Pertemuan dengan Gema sudah terjadi sejak satu minggu yang lalu, sampai sekarang tidak ada bertemu secara tidak sengaja. Lily juga setidaknya bersyukur tidak perlu memberikan jawaban pada pria yang memang baru ditemuinya juga pria yang beberapa kali menolongnya, tapi bukan berarti percaya diri jika yang dimaksud adalah dirinya.
“Mbak, memang kita nggak istirahat?” tanya Bella pada Merry yang langsung menggelengkan kepalanya “Masa langsung rekaman dan hafalin gerakan tari?”“Kenapa? Memang kamu sudah tua? Protes aja dari sebelum balik.” Merry menatap malas pada Bella yang langsung mengerucutkan bibirnya “Kamu habis ini menikah, sebelum menikah mau dibuat sibuk dulu sama bos. Kejar setoran, habis nikah kamu juga honeymoon. Larissa dulu juga gitu, nggak protes.”Bella semakin mengerucutkan bibirnya “Larissa pasangannya orang hiburan juga jadi paham, aku beda. Mas Ruli kasihan kalau aku sibuk terus, kita jarang ketemu belum lagi nggak ada waktu membahas masalah pernikahan.”“Bel, kamu pakai WO kalau lupa.” Merry mengeluarkan kalimat sindirannya yang membuat Larissa dan Lily menahan tawa.Perdebatan kembali terjadi antara Bella dan Merry yang menjabat sebagai kepala manager mereka, Lily memilih tidak terlibat dalam perdebatan mereka. Hal yang sama dilakukan Larissa yang dari tadi sibuk dengan ponselnya, hembusan napas panjang dikeluarkan Lily mendengarkan Bella yang tidak lelah mendebat Merry, beberapa kali bertemu pandang dengan Larissa hanya bisa mengangkat bahu.“Kak, kamu nggak mau protes sama agency?” suara Bella membuyarkan lamunan Lily “Perkembangan kamu sama pemadam itu gimana?”“Kenapa bawa-bawa dia? Agency udah kasih jadwal, masa mau di protes. Lagian dulu kita juga begini kamu nggak protes.” Lily memejamkan matanya, lelah mendengar suara Bella yang sudah mulai keluar manjanya.“Nggak usah mikirin cowok, Ly. Kalau sudah waktunya dia akan datang sendiri, lebih baik terlambat daripada kaya aku.” Merry memberi peringatan lagi “Kamu juga belum terlalu kenal sama pemadam itu, siapa namanya? Gema? Kalau jodoh juga nggak akan kemana, tapi sebelum memutuskan kamu harus pastikan dia baik.”Lily membuka matanya melihat Merry yang telah memberikan nasehat “Mbak Merry, aku sama Gema nggak ada apa-apa. Kita hanya bertemu tidak sengaja, jangan membayangkan kejadian yang aku alami sama kaya Kak Fransiska. Kakak tenang saja, aku akan hati-hati dalam memilih pria. Kalau perlu nanti Kak Merry ikut seleksi.”“Pasangan kita juga boleh terlibat?” tanya Bella yang membuat Lily menatap bingung “Kita nggak mau Kak Lily dapat pasangan yang nggak baik.”“Kak Lily akan baik-baik aja, Bel. Kamu nggak perlu parno begitulah, mau dia kerja apapun yang penting halal sudah. Kak Lily juga bukan orang yang boros atau aneh-aneh, Kak Lily putus sama Mas Fatur juga bukan karena perselingkuhan atau apa tapi memang keadaan. Kita hanya bisa menunggu pria yang tepat buat Kak Lily nanti, dukung Kak Lily bukan digoda terus.” Larissa membuka suaranya setelah mematikan ponsel dan menyimpannya, memberikan tatapan dalam pada Bella.Lily memeluk Larissa erat diikuti dengan ciuman di pipi “Bel, kamu itu harusnya bisa dewasa kaya Larissa.”Perjalanan mereka berhenti di tempat parkir agency, hembusan napas lega keluar dari bibir mereka semua. Supir mengambil barang-barang mereka, Lily bisa melihat Larissa dan Bella sudah dijemput oleh pasangannya. Melihat sekitar dan mendapati kakaknya yang menjemput dirinya, mereka akan bertemu lagi besok untuk rekaman dan latihan tari. Memeluk mereka satu per satu sebelum akhirnya Lily mendatangi kakaknya yang langsung cepat mengambil barang-barangnya. Hembusan napas lega keluar dari bibir Lily saat sudah berada didalam mobil, menatap adik-adiknya yang masih memasukkan barang-barangnya.