"Gapapa Bik, biar Kiara aja yang buat! Bik Irnas lanjut kerjain yang lain aja" Kiara menolak saat Bik Irnas mau membantunya membuatkan minuman, menunggu sampai wanita baya itu pergi barulah Kiara mulai membuat tiga es lemon tea tersebut.
Kemudian mencampur obat tidur yang dibelinya tadi dengan dua gelas minuman tersebut. Supaya tak dicurigai, bungkus obatnya tak lupa Kiara masukan lagi ke dalam tasnya.
Membawa tiga minuman tersebut dengan nampan dan camilan yang diambilnya di dapur, Kiara kembali ke ruang keluarga yang terdapat kedua orangtuanya saling berbicara dan berangkulan mesra.
Kiara harus menahan debaran jantung dan air matanya yang ingin mengalir karena sudah berbuat hal jahat seperti ini.
'Maafkan aku Mah, Pah' bisiknya dalam hati.
"Kiara, kamu dan Keith belum bulan madu kan? Bagaimana jika Papah membelikan kalian tiket untuk berbulan madu di Maldives, bukankah kamu sangat ingin kesana dengan te
Keith terlihat tak terkejut dengan apa yang Jane katakan. Dirinya justru bersidekap dan menatap Jane dengan pandangan remehnya."Biar ku beritahu padamu, Kiara sangat berarti untukku. Dan kamu salah jika mengira aku lebih lama mengenalmu! Aku lebih dulu mengenal Kiara, dan sejak lama aku sudah jatuh cinta padanya! Kamu sama sekali tak pernah menjadi bagian penting di hidupku!" ucap Keith menusuk tepat di hati Jane.Jane memundurkan langkahnya hingga tubuh belakangnya menempel ke dinding. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Keith."Keith ... Aku cinta kamu" bisik Jane lirih dengan air mata yang perlahan mengalir.Keith mendesah samar dan mengusap wajahnya kasar. "Dan hapus perasaan itu, karena sampai kapanpun aku tidak akan bisa membalasnya!" ujar Keith sesaat setelah pintu lift terbuka dan memilih keluar meninggalkan Jane. Berubah pikiran dan tak mau mengajak Jane untuk bertemu Kiara saat ini."Pulanglah Jane, dan mu
Karena berita dan semua orang yang sudah tau siapa Keith bagi Kiara, membuat Keith mengantarkan Kiara sampai ke kelas gadis itu.Awalnya Kiara merasa malu dan sungkan, namun Keith bersikukuh mengantarnya dan tak melepas genggaman tangannya.Wajah Kiara selalu tertunduk saat Keith membawanya menyusuri koridor, namun Kiara merasa aneh pada orang-orang yang hanya diam melihatnya datang. Tak membicarakan atau berbisik aneh tentang dirinya yang digandeng Keith sampai kelasnya."Hubungi aku jika ada yang menyakiti atau membuatmu tidak nyaman!" ucap Keith setelah mereka tiba di depan kelas Kiara.Orang-orang makin dibuat terkesiap kaget saat Keith dengan berani mencium kening Kiara dan mengacak rambut gadis itu gemas. "Belajar yang rajin istriku tercinta" wajah Kiara memerah malu akan ucapan Keith, namun Keith tak mempedulikan itu semua.Karena Keith mau menunjukan pada semua teman-teman Kiara bahwa betapa berartinya Ki
Bu Sari kembali duduk di sofa dengan membawa sebuahhandycamdan satu kotak besar yang diserahkan pada Kiara."Ini semua titipan kedua orangtuamu, mereka menyimpannya di sini karena takut andai ini diberikan pada kedua orangtua asuhmu, mereka tak akan memberikannya."Dengan kedua tangan bergetar Kiara mengambil kotak besar yang diserahkan Bu Sari padanya itu."Bo-boleh ku buka?" tanyanya dengan suara serak bercampur gugupBu Sari mengangguk dan membiarkan Kiara membuka tutup kotak tersebut untuk meneliti apa saja isinya.Kiara melihat banyak lipatan kertas yang warnanya sudah mulai usang karena dimakan usia. Lalu juga sebuah album foto. Tangannya bergetar mengambil satu album foto tersebut dan memeriksa isinya.Perlahan tetes air matanya kembali turun. Tanpa isakan, Kiara memandang foto bayi di dalam album tersebut, di bawah foto tersebut ada tanggal lahirnya dan namanya yang ditulis den
