Bukan Aluna cemburu pada Ulfa tetapi apa harus Angkasa menjawab telepon wanita itu dengan menjauh darinya, takut sekali kalau Aluna mendengar apa yang Ulfa dan Angkasa katakan. "Mas, kamu jalan dengan Mbak Aluna?" Kenapa Angkasa harus jujur dengan Ulfa, untuk apa dia jujur pergi dengan istrinya sendiri. Ulfa ini bukan siapa-siapa untuk Angkasa. Dia menjemput Ulfa kerja, itu hanya karena menghindari pertengkaran dengan Ibunya. Angkasa capek kalau harus selalu ribut terus. Makanya dia turuti saja. Sepertinya Ulfa menganggap kedekatan di antara mereka berbeda. Angkasa sepertinya salah menuruti kemauan ibunya. "Iya, Ul. Kenapa?" tanya Angkasa sambil melirik Aluna dan anaknya sedang menikmati liburan mereka. "Gak apa, Mas. Aku pikir, Mas Angkasa sudah gak baik dengan Mbak Aluna, makanya deketin aku," ucap Ulfa dengan begitu beraninya. Dia juga mau tahu, selama ini Angkasa menganggapnya apa. Wanita yang spesial atau hanya teman ngobrol. "Oh gak Ul, aku sayang istri dan anakku, maaf ka
"Lihat istrimu Angkasa, kurang ajar! Setiap Ibu ngomong selalu di jawab sama dia, inilah kalau tidak ada orang tua, tidak ada didikan yang benar," ucap Rose sambil menunjuk wajah Aluna. Aluna menatap tajam wajah Rose. Berdesir darahnya, berdebar jantungnya. Dia bukan tidak ada didikan tetapi capek menghadapi mertua yang tidak punya hati dan mulut yang berlebihan membicarakan keburukannya. Sebenarnya apa salah Aluna? Karena dia tidak punya orang tua, karena miskin makanya dihina terus menerus seperti ini. Dia mampu berhasil, selama ini Aluna terlena. Dia hidup dalam naungan Angkasa karena tahu suaminya mencintainya. Aluna diam saja saat Mertua dan Kakak Iparnya mengumpatnya habis-habisan. Tidak ada yang membelanya. Angkasa saja diam dan hanya membiarkan Aluna dan Ibunya bertengkar tanpa menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi atau Angkasa beritahu kalau Aluna itu sudah pilihannya dari awal. "Iya, Bu. Aku salah didikan, dulu, sebelum aku menikah dengan Mas Angkasa, aku wanita yang pen
"Jangan, dia mau sekolah, ya! Memang kamu ada uang buat sekolahin dia, ada kamu?" Rose menjelitkan matanya menantang Aluna. Selama ini dia diam-diam bergerak, membuat bisnis dan melebarkan sayapnya, semua usaha apa pun itu, Aluna geluti demi mendapatkan uang yang cukup untuk menghidupi Rangga. Sekarang dia punya tabungan yang banyak, dia percaya anaknya akan lebih baik hidup dengannya daripada hidup dengan mertua dan suaminya. "Ada Bu! Aku punya usaha, aku ini kerja bukan pengangguran. Aku memang bukan wanita karir seperti Ulfa yang setiap hari Ibu bangga-banggakan tetapi aku berani bertaruh, masih besar pendapatanku yang hanya berjualan nasi ini daripada dia yang kerja di ruangan AC!" Mulut Aluna sudah tidak bisa lagi dikontrol, sakit hatinya. Dia ingin agar Rose tahu, dia juga manusia. Jangan selalu merendahkannya karena Aluna juga bisa membela dirinya. Saat tidak ada satu orang pun yang membelanya, Aluna akan berdiri pada garis paling depan, memberikan tubuhnya sendiri untuk dib
Mana ada seorang ibu yang tega meninggalkan anak dan suaminya. Mana ada di dunia ini. Mana ada seorang ibu yang mau melihat anaknya menangis dan menyiksa fisik maupun batinnya. Tidak ada! Seorang Ibu, berharap kebaikan untuk anaknya, menginginkan anaknya mendapatkan prestasi yang tinggi, segala macam pun dia gunakan bahkan sampai dia harus kelaparan. Ibu harusnya begitu. Aluna bukan tega meninggalkan anaknya. Angkasa membawa Rangga kabur, Aluna tahu itu bentuk pertahanan Angkasa agar Aluna tidak meninggalkan mereka. Angkasa sudah salah pada Aluna. "Pulanglah, Sayang!" Angkasa mendapati Aluna tidak ada lagi di rumahnya dan semua barang tidak ada sisa. Satu helai baju pun tidak ada yang Aluna tinggalkan. Itu kalau Angkasa mau tahu keseriusan Aluna berpisah dengannya. "Kenapa, Mas? Butuh denganku?" Aluna menahan gemuruh hatinya, saat ini dia sudah pada titik terlelah dan ingin menyerah. Mertuanya tidak seperti mertua lain, Mertuanya berbeda, tidak suka dengannya dan bahagia dengan p