“Uangnya udah aku transfer.” Surya membuka suaranya yang hanya diangguki Lily “Nggak semangat banget? Mau makan dulu atau gimana?”“Memang di rumah nggak ada makanan? Mama kemana? Istri kakak kemana?” tanya Lily penuh selidik “Kenapa uangnya lama banget balikinnya? Bukan uang kakak, kan?”“Anton baru ada uang. Pada nggak masak, jadinya beli daritadi. Kamu pulang ke rumah, kan?”“Beli makan dulu aja, Kak. Terserah beli apa.” Lily memejamkan matanya membiarkan kakaknya yang memilih makanan.“Kamu besok ada acara?” tanya Surya yang membuat Lily membuka matanya.“Apa lagi ini? Mama atau kakak ini yang punya acara?” Lily menatap Surya malas.“Astaga! Kamu negatif mulu jadi orang.” Surya menggelengkan kepalanya melihat reaksi Lily “Mama mau ajak kamu ke arisan...”“Aku nggak bisa,” jawab Lily cepat “Kita mau keluarin album baru, jadi nggak bisa diajak begituan. Aku tahu rencana mama apaan, jadi berhenti mengajak aku untuk acara yang begituan.”Lily sudah tahu rencana mama dan kakaknya, hal yang bagus tapi tidak untuk dirinya. Lily tidak ingin kejadian Anton terjadi lagi, mengingat usaha mama dan kakaknya membuat Lily seketika teringat Gema yang harus mengikuti kemauan ibunya bertemu dengan wanita-wanita yang tidak dikenalnya.“Jadwal kalian benar-benar padat, kamu bahkan jarang pulang ke rumah. Waktu kamu banyak habis di apartemen yang dekat agency, terus ini bisa pulang berapa lama?” tanya Surya memecahkan keheningan mereka.“Nggak tahu, Mbak Merry belum kasih tahu. Album keluar pastinya akan lebih sibuk, aku sendiri jadwal minggu ini belum dikasih. Mbak Merry bilang kemarin kita banyak istirahat sekarang di kasih kerjaan full, bayar hutang yang kemarin.” Lily menatap jalanan yang dilewati Surya “Mau beli makanan apa?”“Makanan yang biasa kita beli aja, mama sama mbak kamu nitip tadi.” Lily menganggukkan kepalanya tanda setuju.Tidak ada yang membuka pembicaraan lagi, Surya fokus dengan keadaan jalan dan Lily memilih memejamkan matanya. Bertemu fans selalu membuat dirinya lupa untuk menjaga kesehatan, bagi mereka fans adalah segalanya. Membuka matanya saat merasakan mobilnya berhenti, menatap sekitar dan tampaknya mereka sudah sampai di tempat langganan. Surya bersiap keluar, diikuti Lily yang memilih melakukan hal sama, berjalan berdampingan dengan Surya sambil mencari tempat duduk.“Makan disini? Bawa pulang aja, gimana?” Surya menatap Lily yang hanya bisa menganggukkan kepalanya “Kamu mau pesan apa? Udah makan belum?”“Jangan kasih aku yang gorengan sama pedas dulu, Kak. Besok mau rekaman masalahnya, kalau sakit bisa dimarahin sama bos dan Mbak Merry.” Lily menatap Surya yang hanya menganggukkan kepalanya.Lily menatap sekitar, tempat langganan mereka memang selalu ramai. Lily biasanya juga membawa teman groupnya untuk datang kesini atau melakukan delivery, foto mereka bahkan di pasang sama pemilik restoran. Tatapannya terhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya, walaupun tidak yakin tapi Lily masih mengingat orang tersebut yang membantu dirinya terakhir kali.