Share

Hukuman

Author: Widanish
last update Last Updated: 2021-09-18 11:39:18

Beruntung, Harum tak mengunci pintu kamarnya sehingga aku dapat membukanya dengan mudah.

 

 

Mereka terkapar di lantai dengan posisi telungkup dan hanya pakaian dalam yang menutupi tubuh mereka.

 

 

"Bangun!" teriakku.

 

 

Mata kedua penghianat itu mengerjap. Bibir mereka pucat. Ada bekas cakaran binatang buas di punggung mereka, dengan darah kering yang menempel di kulit—meski tak banyak. Aku terkejut, semalam Nyimas dan Mbah hampir saja membunuh mereka!

 

 

Kulihat Mas Wira mulai menggerakkan jari tangannya. Sementara Harum hanya bisa mengerjapkan mata, mungkin dia sedang mengalami ketindihan.

 

 

"Nyimas dan Mbah-ku, sudahi hukumanmu. Aku ingin mereka tetap hidup," bisikku, lalu meniupkan permohonan itu ke arah tubuh Mas Wira dan Harum.

 

 

Tak butuh waktu lama mereka berhenti bergerak. Kini mereka dapat bernapas. Dan Mas Wira lah yang pertama bangun. Matanya langsung melotot ketika melihatku.

 

 

"Manis! Setan apa yang kau pelihara di rumah ini? Dia hampir saja membunuhku dan juga Harum!" 

 

 

Itu adalah kata-kata yang pertama kali keluar dari bibir suamiku.

 

 

"Aku tak memelihara setan apa pun, Mas. Apa yang kalian alami semalam, adalah bentuk dari perbuatan jelek kalian. Setan-setan itu berasal dari dalam diri kalian sendiri!" jawabku.

 

 

Mas Wira memang tidak mengetahui tentang leluhurku. Dia hanya tahu rumah ini angker, sering mengalami kejadian mistis, dan Mas Wira menganggapnya sebagai hal gaib.

 

 

"Beberapa kali aku mengalami kejadian aneh di rumah ini, dan kali ini adalah yang terparah! Setan itu mengirimkan dua ekor harimau yang mencakar punggung kami. Kau lihat sendiri, Manis!" tunjuk Mas Wira pada luka cakaran di punggungnya, juga punggung Harum. Seolah-olah dia sedang meminta pertanggungjawaban dariku. "Aku tahu harimau-harimau itu gaib, tapi kenapa cakarannya sangat nyata, Manis?!" lanjutnya bertanya.

 

 

 

Sebelah sudut bibirku terangkat sedikit, sehingga Mas Wira dapat melihatku tengah menyeringai.

 

 

"Bukankah sudah kuingatkan, bahwa rumah ini akan menghukum setiap orang yang berniat jahat dan menyakitiku? Semakin kau berbuat jahat, semakin kau menyakitiku, dan semakin dalam aku merasa tersakiti, maka hukuman yang akan kau terima pun akan lebih menyakitkan. Sekarang, lebih baik tanyakan pada dirimu, apa yang kau perbuat dengan Harum di kamar ini tadi malam? Itulah alasannya. Kau celaka akibat ulahmu sendiri!" jawabku.

 

 

"Aku tahu kau bermain ilmu hitam, Manis! Kekayaanmu yang fantastis ini juga kau dapat berkat menggeluti ilmu itu, kan?" 

 

 

"Aku sudah kaya bahkan sebelum aku dilahirkan, Mas."

 

 

"Dengar, Manis. Jangan sekali-kali kau berniat untuk membunuhku ataupun Harum!" ancamnya.

 

 

"Hahaha." Aku tertawa mendengarnya. Lelaki bodoh itu mau mengancamku? Memangnya dia bisa apa?! "Mas Wira-ku sayang, manusia hanya akan celaka akibat ulahnya sendiri. Jangan pernah menyalahkan orang lain."

 

 

Mas Wira mencoba bangkit. Dia berpegangan ke kaki ranjang dan perlahan-lahan berhasil berdiri, melangkah mendekat hendak melakukan sesuatu.