Sekarang Aluna berusaha menikmati hidupnya. Tidak benar memang, dia meninggalkan anaknya tetapi Aluna juga ingin bahagia. Pikirannya ingin tenang, ingin seperti wanita lain yang bisa tertawa, berkumpul dengan teman, pergi ke mall dan dengan cara bahagia lainnya. Aluna sangat senang kalau Angkasa menyerahkan Rangga kepadanya tetapi sepertinya Angkasa juga begitu keras. Angkasa tidak lagi menghubunginya, Aluna pun tidak. Jangan tanya kalau soal rindu dengan Rangga. Sangat! Hanya saja Aluna sedang menempah hatinya untuk tidak lemah. Memang Ranggalah yang menjadi penghalang Aluna untuk meninggalkan Angkasa. Kalau tidak ada Rangga dalam hidupnya, sudah lama Aluna pergi meninggalkan Angkasa. "Bu, udah lama Ibu gak pulang, ada sebulan. Gak kangen dengan Rangga?" tanya salah satu pembantu yang menemani Aluna mengembangkan bisnisnya. Jelas saja rindu tetapi apalah daya Aluna yang hanya bisa memandang foto Rangga. Aluna putuskan kalau Angkasa menikah lagi, Aluna akan ambil Rangga. "Ada sam
Aluna diam di dalam kamarnya, besok adalah sidang pertamanya dengan Angkasa. Sedih sebenarnya yang Aluna rasakan. Tidak ingin dia semua perjalanan hidupnya bersama dengan Angkasa berakhir di meja hijau. Angkasa masih berharap Aluna pulang tetapi Aluna tidak bisa. Rose pasti berpikir Aluna tidak punya uang makanya pulang tetapi begitu picik kah pikiran Aluna. "Mama mikirin Rangga," gumam Aluna sambil melamun melihat ke luar jendela dan bulan sabit malam ini. Tidak lama, ada yang mengetuk pintu rumahnya. Aluna pun bergegas merapikan daster dan membuka pintu. "Mamaaaa!" teriak Rangga sambil memeluk Aluna. Sedih sekali Aluna, dia merindukan anaknya. Rangga di antar oleh Angkasa karena Rangga sudah tidak sabar lagi bertemu dengan Mamanya. "Mama jangan tinggalin Rangga sama Papa, Ma. Mama gak sayang dengan Papa? Coba Mama bilang sayang dengan Papa?" Aluna tidak mau mengatakan itu, sedangkan Angkasa berdiri di luar sana tidak masuk. Dia terus melihat Aluna dan kebersamaannya dengan Rang
"Ngapain nuruti kemauan Aluna, mau rujuk kamu sama dia?" tanya Rose. Angkasa sudah mengatakan kalau dia akan mencari rumah yang sedikit lebih jauh, kali ini Angkasa akan mengalah demi keutuhan rumah tangganya dengan Aluna. Hanya saja tidak mendapatkan izin dari seluruh keluarganya. "Dia yang pergi, ngapain dia minta kembali lagi sama kamu, memang gak ada malu! Merengek dia minta pindah rumah, memang rumah beli murah, jangan mau kamu dibodoh-bodohin Angkasa. Cerai saja! Gak setuju Ibu kamu mau kembali dengan dia." Angkasa pusing sekali kalau bicara dengan Ibunya. Masalahnya Rangga butuh Aluna, dia juga tidak mau jadi duda. "Tolonglah Bu, jangan begini. Capek Angkasa dengar kalian selalu bertengkar, Angkasa itu cinta dengan Aluna. Angkasa mendaftarkan perceraian ini supaya Aluna pulang, bukan benar-benar mau cerai." "Angkasa dikasih apa kamu sama Aluna sampai nurut bener, disumpal milik kamu sama dia semalam, makanya kamu luluh? Banyak wanita lain Angkasa, cari yang muda, bukannya ka