“Lihat foto kalian disini kadang suka malu sendiri,” ucap Surya yang sudah duduk dihadapan Lily “Kamu kenapa sih ngotot minta uangnya Anton?”Lily memberikan tatapan kesal pada Surya “Bukan masalah uangnya tapi masalah harga diri.” Lily beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Surya yang ingin membantah kata-katanya.Langkah kaki Lily mendekati seseorang yang membantunya terakhir, tampaknya orang tersebut tidak menyadari kehadiran dirinya. Hembusan napas panjang diberikan sebelum akhirnya tinggal beberapa langkah, menatap orang tersebut dengan penuh pertimbangan.“Mbak Mona, bisa kita tukaran nomer hp?”Masih teringat jelas malunya Lily saat meminta nomer hp Mona, saat itu tidak ada alasan dirinya meminta nomer Mona dan terjadi begitu saja, tapi sudut hatinya mengatakan ingin mendapatkan nomernya walaupun sampai sekarang belum menghubungi sama sekali. Menatap nomer Mona dengan tatapan tanda tanya yang masih ada didalam kepalanya, menggelengkan kepala pelan jika apa yang ada dalam pikirannya tidak benar.“Capek.” Bella memejamkan matanya saat sudah berada di sofa “Seminggu lagi.”“Li, kamu diundang untuk ikutan olahraga panah.” Merry mendekati Lily dan tidak peduli dengan rengekan Bella “Permintaannya Lily atau Larissa, tapi Larissa sudah nolak.”“Harus, Mbak? Mbak tahu kalau aku malas ikut begituan.” Lily memastikan dengan harapan tidak terjadi.“Masalahnya yang ajak langsung orang paling penting.” Merry memberikan alasan “Aku nggak tahu bisa nolak atau nggak.”“Mending tanyakan dulu, Mbak. Kak Lily nggak akan mau lakuin begitu
Masih teringat jelas malunya Lily saat meminta nomer hp Mona, saat itu tidak ada alasan dirinya meminta nomer Mona dan terjadi begitu saja, tapi sudut hatinya mengatakan ingin mendapatkan nomernya walaupun sampai sekarang belum menghubungi sama sekali. Menatap nomer Mona dengan tatapan tanda tanya yang masih ada didalam kepalanya, menggelengkan kepala pelan jika apa yang ada dalam pikirannya tidak benar.“Capek.” Bella memejamkan matanya saat sudah berada di sofa “Seminggu lagi.”“Li, kamu diundang untuk ikutan olahraga panah.” Merry mendekati Lily dan tidak peduli dengan rengekan Bella “Permintaannya Lily atau Larissa, tapi Larissa sudah nolak.”“Harus, Mbak? Mbak tahu kalau aku malas ikut begituan.” Lily memastikan dengan harapan tidak terjadi.“Masalahnya yang ajak langsung orang paling penting.” Merry memberikan alasan “Aku nggak tahu bisa nolak atau nggak.”“Mending tanyakan dulu, Mbak. Kak Lily nggak akan mau lakuin begitu
Lagu covernya keluar jam sepuluh pagi, semalam selama satu jam Lily menghabiskan waktu dengan live bersama fansnya. Lily juga sudah memberitahukan kalau nanti akan ada kejutan dan fansnya sudah menebak kalau ada cover lagu, tapi mereka tidak tahu lagunya apa. Sekarang yang dilakukan adalah menunggu keluar dan melihat reaksi fansnya, tapi sebenarnya Lily hanya satu yang ditunggu yaitu reaksi Gema dan daritadi menatap ponsel menunggu orang tersebut menghubunginya.“Acara apa nanti?” tanya Rahayu saat melihat Lily keluar dari kamar.“Mama kapan datang?” Lily menatap Rahayu yang sudah duduk manis di sofa, bertanya tanpa berniat menjawab pertanyaan “Mama bawa apaan?”“Makanan kesukaan kamu,” jawab Rahayu yang menatap Lily dari tempatnya “Kue dari teman kamu.” Lily mengerutkan keningnya melihat kotak kue di lemari es “Cowok.”Lily menatap bingung, melihat ucapan yang tertempel di kotak dengan segera membacanya dan seketika membelalakkan matanya.