 

 

"Berhenti!" cegahku. "Turunkan telapak tangan yang kau angkat ke udara itu. Kau tak akan bisa menamparku. Seumur hidupmu, sebanyak apapun kau mencoba, kau tak akan pernah berhasil melakukan kekerasan fisik padaku."

 

 

"Dasar kau wanita jahat!" hardiknya. "Tak sudi aku memiliki istri sepertimu. Apa kau tak sadar, Manis. Sifat angkuh dan kasarmu itulah yang membuatku berpaling hingga kini aku lebih mencintai Harum!" ucapnya. "Aku berubah pikiran, aku akan segera menceraikanmu! Persetan dengan harta yang kau janjikan!"

 

 

Mengeluarkan sesak di dada, aku berteriak pada lelaki yang baru saja bicara akan menceraikanku itu. "Tidak bisa, Mas! Kau telah memohon padaku untuk menikah lagi dan aku mengizinkan dengan hati tercabik-cabik! Hatiku terlanjur koyak! Kau harus tetap menikah tanpa menceraikanku. Karena aku ingin melihat bagaimana kehidupan rumah tangga kalian, aku ingin melihat sejauh mana kalian bertahan! Sebelum hatiku kembali utuh, aku tak akan membiarkan kalian pergi dari rumah ini," tegasku penuh dendam. "Lihatlah di aula sana, semua orang sedang menghias pelaminan. Sekarang bersiaplah. Bangunkan Harum. Kalian harus tetap bugar untuk acara pernikahan besok. Aku akan pergi bersama Bilqis, dan akan pulang lusa."

 

 

Kuputar kursi roda, meninggalkan Mas Wira dan Harum yang tak berdaya di dalam kamar peraduan mereka.

 

 

*

 

 

Dua jam setengah yang dibutuhkan untuk sampai di rumah singgah milik keluargaku yang sudah turun-temurun ini. Sebuah rumah panggung terbuat dari kayu sebagai bahan utamanya. Aku dan Bilqis memasuki ruangan utama dengan banyak benda pusaka terpajang, juga bau dupa yang senantiasa semerbak setiap kali memasuki ruangan ini.

 

 

Aku menyalakan dua buah damar, sementara Bilqis duduk di lantai kayu. Tangannya sibuk merogoh isi tas. Dia adalah seorang dokter yang sudah menjadi sahabat karibku sedari aku kecil. Persahabatan kami tak bisa terpisahkan oleh apapun. Kami sudah teruji oleh waktu dan juga berbagai rintangan yang menghadang, kami juga sudah saling mengetahui keburukan masing-masing. Sehingga, tak perlu ada lagi yang disembunyikan.

 

 

"Kau membawa barangnya?" tanyaku.

 

Bilqis mengeluarkan tangannya dari tas dengan kondisi mengepal, kemudian perlahan-lahan membuka kepalan tangannya dan terlihatlah lima bungkus barang yang kupesan.

 

 

"Ada lima jenis racun mematikan yang kubawa. Kau mau pilih yang mana?" Bilqis menatapku, bertanya seraya mengangkat sebelah alis.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kegalauan

    "Bungkusan ini berisi arsen—""Cukup. Aku sudah tahu nama-nama racun itu. Simpanlah kembali ke dalam tas-mu," ucapku menghentikan Bilqis yang hendak menjelaskan tentang racun-racun itu."Tapi kenapa?""Aku berubah pikiran. Racun berbahan kimia tidak aman untuk digunakan. Itu akan meninggalkan jejak, orang pasti mudah curiga jika Mas Wira meninggal secara tiba-tiba. Terutama para pegawaiku, mereka pasti langsung bisa menebak akulah pelakunya. Apalagi setelah sebulan lalu mereka memergokiku tengah mengubur jasad Mang Diman di pekarangan belakang aula," jawabku."Oh ya, baru sebulan yang lalu kau menghilangkan nyawa seseorang. Lantas, bagaimana dengan rencanamu meracuni Wira? Kita sudah pikirkan ini matang-matang, dan aku sudah bersedia membantumu sejak awal."

