajar dengan sangat giat untuk masuk jurusan kuliah yang diinginkannya.Awalnya, Keith mencoba membujuk Kiara agar tak perlu melakukan itu, namun Keith justru dituduh ingin melirik wanita muda di kantor dan hal itu membuat Keith pasrah dan mendukung penuh keinginan serta impian Kiara.Beberapa hari belakangan pun Kiara mulai disibukan dengan berbagai ujian sekolahnya, hingga membuat Keith khawatir akan kesehatan Kiara. Istrinya itu belajar sangat keras dan bahkan jarang ada waktu berdua dengannya karena Kiara bertekad masuk ke jurusan yang diinginkannya.Sampai akhirnya Kiara pun jatuh sakit akibat belajar terlalu keras, gadis itu demam diikuti asam lambungnya yang naik karena selalu telat makan.Kiara selalu mual dan muntah tak hanya pagi hari bahkan ketika mencium aroma-aroma yang menyengat pun mampu mengundang mualnya sampai Kiara lelah terus bolak-balik kamar mandi untuk memuntahkan isi
"Kiara sayang, kue-kue di atas meja sana bisa tolong kamu ambilkan?"Kiara kecil yang berusia 6 tahun itu mengangguk dan bangkit dari duduknya yang sedari tadi sibuk mengamati Mamahnya membungkus kue-kue buatannya untuk di jual itu.Kedua tangan kecilnya mengambil nampan berisikan kue-kue kering dan basah buatan sang Mamah yang siap dibungkus dan ia berikan pada Mamahnya yang tersenyum menerima nampan dari putrinya itu."Terimakasih putri Mamah" Safira menerima nampan yang Kiara bawa untuk kembali ia bungkus untuk siap si jual.Kiara kembali duduk di dekat sang Mamah, memperhatikan wanita itu yang kembali sibuk membungkus kue-kue buatannya.
Sudah satu tahun berlalu. Hubungan antara Keith dan Kiara makin lekat bahkan tak jarang Keith hampir setiap hari mengunjungi kediaman Kiara untuk mengajaknya bermain.Atau mengajak Kiara ke rumahnya dimana kehadirannya diterima oleh kedua orangtuanya.Kiara mulai menghilangkan ketakutannya pada Papah Keith yang awal pertemuannya mencipta rasa takut di hati Kiara. Namun untuk pertemuan selanjutnya Kiara mulai bisa bersikap santai pada pria baya itu.Namun jika hubungannya dengan Keith berubah jadi lebih baik dan dekat, tidak dengan kedua orangtuanya yang belakangan hari mulai terlihat tertekan dan Mamahnya yang senantiasa menangis.Kiara yang kini tiap malamnya selalu dititipkan ke panti pun merasa aneh pada sikap ke
"Malam ini, Kiara menginap lagi di panti sama Bu Sari ya?"Kiara tak melepas pelukannya pada Safira. Gadis kecil itu tak mau ditinggal oleh Mamahnya dan sudah lebih dari satu minggu kedua orangtuanya selalu menitipkan dia untuk tidur dan tinggal di panti."Mamah dan Papah mau membuang Kiara ya?!" jeritnya menahan tangis.Bu Sari mencoba menenangkan Kiara namun gadis itu berontak dan tetap ingin bersama Mamahnya."Kiara kami tak membuangmu! Tidak ada orangtua yang membuang anaknya!"Kiara tak percaya itu, dia sudah mendengar semua pembicaraan Mamahnya dengan Bu Sari lalu pada kedua orang asing yang katanya akan menjadi orangtua barunya.