"Apa yang terjadi pada mereka?" tanya Kiara yang menunggu kelanjutan kisah kedua orangtuanya."Malam itu, para rentenir yang menagih hutang Papahmu datang, dan memaksa Papahmu untuk membayar semuanya secara lunas. Namun Papahmu masih belum memiliki uang, dan Mamahmu baru sadar bahwa Papahmu sudah tidak lagi bekerja namun terus menerus berhutang hanya untuk menutupi hutangnya yang lain.Malam itu, Papahmu dipukuli karena menolak Istrinya untuk dibawa mereka. Saat itu pun kamu sedang di rumah itu Kiara, kamu sendiri yang melihatnya, kamu menangis dan menjerit saat orang-orang itu mulai menghabisi kedua orangtuamu karena mereka melawan.Kiara ... Kamu pergi dari rumah itu dan berlari ke panti, kamu meminta bantuanku ... Malam itu kamu berlari sendiri dari rumahmu tanpa alas kaki ke panti dan memohon serta menangis kuat karena kamu melihat kekejaman orang-orang itu yang dilakukan pada kedua orangtuamu"Tubuh Kiara bergetar hebat menden
Kiara mengusa kedua batu nisan yang menuliskan nama kedua orangtuanya. Dirinya baru saja selesai mendoakan keduanya dan menaburkan bunga yang ia beli sebelum datang ke tempat ini."Maaf Mah, Pah, Kiara melupakan kalian ... Kalian tidak marah sama Kiara kan?" Kiara membersihkan kedua mata basahnya dari air mata yang mengaburkan pengelihatannya."Cukup sulit untuk mengembalikan ingatan Kiara di masalalu, tapi walau begitu Kiara tetap menyayangi kalian karena berhasil menjadi kedua orangtua yang hebat meski kita tidak bisa bersama sampai saat ini"Kiara menundukan pandangannya, menghalau air matannya yang tak mau berhenti mengalir. "Kiara akan menemui Kakek hari ini juga Pah, Mah! Kiara mau keadilan untuk kalian berdua! Orang jahat harus dihukum! Kiara tidak takut jika Kakek tua itu akan marah dan membalaskan kemarahannya pada Kiara, Kiara sudah siap! Tapi Kiara mau melakukan ini untuk kalian terutama untuk Papah! Tidak ada orangtua yang senang at
"Aku tidak percaya padamu! Kamu orang yang licik dan pandai memanipulasi!"Tuan Ferry hanya mengangguk mendengar apa yang Kiara katakan untuknya. "Terserah kamu mau menanggapi seperti apa, namun aku berusaha menjelaskan apa yang memang terjadi" bisik Tuan Ferry yang merasa sakit hati melihat Kiara tak menyembunyikan sorot benci padanya.Nyonya Ferry yang duduk di kursi roda tepat berada di sampingnya itu menggenggam tangan suaminya dan mengusapnya pelan."Kiara, sebagai orangtua yang hanya memiliki satu anak saja. Rasanya tidak mungkin kami tega membuang putra kami begitu saja karena dia memilih pasangan yang tidak sesuai dengan apa yang kami inginkan. Aku ibunya, aku yang melahirkannya. Aku sangat menyayanginya, namun ia memilih membenci kami orangtuanya yang menyayanginya dan terus memanjakannya hanya demi seorang wanita" Nyonya Ferry menjangkau tissu di atas meja untuk membersihkan air mata yang menetes di kedua matanya.Kiara t