    Last Updated : 2021-09-18
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Memanggil Arwah

    "Tidak, Manis! Kau tidak boleh berpikiran seperti itu! Jangan bilang kau mulai jatuh cinta pada suamimu! Dengarkan aku, Manis, cinta itu sampah! Cinta hanya akan melemahkan hatimu. Kau lihat aku, bagaimana dulu aku begitu mengagungkan cinta pada seorang lelaki hingga aku memberikan segalanya, tapi dia malah mencampakkanku dan pergi dengan wanita lain. Itulah yang saat ini sedang direncanakan Wira terhadapmu. Dia akan menguras habis hartamu, lalu setelah dapat, dia akan pergi bersama istri barunya dan mencampakkanmu. Tidak, Manis! Jangan pernah percaya cinta, buanglah rasa cemburu itu."Bilqis berteriak tepat di depan wajahku, dia mengguncang bahuku dengan keras. Angin malam masuk ke dalam ruangan, menyibak ujung rambutku hingga menyentuh bibir."Neng geulis, geura hudang, bageur ...." Tiba-tiba kudengar suara leluhur berbisik di telingaku, mereka mencoba menyelamatkanku dari pera

    Last Updated : 2021-09-18
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Poison

    "Air susu ini bernama poison," jawab Mbah seraya meniup botol bening berisi poison hingga terangkat ke udara, dan berputar-putar di atas telapak tanganku.Aku memperhatikan air berwarna putih yang seperti menyehatkan ini. Hanya setetes saja, dan itu membentuk bulatan sempurna yang mengapung di dalam botol. "Racun?" mataku terbelalak melihatnya."Ya.""Aku butuh yang lebih banyak dari ini, Mbah. Ini kan hanya setetes," ucapku."Mbah dan Nyimas hanya bisa memberimu setetes. Poison itu tidak akan langsung mematikan korban, tetapi akan membuatnya menderita perlahan-lahan sampai kau puas. Kamu jangan khawatir, nanti setiap madumu meneteskan air mata, botol bening itu akan terisi lagi oleh setetes poison. Dan kau bisa gunakan keesokan harinya. Begitu seterusnya, sampai kau puas mempermainkan pend

    Last Updated : 2021-09-28
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Malam Pengantin

    Senyumku terlempar begitu saja. "Kemarilah, dorong kursi roda berlapis emas ini menuju meja makan," kataku.Harum mengabaikan, dia memilih duduk di kursi dan hendak menyantap hidangan."Ingat, untuk duduk di kursi mewahku itu, kamu harus menuruti perintahku. Apa kau lupa tentang persyaratanku, Harum? Cepat kau dorong kursi roda berlapis emas ini menuju meja makan!" Aku mulai meninggikan suara dan menajamkan intonasi, hingga wanita itu tak jadi duduk dan dengan kesal dia menghampiriku.Sambil memurar bola mata malas, Harum menghampiriku. Dia memegang pegangan kursi roda di belakang pundakku lalu menjerit sebentar."Aw!" pekiknya."Hati-hati, pasti rasanya dingin, bukan? Pegangan itu berlapis emas yang akan terasa dingin menusuk kulit

    Last Updated : 2021-10-04
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Manisnya Maduku

    Kedua kelopak mata berhias eyeshadow warna gold itu memicing, Harum tampak hati-hati sekali menebak maksudku memberinya air susu ini."Air susu penyubur?" tanyanya."Tentu saja. Kalian akan menghabiskan malam pertama, kan? Aku ingin usaha kalian menghasilkan keturunan untuk keluarga ini. Maka dari itu, dengan suka hati kubuatkan susu ini untukmu. Kau tahu, di dunia ini tidak ada Kakak madu sebaik aku! Ayo, terimalah gelas ini dan minum susunya!" bujukku.Harum menepis tanganku. Wanita yang memakai kimono lingerie itu menatapku tak suka."Seseorang yang ingin mendapatkan ikan, harus memberi umpan agar dia mendapat hasil. Aku tahu apa yang sedang kau lakukan, Kak. Kau menginginkan sesuatu dariku, makanya kau bersikap baik seperti ini. Tapi aksal kau tahu, aku tak mau memberikan apapun padamu. Dan asal kau tahu juga, di dunia ini tidak akan ada istri p

    Last Updated : 2021-10-05
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Mulai