“Kamu datang sama siapa nanti ke pernikahan Bella? Gema?” tanya Rahayu sambil menyiram bunga “Gema itu wajahnya kaya anak kecil, kalian berdua jangan-jangan memang jodoh.”Lily memutar bola matanya mendengar mamanya membicarakan Gema, pertemuan mereka pada saat ulang tahun Lily semakin membuat mamanya berharap jika mereka berdua memiliki hubungan lebih serius. Gema memang pernah bicara, tapi pastinya hanya angin lalu dimana mereka bertemu secara tidak sengaja beberapa kali.“Fransiska bilang kalau Leo mau cari tahu latar belakang Gema, kamu sudah dikasih tahu?” Rahayu masih membahas tentang Gema “Kalau kamu nggak mau dengar nanti mama minta langsung sama Leo.”“Astaga, Mama! Jangan ganggu Mas Leo yang kerja, lagian kita ini bukan apa-apanya mereka. Jangan seenaknya minta tolong, aku jadi nggak enak sama Mas Leo.” Lily menatap kesal pada mamanya yang memilih diam.“Nunggu kamu kelamaan. Leo sendiri pernah bilang sama mama kalau kamu nggak k
“Syukur nggak ada gosip sama sekali tentang kalian berdua.” Merry mengatakan tanpa menatap Lily dan hanya fokus pada ponsel “Kita semua sempat khawatir saat kalian datang dan wartawan mulai mengambil foto kamu, setidaknya kita bisa menyelamatkan wajah Gema dari wartawan.”“Makasih, Mbak.” Lily menatap tidak enak pada Merry yang bekerja keras saat kedatangannya bersama Gema di pernikahan Bella.“Memang hubungan kalian bagaimana?” tanya Merry penasaran dengan menutup ponselnya “Kalian sudah ke tahap serius?”“Teman, tidak ada pembicaraan hal lebih.” Lily mencoba mengingat pembicaraan terakhir mereka.Lily yakin sebagai teman, tidak memberikan jawaban yang pernah dikatakan Gema saat itu. Gema sendiri tidak pernah membahasnya kembali, apalagi kedua orang tuanya masih memberikan daftar wanita yang ditemuinya, Lily tahu semua karena Gema cerita tanpa merasakan malu. Jawaban yang diberikan memang kenyataan yang ada, tidak ada komitmen yang mereka
Tatapan datar diberikan Lily pada Fatur, pria yang pernah mengisi hari-harinya dulu dan jika saja bukan karena kontrak mereka tidak akan berpisah. Kedatangannya secara tiba-tiba mengejutkan Lily, seketika langsung membawa Fatur ke cafe dibawah sebelah gedung apartemennya dan Lily sangat yakin jika disini masih aman, wartawan tidak akan masuk dengan mudah ke apartemen yang memiliki keamanan sangat bagus. Suasana hening menemani mereka berdua, tidak ada yang membuka suara sama sekali. Hembusan napas dikeluarkan Lily, mengenal dengan sangat baik Fatur membuat Lily harus membuka suara memulai pembicaraan, tapi masih bingung memulai dari mana dengan pria yang ada dihadapannya karena memang tidak ada yang bisa mereka bahas.“Aku akan cerai.” Lily membelalakkan matanya mendengar kalimat yang keluar dari bibir Fatur setelah keheningan mereka “Kami tidak cocok dan dia selingkuh.” Fatur melanjutkan kalimatnya.“Hubungan denganku apa?” tanya Lily bingung.
“Kamu gimana?” tanya Gema sambil meletakkan air mineral di meja “Terima tawaran dia?”Lily membelalakkan matanya mendengar ucapan Gema “Aku nggak segila itu! Kaya nggak ada cowok lain aja! Lagian dia yang mutusin tunangan dan memilih pilihan orang tuanya, sekarang dengan mudahnya bilang cerai.” Lily mengatakan dengan penuh emosi.“Kamu masih ada rasa sama dia?” tanya Gema tanpa dosa.Lily kali ini menatap tajam Gema, seketika memukul lengannya pelan “Kamu kenapa tanya begitu? Kamu nuduh aku yang nggak-nggak? Kamu pikir aku cewek penggoda suami orang? Berharap pada pria yang sudah memiliki rumah tangga? Aku nggak segila itu!”Gema tersenyum tidak enak, tangannya menggaruk tengkuk lehernya pelan “Aku hanya penasaran, memang dengan kamu bicara seperti tadi dia akan percaya? Nggak akan datangi kamu lagi?”Lily mengangkat bahunya “Aku nggak tahu, setidaknya aku berusaha. Pastinya dia akan tanya ke teman-temanku tentang kamu, tapi tem
“Sudah di daftarin jadi Gema bisa datang sewaktu-waktu.” Merry mengatakannya sambil menyandarkan tubuh ke sofa “Kemarin sampai jam berapa? Ngapain aja kalian?” “Kepo banget sih, mbak. Makasih banyak sudah bantu.” Lily tersenyum tipis kearah Merry yang langsung berdecak pelan “Mbak Merry semangat banget daftarin Gema, ada apa ini?” Lily menaik turunkan alisnya.“Kalian mau menghabiskan waktu lagi?” tanya Merry memberikan tatapan penuh selidik dan tidak peduli dengan godaan Lily.“Belum tahu, Gema sibuk. Kemarin langsung pergi dihubungi ada kucing yang masuk selokan dan nggak bisa keluar.” Lily mengatakan sambil cemberut “Aku kira tugasnya madamin api aja tapi ternyata sampai urusan kucing masuk selokan juga Gema yang urus.”“Bukannya gitu shift?” tanya Merry penasaran “Gema waktunya shift terus main kesini?”Lily menggelengkan kepalanya “Gema datang ke apartemen sebelum jam masuknya, pas mau berangkat disuruh langsung ke lokasi.
“Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya
“Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau
Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da
“Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan
“Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da
“Gini ya rasanya kalau sudah menikah terus harus pisah karena pekerjaan.” Gema tertawa mendengar kalimat yang keluar dari bibir Lily, tugas yang didapatnya secara mendadak dari pusat karena ada bencana di sudut ibukota. Tugasnya tidak terlalu jauh tapi kemungkinan selesai mungkin memakan waktu lama, mereka harus kesana karena adanya kecelakaan.“Udah, aku berangkat.” Gema mencium bibir Lily lembut “Jangan nakal.”Lily hanya mengerucutkan bibirnya mendengar nasehat Gema, mengantarkan Gema sampai depan pintu dan menutupnya ketika Gema sudah masuk kedalam lift. Hembusan napas panjang dikeluarkannya setiap Gema berangkat kerja, pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan resiko besar.Sebenarnya bisa saja Lily ikut, tapi pekerjaannya sedang menunggu. Keputusannya pada saat itu menerima tawaran menjadi juri membuat dirinya harus sibuk, sebenarnya bukan hanya dirinya tapi juga ketiga temannya. Ketiga temannya yang menerima pastinya Gracia, Larissa da
“Jadi juri?” “Ya, kalian sudah mampu lakuin itu.”“Nggak deh, mbak. Kejadian Bella dulu masih membekas, acara begituan penuh dengan sandiwara. Pemenangnya sudah pasti ditentukan siapa, walaupun jelek tapi menghasilkan bisa jadi bagian dari mereka.” Lily menolak permintaan Merry.“Namanya acara televisi, Ly. Punya suara bagus tapi dia nggak menjual buat apa, agency nanti juga rugi kalau mau naikin dia.” Merry memberikan gambaran dunia entertainment.“Agency bisa kasih modal dengan permak dia jadi keren, mbak. Apapun bisa dilakukan dengan uang, kita dulu juga dekil banget waktu tampil pertama kali tapi perlahan kita pelajari tentang dunia kecantikan.” Bella membuka suaranya yang diangguki Lily.“Kalian menolak tawaran ini?” tanya Merry sekali lagi.“Ya.” Lily menjawab langsung.“Aku mau coba, mbak.” Larissa membuka suaranya yang membuat semua menatap kearahnya “Kita nggak mungkin begini terus dengan prinsip
“Mama itu pengen kasih tahu teman-teman kalau punya mantu penyanyi.”“Ya nggak harus datang ke acara begitu, ma.” “Kamu itu apa-apa nggak boleh, udah kaya managernya Lily aja. Masa mama minta sesuatu yang mudah nggak bisa kamu penuhi? Kemarin nikah juga sederhana, nikah sama public figure masa sederhana begitu...kamu nggak ada budget apa?” Gema mengusap kasar wajahnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir mamanya, belaian di punggung membuat dirinya sedikit tenang. Menatap Lily yang tersenyum tipis sudah cukup memberikan energi pada dirinya, menghadapi mamanya memang membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.“Ma, aku nggak mau ada gosip aneh-aneh.” Gema membuka suaranya lagi.“Gosip apaan? Mama ajak ke acara arisan yang otomatis hanya orang-orang dekat saja, lagian mereka nggak akan mungkin aneh-aneh.” “Nggak mungkin, satu aja upload foto di media sosial udah bisa bikin heboh. Ah...aku nggak tahu gimana caranya