Karena tak tega dan merasa sesak saat melihat dan mendengar tangis Kiara, Keith mencoba melunak dan ia menarik Kiara untuk masuk ke dalam pelukannya."Ikut aku ya?" bisik Keith di telinga Kiara dengan suara lirihnya. Keith tak bisa jika harus meninggalkan Kiara sendiri.Dia sudah cukup sengsara melihat wajah sedih dan pasti banyak pikiran yang kini berhinggap di kepala Kiara. Ia tau pasti Kiara terbawa emosinya saat mengetikkan pesan aneh itu untuknya. Keith sangat yakin Kiara tak sepenuhnya mau pergi meninggalkannya, karena gadis itu mencintainya."Aku tidak mau! Aku tidak mau pulang Keith! Jangan bawa aku pada mereka, aku mohon!!" Kiara menggeleng dan memohon pada Keith untuk tak membawa dia kembali pada kedua orangtuanya. Kiara masih belum bisa bertemu dan bicara pada mereka.Keith pun mendesah pelan dan kemudian mengangguk. Sebenarnya Keith sendiri pun mau berbicara dengan Kiara sekaligus menenangkan gadis itu yang pasti banyak
"Jadi bagaimana menurutmu? Aku tidak bisa memilih mau mempercayai siapa, tapi dari dua sisi aku mendengarkan cerita mereka tentang Papah dan Mamah aku yakin tidak ada yang bohong ... Dan itu membuatku pusing sekaligus bingung"Keith mengangguk mengerti akan kebingungan yang Kiara rasa saat ini. "Kamu tidak perlu pusing memikirkan siapa yang lebih benar, keduanya pasti bercerita terhadap fakta yang memang terjadi. Sekarang yang mau aku tanyakan, apa kamu mau memaafkan Kakekmu? Meski pria itu juga bersalah karena sempat tidak merestui hubungan anaknya, tapi aku yakin dia pasti menyesal dan sangat sedih karena tidak memiliki keturunan lain untuk menemaninya di hari tua. Aku tau dia pasti menunggu kamu Kiara" ucap Keith bijak setelah mendengar cerita Kiara mengenai tuan Ferry.Apa yang Keith katakan memang benar, Kiara juga merasa sedikit iba pada kedua orang itu yang semasa tuanya tidak memiliki penerus dan seseorang yang menemani mereka selain para pekerja ru
Special Kiara Pov *** Gelap ... Sunyi ... Dan terasa sangat hampa. Aku tidak pernah menyangka jika aku terjebak dalam kegelapan yang tidak ada ujungnya. Semuanya terasa aneh dan menyeramkan untukku. Berlari kemanapun kakiku melangkah aku tidak bisa menemukan cahaya atau seseorang. "Kiara ... Kapan kamu akan bangun? Aku membutuhkanmu Kleo dan putri kita juga begitu ..." Keith! Itu suara Keith! Aku bisa mendengarnya namun aku tak bisa melihatnya dan merasakan kehadirannya! "Keith! Kamu di mana?!" Aku berteriak memanggilnya namun tidak ada jawaban, aku hanya bisa mendengar suara Keith yang terus bercerita seolah aku mendengarnya namun dia tak bisa mendengar suaraku. "Cepatlah sadar Kiara, jangan pernah pergi tinggalkan kami!" Sadar? Kenapa Keith berharap aku sadar? Memang aku sedang dimana? Jantungku berdebar dengaan kuat, hari berganti hari tak lagi aku rasa. Aku terus ketakutan berada di ruang gelap ini. Sampai entah aku menunggu berapa lama, aku mulai merasakan
Special Keith's Pov***Aku tidak pernah merasakan kehancuran di dalam hidupku sebelumnnya.Hanya saja, saat melihat Kiara terbaring koma di ranjang pesakitan sudah benar-benar merengut sebagian kewarasanku. Aku sungguh takut kehilangan dia, aku takut tidak bisa lagi melihat wajahnya ketika bangun tidur, aku takut tidak ada yang menyambutku pulang bekerja dengan pelukan hangat lagi setiap harinya. Sungguh ketakutanku membuatku terus bermimpi buruk setelah melihat sendiri bagaimana detik-detik istri tercintaku ingin pergi. Mimpi itu selalu menggangguku sehingga aku selalu mengalami panik berlebih.Contohnya seperti malam ini, aku kembali bangun di tengah malam ketika mimpi mengerikan itu datang lagi, Kiara yang bersimbah darah dan meninggal tepat di depan mataku."Tidak!! Kiara sayang jangan pergi!!" aku mengigau dengan keringat yang membanjiri wajahku. Rasanya sangat berat saat akan membuka kedua mata. Saat merasakan usapan di kening dan tepukan ringan di pipi barulah aku berhasi