    "Wanita itu lumayan cerdik juga," jawabku lantas mengajak Bilqis naik ke lantai dua, ke kamarku.Aku memperlihatkan tanah luas di pinggir kamarku pada Bilqis."Luas sekali tanah ini. Untuk apa?" tanyanya."Kuburan mereka."Bilqis tampak merinding."Karena itu, kau jangan cepat-cepat khawatir. Aku telah menyiapkan rumah keabadian mereka, jadi akan kupastikan rencanaku berhasil," lanjutku."Tapi poison itu kan—"Ucapan Bilqis terhenti saat melihat botol bening berisi setetes poison melayang di atas telapak tanganku. Dia cukup terkejut sekaligus lega. "Jadi kau belum menggunakannya? Syukurlah," ucap Bilqis.

    Last Updated : 2021-10-08
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Terpedaya

    "Aku sudah banyak mendengar rumor tentangmu. Bahkan sebelum bertemu dengan Mas Wira, nama keluarga besarmu sudah terkenal sampai ke kampungku," kata Harum. Dia mulai tertarik dengan ceritaku.Saat Harum mengatakannya, timbul rasa ingin tahu dalam diriku. Kapan dan bagaimana Harum dapat bertemu dengan Mas Wira. Dan jika dia sudah tahu tentang rumor keluargaku, kenapa dia malah mau masuk ke dalam keluarga ini? Padahal aku yakin, rumor yang dia dengar itu adalah rumor tentang kejahatan keluargaku di masa lalu. Namun, kusimpan dulu semua pertanyaan itu."Keluargamu menganut ilmu hitam, mereka pemuja setan," lanjut Harum."Tidak, Harum. Bukan seperti itu. Kau salah menilai. Keluargaku bukanlah pemuja setan, tetapi mereka berguru dan berteman dengan makhluk dari alam lain untuk meminta petunjuk dan mendapat dukungan. Waktu itu, nenek moyangku

    Last Updated : 2021-10-09
  • Poison (Racun untuk Maduku)   Selangkah Lagi

    "Racun?" tanyaku seraya melirik gelas kosong yang isinya habis kutenggak barusan, lalu berpindah melirik Harum dengan ekspresi pura-pura tak mengerti."Iya, Kak. Mas Wira bilang, aku tak boleh menerima makanan atau minuman dari tanganmu, dia bilang aku harus berhati-hati karena mungkin saja kau menaruh racun di dalamnya. Tapi ... sekarang kau minum susu itu dan tidak kenapa-napa ...," jawab Harum heran.Aku terbatuk karena sesak di dada. Kupegangi dadaku dan menekannya sekuat mungkin, pura-pura terkejut mendengar cerita Harum tentang Mas Wira yang curiga padaku."Kak ... kau kenapa, Kak?" Harum menangkap tubuhku saat aku pura-pura jatuh tersungkur. Sangat terlihat jelas rasa khawatir di wajahnya."Tidak apa-apa, Harum. Aku hanya merasa terkejut saat kau bilang Mas Wira berkata seperti itu. Sudah

    Last Updated : 2021-10-12

Latest chapter

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kemenangan

    Entah siasat apalagi yang dilakukannya. Harum begitu mudah mengecohku. Tapi aku yakin, yang berada dalam dirinya itu bukanlah sosok Bilqis—temanku—yang sesungguhnya. Wanita itu pasti memiliki ilmu untuk merubah dirinya menjadi orang lain dan bahkan makhluk lain. Dia benar-benar nenek sihir!“Tolong!”Kudengar suara teriakan minta tolong lagi dari dalam diri Harum, kali ini suara itu juga diiringi raungan kesakitan. Jelas bukan Harum yang berteriak, karena mulutnya tertutup rapat. Apalagi suara itu terdengar seperti suara Bilqis, tapi mungkinkah yang berada dalam diri Harum itu adalah Bilqis?Pikiranku kembali bimbang untuk memutuskan apa yang akan kulakukan. Bisa saja Bilqis memang berada dalam diri Harum, tetapi bisa saja itu adalah tipuan.Kutarik kembali pedang yang tadinya kuarahkan ke Harum, lebih baik kuulur waktu untuk menemukan jawaban

