"Jangan, dia mau sekolah, ya! Memang kamu ada uang buat sekolahin dia, ada kamu?" Rose menjelitkan matanya menantang Aluna. Selama ini dia diam-diam bergerak, membuat bisnis dan melebarkan sayapnya, semua usaha apa pun itu, Aluna geluti demi mendapatkan uang yang cukup untuk menghidupi Rangga. Sekarang dia punya tabungan yang banyak, dia percaya anaknya akan lebih baik hidup dengannya daripada hidup dengan mertua dan suaminya. "Ada Bu! Aku punya usaha, aku ini kerja bukan pengangguran. Aku memang bukan wanita karir seperti Ulfa yang setiap hari Ibu bangga-banggakan tetapi aku berani bertaruh, masih besar pendapatanku yang hanya berjualan nasi ini daripada dia yang kerja di ruangan AC!" Mulut Aluna sudah tidak bisa lagi dikontrol, sakit hatinya. Dia ingin agar Rose tahu, dia juga manusia. Jangan selalu merendahkannya karena Aluna juga bisa membela dirinya. Saat tidak ada satu orang pun yang membelanya, Aluna akan berdiri pada garis paling depan, memberikan tubuhnya sendiri untuk dib
Mana ada seorang ibu yang tega meninggalkan anak dan suaminya. Mana ada di dunia ini. Mana ada seorang ibu yang mau melihat anaknya menangis dan menyiksa fisik maupun batinnya. Tidak ada! Seorang Ibu, berharap kebaikan untuk anaknya, menginginkan anaknya mendapatkan prestasi yang tinggi, segala macam pun dia gunakan bahkan sampai dia harus kelaparan. Ibu harusnya begitu. Aluna bukan tega meninggalkan anaknya. Angkasa membawa Rangga kabur, Aluna tahu itu bentuk pertahanan Angkasa agar Aluna tidak meninggalkan mereka. Angkasa sudah salah pada Aluna. "Pulanglah, Sayang!" Angkasa mendapati Aluna tidak ada lagi di rumahnya dan semua barang tidak ada sisa. Satu helai baju pun tidak ada yang Aluna tinggalkan. Itu kalau Angkasa mau tahu keseriusan Aluna berpisah dengannya. "Kenapa, Mas? Butuh denganku?" Aluna menahan gemuruh hatinya, saat ini dia sudah pada titik terlelah dan ingin menyerah. Mertuanya tidak seperti mertua lain, Mertuanya berbeda, tidak suka dengannya dan bahagia dengan p
Sekarang Aluna berusaha menikmati hidupnya. Tidak benar memang, dia meninggalkan anaknya tetapi Aluna juga ingin bahagia. Pikirannya ingin tenang, ingin seperti wanita lain yang bisa tertawa, berkumpul dengan teman, pergi ke mall dan dengan cara bahagia lainnya. Aluna sangat senang kalau Angkasa menyerahkan Rangga kepadanya tetapi sepertinya Angkasa juga begitu keras. Angkasa tidak lagi menghubunginya, Aluna pun tidak. Jangan tanya kalau soal rindu dengan Rangga. Sangat! Hanya saja Aluna sedang menempah hatinya untuk tidak lemah. Memang Ranggalah yang menjadi penghalang Aluna untuk meninggalkan Angkasa. Kalau tidak ada Rangga dalam hidupnya, sudah lama Aluna pergi meninggalkan Angkasa. "Bu, udah lama Ibu gak pulang, ada sebulan. Gak kangen dengan Rangga?" tanya salah satu pembantu yang menemani Aluna mengembangkan bisnisnya. Jelas saja rindu tetapi apalah daya Aluna yang hanya bisa memandang foto Rangga. Aluna putuskan kalau Angkasa menikah lagi, Aluna akan ambil Rangga. "Ada sam
Aluna diam di dalam kamarnya, besok adalah sidang pertamanya dengan Angkasa. Sedih sebenarnya yang Aluna rasakan. Tidak ingin dia semua perjalanan hidupnya bersama dengan Angkasa berakhir di meja hijau. Angkasa masih berharap Aluna pulang tetapi Aluna tidak bisa. Rose pasti berpikir Aluna tidak punya uang makanya pulang tetapi begitu picik kah pikiran Aluna. "Mama mikirin Rangga," gumam Aluna sambil melamun melihat ke luar jendela dan bulan sabit malam ini. Tidak lama, ada yang mengetuk pintu rumahnya. Aluna pun bergegas merapikan daster dan membuka pintu. "Mamaaaa!" teriak Rangga sambil memeluk Aluna. Sedih sekali Aluna, dia merindukan anaknya. Rangga di antar oleh Angkasa karena Rangga sudah tidak sabar lagi bertemu dengan Mamanya. "Mama jangan tinggalin Rangga sama Papa, Ma. Mama gak sayang dengan Papa? Coba Mama bilang sayang dengan Papa?" Aluna tidak mau mengatakan itu, sedangkan Angkasa berdiri di luar sana tidak masuk. Dia terus melihat Aluna dan kebersamaannya dengan Rang