Kiara membuka perlahan kedua matanya dan mengerang pelan. Merasakan rasa sakit di perut, tangan Kiara mengusap perutnya dan merasakan keanehan di sana. Ia merasakan perutnya lebih keras dari biasanya, jantungnya berdebar kuat menduga apa yang terjadi pada dirinya. "Kiara sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan?" Kiara menoleh pada pintu dan melihat Keith yang datang membawakan nampan berisikan makanan dan air untuknya. Keith masih dengan pakaian kantornya namun dasinya sudah tak dipakai juga tiga kancing atas kemejanya yang sudah terbuka, penampilan Keith pun sedikit berantakan namun Kiara bisa melihat ada sebuah sinar bahagia di kedua mata Keith. "Aku kenapa" tak menjawab tanya Keith padanya, Kiara justru menanyakan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Keith berjalan makin dekat dan meletakan nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang sebelum duduk di sisi tubuh Kiara. Tangan Keith menjangkau satu tangan Kiara dan digenggamnya erat. "Kamu berhasil ... Kita berd
"Jadi sebelumnya kamu sama Jane memang pernah berkirim pesan?" tanya Kiara dengan tatapan menyelidiknya pada Keith. Pria yang ditanya hanya memberi cengirannya dan mengangguk tanpa rasa bersalah. "Saat itu aku pikir kamu masih memendam benci pada Jane. Aku mau menjagamu sayang, jangan salah paham ya?"Kiara mendengus pelan dan bersidekap jemarinya menarik pelan pipi Keith dengan penuh rasa gemas."Alasan!" ujarnya yang justru mendapat tawa geli Keith."Sudah yuk, ikut aku, kita kencan" ajak Keith pada istrinya."Kleo bagaimana? Dia di rumah sendiri!""Jangan khawatir, sebelum aku kesini Mamah dan Papah mu datang dan mereka mengajak Kleo keluar. Jadi kita punya waktu berdua sampai malam nanti"Kedua mata Kiara berbinar mendengar kalimat akhir Keith."Benarkah?!""Ya, kita akan berkencan satu hari ini! Kita habiskan waktu ini berdua saja"Kiara memeluk lengan Keith dengan senyum yang mengambang lebar di bibir."Iya aku mau!!"Keduanya pun meninggalkan area restoran dan mencari tempat l
Jane terkekeh geli dan menepuk pelan punggung tangan Kiara yang raut wajahnya berubah sendu setelah mendengar kalimatnya barusan. "Jangan dipikirkan, meski aku mencintai Keith kita tidak akan pernah bisa bersama. Aku tau bagaimana besarnya cinta Keith padamu!" Kiara mendesahkan pelan napasnya, "bukan itu yang aku khawatirkan! Apa selama ini kamu tersiksa karena perasaan cinta itu melekat di hatimu?" Senyum di bibir Jane perlahan menghilang dan jujur saja Jane mengiyakan pertanyaan Kiara di hatinya. "Tersiksa sih tidak, namun karena perasaan itu aku justru susah menerima kehadiran pria lain di hidupku. Hanya suamiku pria paling sabar yang mau menunggu aku siap menerimanya sampai akhirnya aku menikah dengannya" "Apa kamu mencintai suamimu?" "Aku sayang padanya, jika dikatakan cinta mungkin belum pasti. Aku masih ragu dengan perasaanku sendiri" Kegiatan keduanya terinterupsi saat dering ponsel Jane berbunyi. Wanita itu nampak sangat serius menjawab telepon yang masuk ke dalam pons