Kiara membuka pintu kamar sang putra. Melihat satu tubuh itu tengah terlelap dengan beberapa bantal yang mengelilinginya.Bibir Kiara tersungging lebar. Ia bersyukur sang putra bisa terlelap setelah seharian ini menangis tanpa henti.Hari ini adalah hari paling berat untuk keluarganya.Mereka harus saling menguatkan karena mendengar kabar nyonya Feri, Neneknya sendiri meninggal dunia atas penyakit komplikasi yang menyerangnya.Yang paling sedih atas kepergian Neneknya itu tuan Feri dan tentu Kleo, yang sejak kecil selalu bermanja pada buyutnya.Kali ini Kiara bisa bernapas lega Kleo bisa tertidur selepas pulang dari pemakaman."Apa Kleo tertidur?"Kiara menoleh ke belakang dimana suaminya itu ikut menengok ke dalam kamar dan melihat sang putra yang sudah terlelap."Dia pasti kelelahan, seharian ini tak berhenti menangisi buyutnya"Kiara mengangguk pelan. Dia pun turut merasakan kesedihan Kleo sementara 6 tahun ini ia sudah sangat dekat dengan Kakek dan Neneknya, dan kepergian nyonya F
Kiara selesai memasangkan seluruh kancing di kemeja batik suaminya dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. "Selesai! Kamu terlihat mempesona dengan batik yang aku belikan!" Kiara tersenyum puas melihat baju tersebut terlihat sangat cocok untuk Keith. "Bukankah aku selalu terlihat mempesona?" Keith berbisik genit dengan menarik pinggul Kiara untuk lebih dekat padanya. Kiara berdecih geli namun wanita satu anak itu tetap memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Keith singkat. "Baiklah ayo siap! Biar aku lihat Kleo dulu!" Kiara yang sudah rapih dengan pakaiannya juga terlihat sangat senang saat melihat sang putra yang tengah memakai pakaiannya sendiri meski terkadang masih harus ia bantu. Hari ini keluarga kecilnya berniat mendatangi pesta pertunangan yang sahabat baiknya adakan. Ya, Satria dan Aura teman baiknya sewaktu SMA dulu memutuskan untuk menikah, setelah mengalami masa percintaan dan hubungan yang putus nyambung akhirnya keduanya kembali bersama serta memutuska
Sudah hampir 3 bulan berlalu semenjak hari pernikahan Aura dan Satria yang digelar. Kiara dan Keith juga lebih sering mengunjungi dokter obgyn karena memang keduanya menginginkan memiliki anak lagi, namun sudah bertahun-tahun lamanya semenjak Kleo besar, keduanya masih belum mendapatkan karunia itu. Pernah sekali dimana Kiara merasa sangat mual dan tidak menginginkan makanan dengan aroma-aroma yang menyengat. Mereka pikir itu gejala hamil yang sudah dinantikan oleh kedua orangtua itu. Namun ketika mereka memeriksa, Kiara hanya maag dan tentu hal itu menaruh kecewa serta menghapus harap di hati Kiara dan Keith. Mereka tak boleh terlalu senang dan gembira tanpa tau apa yang memang benar-benar terjadi, agar nantinya tak menciptakan rasa sesal karena kecewa. "Sayang, ayo kita periksa ke Dokter lagi" Keith membuka pintu kamar dan mendapati Kiara yang tengah berbaring di ranjang tanpa melakukan apapun. "Keith ... Boleh kita tunda periksa ke Dokternya? Aku lelah terus berharap tapi tak
Special Kiara Pov *** Gelap ... Sunyi ... Dan terasa sangat hampa. Aku tidak pernah menyangka jika aku terjebak dalam kegelapan yang tidak ada ujungnya. Semuanya terasa aneh dan menyeramkan untukku. Berlari kemanapun kakiku melangkah aku tidak bisa menemukan cahaya atau seseorang. "Kiara ... Kapan kamu akan bangun? Aku membutuhkanmu Kleo dan putri kita juga begitu ..." Keith! Itu suara Keith! Aku bisa mendengarnya namun aku tak bisa melihatnya dan merasakan kehadirannya! "Keith! Kamu di mana?!" Aku berteriak memanggilnya namun tidak ada jawaban, aku hanya bisa mendengar suara Keith yang terus bercerita seolah aku mendengarnya namun dia tak bisa mendengar suaraku. "Cepatlah sadar Kiara, jangan pernah pergi tinggalkan kami!" Sadar? Kenapa Keith berharap aku sadar? Memang aku sedang dimana? Jantungku berdebar dengaan kuat, hari berganti hari tak lagi aku rasa. Aku terus ketakutan berada di ruang gelap ini. Sampai entah aku menunggu berapa lama, aku mulai merasakan