"Ngapain nuruti kemauan Aluna, mau rujuk kamu sama dia?" tanya Rose. Angkasa sudah mengatakan kalau dia akan mencari rumah yang sedikit lebih jauh, kali ini Angkasa akan mengalah demi keutuhan rumah tangganya dengan Aluna. Hanya saja tidak mendapatkan izin dari seluruh keluarganya. "Dia yang pergi, ngapain dia minta kembali lagi sama kamu, memang gak ada malu! Merengek dia minta pindah rumah, memang rumah beli murah, jangan mau kamu dibodoh-bodohin Angkasa. Cerai saja! Gak setuju Ibu kamu mau kembali dengan dia." Angkasa pusing sekali kalau bicara dengan Ibunya. Masalahnya Rangga butuh Aluna, dia juga tidak mau jadi duda. "Tolonglah Bu, jangan begini. Capek Angkasa dengar kalian selalu bertengkar, Angkasa itu cinta dengan Aluna. Angkasa mendaftarkan perceraian ini supaya Aluna pulang, bukan benar-benar mau cerai." "Angkasa dikasih apa kamu sama Aluna sampai nurut bener, disumpal milik kamu sama dia semalam, makanya kamu luluh? Banyak wanita lain Angkasa, cari yang muda, bukannya ka
Aluna dan Angkasa sudah sepakat untuk berdamai demi Rangga. Meski ibunya tidak setuju dengan keputusan Angkasa tetap saja Angkasa balikan lagi dengan Aluna, mereka sudah membuat kesepakatan dan pengadilan menyetujui upaya mediasi yang mereka lakukan. "Ma, kita jangan bertengkar lagi, aku itu sebenarnya gak mau ribut sama kamu," ucap Angkasa sambil menggenggam tangan Aluna menuju kediaman mereka yang baru. Entah semenjak jauh dari ibunya, mereka rukun dan damai sekali. Pikiran Aluna juga sehat, rasanya tidak ada yang mengacaukan rumah tangga nya dengan Angkasa. Rose juga jarang main karena rumah mereka jauh, memang inilah yang Aluna inginkan. Kata orang kalau menantu dekat dengan mertua itu bau busuk, tidak ada benarnya. Setelah jauh seperti ini, harapan Aluna mertuanya bisa normal seperti mertua yang lain. Tidak perlu terlalu baik, cukup normal saja pikir Aluna. "Mama juga gak pernah mau ribut sama Papa, Mama itu semenjak menikah dengan Papa, gak pernah Pa, berhubungan dengan laki-
Untuk pertama kalinya, Rose jatuh sakit, tiba-tiba dia dibawa ke rumah sakit karena kepalanya pusing dan dadanya sesak. Malam ini Angkasa datang ke rumah sakit dengan cepat, dia juga membawa Aluna dan Rangga untuk ikut melihat Ibunya. Jarang sekali Rose sakit, Angkasa jadi takut kalau Ibunya sakit parah apalagi sudah satu Minggu, Angkasa tidak datang ke rumah Ibunya. Rumah mereka jauh, pulang kerja Angkasa langsung pulang menemui anak dan istrinya. Melihat Rose sakit seperti itu, Aluna merasa iba, tidak tega juga Aluna. Rose sudah mendapatkan kamar. Angkasa masuk ke ruangan Ibunya dan keluarga sedang berkumpul. Ada juga Siska dan suaminya. Aluna masuk mengekori Angkasa. Aluna ingin jadi istri yang penurut saja, semenjak Angkasa menuruti semua maunya, Aluna jadi kembali seperti dirinya yang lembut dan penuh perhatian. "Masih ingat Ibu, Angkasa?" Mulai Siska mengajak ribut, padahal tidak ada yang memulai walaupun wajah Rose tetap terlihat tidak suka dengan Aluna. "Sudahlah, Kak! Ak
Sebenarnya Aluna sudah curiga, kalau mertuanya pasti mengajak Ulfa untuk menjaganya dengan Angkasa dan benar sekali, Siska sengaja membuat wa story yang menunjukkan foto kebersamaan mereka di rumah sakit dan itu saat malam hari. Angkasa tidak bercerita apa pun dengan Aluna ketika pulang pagi, inilah yang membuat berdebar hati Aluna. "Mas, semalam sama siapa?" tanya Aluna saat pagi Angkasa sudah ada di rumah, dia baru saja selesai mandi dan akan ke restoran sebentar lagi sambil mengantar Rangga sekolah. "Jaga Ibu?" Angkasa bertanya balik dan Aluna mengangguk. Aluna hanya ingin tahu kejujuran Angkasa saja. "Sendirian," jawab Angkasa dengan begitu santai. Bohong! Padahal Aluna tahu kalau Angkasa bersama dengan Ulfa di ruangan itu. Kenapa harus berbohong? Aluna tidak suka sekali sikap Angkasa yang seperti ini. "Aku lihat ada Ulfa, ada fotonya di story Kak Siska," sindir Aluna dan Angkasa hanya diam. Dia tidak mau membuat ribut dengan Aluna karena apa yang Ulfa lakukan dengan dia di d