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Melenyapkan Harum

    “Tolong temanmu itu!” seru Harum bernada mengejek. “Kau pasti mengira, temanmu itu yang sejak tadi berteriak minta tolong, bukan?” lanjutnya diiringi tawa jahat.“Katakan di mana dia!” cecarku.Harum malah tertawa semakin keras, menunjukkan gigi putihnya yang derderet rapi, hingga rongga mulutnya terbuka lebar. Ingin rasanya kuhunuskan pedang pusaka ke mulutnya itu, namun dia belum memberitahuku di mana keberadaan Bilqis sekarang. Temanku itu pasti sedang dalam bahaya!“Aku tidak akan memberitahumu,” jawabnya. “Silakan kau ancam aku, aku tak merasa takut sedikit pun, karena ternyata kemampuanmu tidak ada apa-apanya dibanding aku. Rumor yang beredar di luar sana rupanya hanya omong kosong belaka, mereka bilang kamu jahat dan pandai bermain ilmu hitam tapi kenyataannya kau tak bisa apa-apa selain minta tolong leluhurmu itu. Dan lebih parahnya l

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Permainan Harum

    "Apa yang terjadi?" tanyaku"Katanya, Harum tiba-tiba gusar dan mengajak Mas Wira pulang. Dia menutup perusahaan selama beberapa hari.""Berani sekali dia!" Kupukul dinding tempatku bersandar."Aku langsung mendatangi rumah penjaga keamanan untuk meminta kunci kantor, dan pabrik. Setelah kembali ke kantor, kuperiksa semua dokumen di ruangan Wira. Dan aku menemukan beberapa berkas penjualan kebun dan pabrik. Berkas itu tinggal menunggu tanda tangan darimu," lanjut Bilqis."Itu semua tidak akan terjadi. Aku tak akan pernah menandatangani berkas itu," kataku."Tentu saja, karena aku pun sudah merobeknya!"Aku mendekat, duduk di samping Bilqis. "Lagipula Mas Wira sudah mati dibunuh Harum," kataku.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Malam Mencekam

    “Kau sudah tahu siapa diriku sebenarnya, bukan?” lanjutnya menebak dengan benar. “Bagaimana perjalananmu ke Jurang Cilaka? Aku cukup terkejut melihatmu pulang dengan selamat. Tapi sayang sekali kau datang terlambat, jadi aku harus mengganti tumbal ajianku dengan mengorbankan Mas Wira. Padahal, aku berniat menumbalkan nyawamu, Manis! Dan kau malah terlambat datang, sementara waktu persembahan sudah sangat mendesak. Dan sayangnya lagi … suamimu ini harus mati percuma, karena kau telah membunuh Tengkorak sialan itu. Baguslah, aku jadi tak perlu berurusan dengannya lagi.”Harum menatap dengan tatapan merendahkanku. Dia melihatku yang terduduk di kursi roda, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rupanya dia sudah tahu apa saja yang kulakukan di Jurang Cilaka. Tapi bagaimana dia bisa mengetahuinya?“Sekarang giliranmu yang dikubur di sini, Manis,” tambah Harum dengan tawa jahatnya. &ldquo

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kuburan Siapa?

    "Bagaimana kalau aku tak mau membantumu?""Aku tak akan membiarkanmu keluar dari tempat ini. Matilah kau perlahan di dasar jurang sana!" Ancam Kakek Tengkorak, dari lubang bola matanya memancarkan api kuning kemerahan."Aku juga sangat membutuhkan wanita bernama Harum. Tak mungkin kuserahkan dia padamu," balasku jujur.Api itu masih belum padam, kini kobarannya keluat dari lubang dan hampir menyambar wajahku. Beruntung aku dapat menghindar."Akulah yang pertama kali mengikat jiwanya. Tak ada yang bisa merebutnya!" ujar Kakek Tengkorak.Aku berpikir sejenak. Mencari jalan terbaik untuk memecahkan permasalahan ini. Wanita yang dimaksud itu pasti Harum maduku, tak ada lagi wanita licik penganut ilmu hitam selain dirinya.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Permintaan yang Sulit