Special Keith's Pov***Aku tidak pernah merasakan kehancuran di dalam hidupku sebelumnnya.Hanya saja, saat melihat Kiara terbaring koma di ranjang pesakitan sudah benar-benar merengut sebagian kewarasanku. Aku sungguh takut kehilangan dia, aku takut tidak bisa lagi melihat wajahnya ketika bangun tidur, aku takut tidak ada yang menyambutku pulang bekerja dengan pelukan hangat lagi setiap harinya. Sungguh ketakutanku membuatku terus bermimpi buruk setelah melihat sendiri bagaimana detik-detik istri tercintaku ingin pergi. Mimpi itu selalu menggangguku sehingga aku selalu mengalami panik berlebih.Contohnya seperti malam ini, aku kembali bangun di tengah malam ketika mimpi mengerikan itu datang lagi, Kiara yang bersimbah darah dan meninggal tepat di depan mataku."Tidak!! Kiara sayang jangan pergi!!" aku mengigau dengan keringat yang membanjiri wajahku. Rasanya sangat berat saat akan membuka kedua mata. Saat merasakan usapan di kening dan tepukan ringan di pipi barulah aku berhasi
Kiara membuka perlahan kedua matanya dan mengerang pelan. Merasakan rasa sakit di perut, tangan Kiara mengusap perutnya dan merasakan keanehan di sana. Ia merasakan perutnya lebih keras dari biasanya, jantungnya berdebar kuat menduga apa yang terjadi pada dirinya. "Kiara sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan?" Kiara menoleh pada pintu dan melihat Keith yang datang membawakan nampan berisikan makanan dan air untuknya. Keith masih dengan pakaian kantornya namun dasinya sudah tak dipakai juga tiga kancing atas kemejanya yang sudah terbuka, penampilan Keith pun sedikit berantakan namun Kiara bisa melihat ada sebuah sinar bahagia di kedua mata Keith. "Aku kenapa" tak menjawab tanya Keith padanya, Kiara justru menanyakan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Keith berjalan makin dekat dan meletakan nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang sebelum duduk di sisi tubuh Kiara. Tangan Keith menjangkau satu tangan Kiara dan digenggamnya erat. "Kamu berhasil ... Kita berd
"Jadi sebelumnya kamu sama Jane memang pernah berkirim pesan?" tanya Kiara dengan tatapan menyelidiknya pada Keith. Pria yang ditanya hanya memberi cengirannya dan mengangguk tanpa rasa bersalah. "Saat itu aku pikir kamu masih memendam benci pada Jane. Aku mau menjagamu sayang, jangan salah paham ya?"Kiara mendengus pelan dan bersidekap jemarinya menarik pelan pipi Keith dengan penuh rasa gemas."Alasan!" ujarnya yang justru mendapat tawa geli Keith."Sudah yuk, ikut aku, kita kencan" ajak Keith pada istrinya."Kleo bagaimana? Dia di rumah sendiri!""Jangan khawatir, sebelum aku kesini Mamah dan Papah mu datang dan mereka mengajak Kleo keluar. Jadi kita punya waktu berdua sampai malam nanti"Kedua mata Kiara berbinar mendengar kalimat akhir Keith."Benarkah?!""Ya, kita akan berkencan satu hari ini! Kita habiskan waktu ini berdua saja"Kiara memeluk lengan Keith dengan senyum yang mengambang lebar di bibir."Iya aku mau!!"Keduanya pun meninggalkan area restoran dan mencari tempat l
Jane terkekeh geli dan menepuk pelan punggung tangan Kiara yang raut wajahnya berubah sendu setelah mendengar kalimatnya barusan. "Jangan dipikirkan, meski aku mencintai Keith kita tidak akan pernah bisa bersama. Aku tau bagaimana besarnya cinta Keith padamu!" Kiara mendesahkan pelan napasnya, "bukan itu yang aku khawatirkan! Apa selama ini kamu tersiksa karena perasaan cinta itu melekat di hatimu?" Senyum di bibir Jane perlahan menghilang dan jujur saja Jane mengiyakan pertanyaan Kiara di hatinya. "Tersiksa sih tidak, namun karena perasaan itu aku justru susah menerima kehadiran pria lain di hidupku. Hanya suamiku pria paling sabar yang mau menunggu aku siap menerimanya sampai akhirnya aku menikah dengannya" "Apa kamu mencintai suamimu?" "Aku sayang padanya, jika dikatakan cinta mungkin belum pasti. Aku masih ragu dengan perasaanku sendiri" Kegiatan keduanya terinterupsi saat dering ponsel Jane berbunyi. Wanita itu nampak sangat serius menjawab telepon yang masuk ke dalam pons