"Jadi ada apa memanggilku kemari?" tanya Kiara lansung pada intinya, tak menanyakan kabar serta pertanyaan basa-basi lainnya pada Jane yang terlihat sibuk menenangkan balita di gendongannya karena terlihat mulai tak nyaman. "Seperti yang sudah ku tulis di pesan itu, aku mau meminta maaf padamu. Sungguh bertahun-tahun lamanya setelah apa yang menimpamu membuat hidupku terasa tak tenang" Kening Kiara berkerut dalam, "mengapa kamu sampai memikirkannya? Bukankah seharusnya kamu kesal padaku karena membuatmu terusir dari perusahaan Keith?" Bibir Jane menyunggingkan senyum kecut dan kepala wanita itu mengangguk "iya. Jika persoalan itu tentu aku masih kesal padamu, namun tentu aku sudah melupakannya dan mengikhlaskannya. tapi bukan itu yang menggangguku"Kiara mengangguk mengerti, bibirnya tersungging senyum tipis. "Apa kamu mau pesan minum dulu?" Kiara mengangguk pelan "boleh" Jane memanggil seorang pelayan untuk memesankan minuman untuk dirinya dan Kiara. Selagi menunggu pesanannya
Sudah berjalan hampir 5 bulan setelah hari ulang tahun Kiara.Wanita satu anak itu kembali menjalani kehidupan rumah tangganya dengan seperti biasa.Dan semenjak pemeriksaan 4 bulan lalu, dan masih dinyatakan bahwa Kiara belum juga hamil membuat Kiara menyerah untuk konsul pada dokter kandungan.Kiara berbicara pada Keith, jika memang dia masih diberikan kehamilan biar menjadi kejutan untuknya dan Keith.Sejak itu pula Kiara tak lagi berharap lebih ketika memeriksakan dirinya pada dokter kandungan dan menanyakan apa rahimnya telah terisi sosok mungil.Menjadi ibu satu anak juga lumayan menguras tenaganya, meski Kiara tak melakukan pekerjaan berat seperti mencuci dan membersihkan rumah namun memasak yang memang dilakukan Kiara dan melayani Keith serta mengajak bermain Kleo berhasil menguras banyak tenaganya.Namun Kiara juga menikmati itu semua. Baginya tak ada yang lebih penting dari keluarga.Saat tengah melakukan kegiatan berkebun yang dibantu Kleo, kegiatannya yang Kiara terhenti k
Keith yang saat itu baru pulang dari kantornya melihat seseorang pria yang tengah bermasalah dengan kendaraannya tepat di depan gerbang perumahannya. Sudah ada seseorang sekuriti yang tengah membantu pria muda tersebut melihat ke dalam kap mobilnya yang menurut Keith ada sedikit masalah. Karena penasaran, Keith turun dan menghampiri pria muda yang sepertinya keturunan bangsa eropa tersebut. "Apa terjadi masalah?" Keith turun dari mobilnya dan menghampiri si sekuriti yang lansung mengenalnya dan memberinya hormat. "Pak Keith, mobil pemuda ini mogok, dan saya tengah mencari apa yang salah dengan mesinnya" Keith mengangguk pelan dan mengerti "memang di mana rumahmu?" tanyanya pada si pria muda tersebut."Blok D nomor A39" Keith tak menyangka jika pria ini bisa lancar berbicara bahasanya, dan mendengar alamat yang disebutkan membuat kening Keith berkerut, karena dia tau jelas rumah siapa yang pria tersebut maksud. "Rumah Oma Nadia?" tanya Keith yang mendapat delikan kaget pria it
Setelah pulang dari rumah Nenek Kara, Kiara masuk ke dalam kamarnya dan mendudukan dirinya di atas ranjang. Tadi sekilas ia berbicara pada Oma Nadia, Nenek Kara ya g mengenalkan Aiden padanya. Pria itu rupanya anak bungsu dari Oma Nadia, Oma Nadia juga cerita jika Aiden baru menyelesaikan studi S1nya di Australia dan kini tengah berlibur di negara ini. Dan sialnya Kiara harus melihat tatapan menggoda Aiden untuknya. Bahkan di depan Ibu pria itu, masih bisa-bisanya Aiden mengatakan menyukainya. Meski Oma Nadia sudah memperingati Aiden bawa Kiara wanita beristri dan memiliki satu orang putra, tak menyurutkan senyuman Aiden dan godaan kecilnya untuk Kiara yang justru membuat Kiara tak nyaman dan lansung saja dia pamit pulang. Meski Kleo masih mau bermain dengan Kara dan tak bisa Kiara ajak pulang bersama, Kiara mengkhawatirkan Kleo, jika pria itu mencuci otak anaknya. Tidak! Kiara tak boleh berpikir begitu, di rumah itu ada Oma Nadia yang pasti akan menjaga Kleo. Tetap saja, Kiar