    “Bastian, aku tahu tempat ini sangat mematikan. Tapi percayalah, aku bisa keluar dari tempat ini dengan selamat. Kumohon, jangan persulit situas. Kau tak butuh pedangmu lagi, lebih baik berikan padaku. Aku membutuhkan pedang itu untuk menyelamatkan orang-orang terdekat kita!” balasku setengah berteriak dan menekankan nada pembicaraan.Aku mulai kesal dengan arwah Bastian yang sangat keras kepala.“Tidak mungkin kau bisa selamat, Manis!” bantahnya.Kesabaranku mulai habis. Saat masih hidup maupun sudah mati, Bastian selalu menyebalkan. Dia selalu berpikiran buruk tentangku. Tak hanya dia, bahkan semua orang selalu menilaiku dengan buruk. Hanya karena aku memiliki kelebihan spiritual, mereka kira aku penyihir. Kenapa tidak ada satu orang pun yang percaya bahwa aku ini manusia biasa seperti mereka? Aku hanya memiliki sedikit ‘kelebihan’ yang berbeda dari me

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Bertemu Arwah Bastian

    Aku bertanya dalam hati. Mungkinkah Harum yang dimaksud Kakek Tengkorak adalah maduku?“Sudah cukup pertanyaanmu?” Dia bertanya lalu memutar tengkorak kepalanya seakan hendak menakutiku.“Cukup. Pergilah,” jawabku.Satu per satu bagian tubuhnya terlepas dari persendian. Kepala, lengan atas, tangan, paha, betis, dan tubuhnya berjatuhan ke tanah. Aku beringsut mundur karena merasa kaget. Kakek Tengkorak kini tinggal tulang belulang yang menyatu dengan tanah dan hilang seketika, meninggalkan asap tipis yang mengepul di hadapanku.Langit sudah mulai gelap. Senja telah berganti malam. Aku melihat ke sekeliling, hanya cahaya kunang-kunang dan sinar bulan yang membantu penglihatanku menangkap pemandangan di dasar jurang ini. Aku menantikan jam sepuluh malam, waktu di mana kecelakaan itu terjadi. Tapi sepertinya masih lama.

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Kakek Tengkorak

    Suara serak dari seorang Kaket Tua—yang bau badannya lapuk dimakan usia, serta jemarinya yang tanpa daging dan kulit—membuatku sadar bahwa saat ini aku tengah berada di masa lalu, saat perkampungan ini hangus terbakar api.“Mau apa kau datang ke sini?” tanya Kakek Tua di belakangku. Dia masih mencubit pipiku, “dagingmu sangat kenyal dan berisi. Kau pasti datang dari masa depan, bukan? Masa di mana jaman semakin modern dan canggih, tetapi para manusianya berpikiran kuno dengan meminta kekayaan pada kami—para makhluk ghaib,” katanya seraya memutar badanku, hingga kini aku berhadapan dengan pemilik wajah mengerikan yang tidak memiliki bola mata. ”Kau mau minta apa? Kekayaan? Kecantikan? Kehormatan? Atau semuanya, wahai manusia rakus?” lanjutnya bertanya.Kuperhatikan sosok di hadapanku ini baik-baik. Ternyata dia hanyalah sebuah tengkorak hidup yang hanya memakai pakaian Su

  • Poison (Racun untuk Maduku)   Jurang Cilaka

    "Tidak akan lenyap seketika, tetapi bertahap. Karena sudah tidak ada ikatan lagi dengan siluman Harimau Putih, maka otomatis perusahaan-perusahaan itu akan kehilangan daya tariknya di dunia industri. Produk yang dijual di pasaran pun akan kehilangan daya magisnya, kemungkinan akan sepi pembeli. Sehingga, lama-lama terancam bangkrut. Seperti itulah yang akan terjadi," jawabku."Dan kau rela?" tanya Bilqis."Kenapa? Sekarang kau tak mau berteman denganku karena aku terancam miskin?" Aku balik bertanya.Bilqis mennghela napas dan dengan yakin mengatakan bahwa semua itu tidak berpengaruh terhadap kesetiaannya padaku."Gak akan ada yang bisa memutuskan tali persahabatan kita," jawabnya."Kalau begitu, lakukan yang terbaik untuk perusahaan teh-ku."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status