"Jadi ada apa memanggilku kemari?" tanya Kiara lansung pada intinya, tak menanyakan kabar serta pertanyaan basa-basi lainnya pada Jane yang terlihat sibuk menenangkan balita di gendongannya karena terlihat mulai tak nyaman. "Seperti yang sudah ku tulis di pesan itu, aku mau meminta maaf padamu. Sungguh bertahun-tahun lamanya setelah apa yang menimpamu membuat hidupku terasa tak tenang" Kening Kiara berkerut dalam, "mengapa kamu sampai memikirkannya? Bukankah seharusnya kamu kesal padaku karena membuatmu terusir dari perusahaan Keith?" Bibir Jane menyunggingkan senyum kecut dan kepala wanita itu mengangguk "iya. Jika persoalan itu tentu aku masih kesal padamu, namun tentu aku sudah melupakannya dan mengikhlaskannya. tapi bukan itu yang menggangguku"Kiara mengangguk mengerti, bibirnya tersungging senyum tipis. "Apa kamu mau pesan minum dulu?" Kiara mengangguk pelan "boleh" Jane memanggil seorang pelayan untuk memesankan minuman untuk dirinya dan Kiara. Selagi menunggu pesanannya
Sudah berjalan hampir 5 bulan setelah hari ulang tahun Kiara.Wanita satu anak itu kembali menjalani kehidupan rumah tangganya dengan seperti biasa.Dan semenjak pemeriksaan 4 bulan lalu, dan masih dinyatakan bahwa Kiara belum juga hamil membuat Kiara menyerah untuk konsul pada dokter kandungan.Kiara berbicara pada Keith, jika memang dia masih diberikan kehamilan biar menjadi kejutan untuknya dan Keith.Sejak itu pula Kiara tak lagi berharap lebih ketika memeriksakan dirinya pada dokter kandungan dan menanyakan apa rahimnya telah terisi sosok mungil.Menjadi ibu satu anak juga lumayan menguras tenaganya, meski Kiara tak melakukan pekerjaan berat seperti mencuci dan membersihkan rumah namun memasak yang memang dilakukan Kiara dan melayani Keith serta mengajak bermain Kleo berhasil menguras banyak tenaganya.Namun Kiara juga menikmati itu semua. Baginya tak ada yang lebih penting dari keluarga.Saat tengah melakukan kegiatan berkebun yang dibantu Kleo, kegiatannya yang Kiara terhenti k
Keith yang saat itu baru pulang dari kantornya melihat seseorang pria yang tengah bermasalah dengan kendaraannya tepat di depan gerbang perumahannya. Sudah ada seseorang sekuriti yang tengah membantu pria muda tersebut melihat ke dalam kap mobilnya yang menurut Keith ada sedikit masalah. Karena penasaran, Keith turun dan menghampiri pria muda yang sepertinya keturunan bangsa eropa tersebut. "Apa terjadi masalah?" Keith turun dari mobilnya dan menghampiri si sekuriti yang lansung mengenalnya dan memberinya hormat. "Pak Keith, mobil pemuda ini mogok, dan saya tengah mencari apa yang salah dengan mesinnya" Keith mengangguk pelan dan mengerti "memang di mana rumahmu?" tanyanya pada si pria muda tersebut."Blok D nomor A39" Keith tak menyangka jika pria ini bisa lancar berbicara bahasanya, dan mendengar alamat yang disebutkan membuat kening Keith berkerut, karena dia tau jelas rumah siapa yang pria tersebut maksud. "Rumah Oma Nadia?" tanya Keith yang mendapat delikan kaget pria it
Setelah pulang dari rumah Nenek Kara, Kiara masuk ke dalam kamarnya dan mendudukan dirinya di atas ranjang. Tadi sekilas ia berbicara pada Oma Nadia, Nenek Kara ya g mengenalkan Aiden padanya. Pria itu rupanya anak bungsu dari Oma Nadia, Oma Nadia juga cerita jika Aiden baru menyelesaikan studi S1nya di Australia dan kini tengah berlibur di negara ini. Dan sialnya Kiara harus melihat tatapan menggoda Aiden untuknya. Bahkan di depan Ibu pria itu, masih bisa-bisanya Aiden mengatakan menyukainya. Meski Oma Nadia sudah memperingati Aiden bawa Kiara wanita beristri dan memiliki satu orang putra, tak menyurutkan senyuman Aiden dan godaan kecilnya untuk Kiara yang justru membuat Kiara tak nyaman dan lansung saja dia pamit pulang. Meski Kleo masih mau bermain dengan Kara dan tak bisa Kiara ajak pulang bersama, Kiara mengkhawatirkan Kleo, jika pria itu mencuci otak anaknya. Tidak! Kiara tak boleh berpikir begitu, di rumah itu ada Oma Nadia yang pasti akan menjaga Kleo. Tetap saja, Kiar