Aluna dan Angkasa sudah sepakat untuk berdamai demi Rangga. Meski ibunya tidak setuju dengan keputusan Angkasa tetap saja Angkasa balikan lagi dengan Aluna, mereka sudah membuat kesepakatan dan pengadilan menyetujui upaya mediasi yang mereka lakukan. "Ma, kita jangan bertengkar lagi, aku itu sebenarnya gak mau ribut sama kamu," ucap Angkasa sambil menggenggam tangan Aluna menuju kediaman mereka yang baru. Entah semenjak jauh dari ibunya, mereka rukun dan damai sekali. Pikiran Aluna juga sehat, rasanya tidak ada yang mengacaukan rumah tangga nya dengan Angkasa. Rose juga jarang main karena rumah mereka jauh, memang inilah yang Aluna inginkan. Kata orang kalau menantu dekat dengan mertua itu bau busuk, tidak ada benarnya. Setelah jauh seperti ini, harapan Aluna mertuanya bisa normal seperti mertua yang lain. Tidak perlu terlalu baik, cukup normal saja pikir Aluna. "Mama juga gak pernah mau ribut sama Papa, Mama itu semenjak menikah dengan Papa, gak pernah Pa, berhubungan dengan laki-
Ternyata setelah dekat dengan Bram, Aluna memilih menunda pernikahan mereka karena belum yakin untuk menikah kedua kalinya. Masih ada perasaan takut dalam diri Aluna tentang kegagalan pernikahan apalagi Angkasa dan Rose sekarang semakin sering mendekatinya lagi. Angkasa lebih sering mengajak Rangga keluar dan membuat Rangga tidak mau menerima Bram sebagai Ayah tirinya karena pengaruh dari Rose. Aluna selalu membujuk Rangga agar dia paham dia dan Papanya sudah tidak bisa bersama lagi."Lun, sudah setahun lebih, kapan kita menikah?" tanya Bram. Tidak masalah menunda pernikahan tetapi Aluna jangan kembali dekat dengan mantan suaminya. Bram kurang suka melihat kedekatan Aluna."Mas Bram udah gak tahan?" "Bukan aku Lun, Mama yang gak sabar lagi, Mama bilang mungkin kamu gak suka denganku, benar begitu Lun?" Aluna diam, bukan tidak suka. Dia belum siap membangun rumah tangga baru tetapi Bram tidak mau menjauh meskipun Aluna bilang mencarilah wanita yang lain dulu. "Kalau memang Mama min
Meskipun Rose sudah terlihat baik tetapi Aluna tidak lantas langsung jatuh hati kembali pada Angkasa. Semua sudah berlalu. Sekarang ada laki-laki dengan keluarga yang tulus mencintainya. Tidak melihat latar belakangnya seperti apa. Ibu mertua yang sangat baik. Rose pikir, Aluna yang tidak menyimpan dendam dengannya, itu karena masih mencintai Angkasa. Tidak, sama sekali tidak. Aluna hanya tidak ingin terlihat aneh saja, Rose itu Nenek dari Rangga. Sejelek apa pun Rose, dia bagian dari Keluarga Anaknya. Ikatan Aluna dan Angkasa sudah putus. Tidak ada yang namanya cinta lagi meskipun Angkasa juga begitu agresif mendekati Aluna. "Melamun apa?" tanya Bram yang tiba-tiba datang, padahal Restoran belum buka. Aluna sibuk melihat kolam ikan yang ada di restorannya sambil berpikir tentang hidupnya. "Gak ada, Mas. Pagi banget datang ke Restoran, kenapa?" "Oh, mau nunjukin contoh kartu undangan buat pernikahan kita, Lun. Coba lihat dulu, yang mana yang bagus dan cocok buat kita." Aluna sudah
"Kamu balik lagi aja dengan Luna, Nak?" Ada angin apa Ibunya yang dulu sangat membenci Aluna, tiba-tiba menyuruh Angkasa kembali lagi dengan Aluna. Rose tidak menyangka kalau Ulfa ternyata hanya mempermainkan Angkasa, membawa banyak harta Angkasa dan untungnya Angkasa masih bisa bertahan hingga saat ini. "Mana mau Bu, Aluna dengan Angkasa lagi. Ibu itu dulu kasar sekali dengannya, memang Ini gak dengar, Aluna sekarang sedang dekat dengan laki-laki, perhatian dan sayang dengannya, aku lihat foto mereka liburan bersama dengan Rangga, Aluna bahkan di peluk oleh Ibu kekasihnya, gak seperti Ibu yang selalu memusuhinya," ucap Angkasa dengan sinis. Karena Ibunya, rumah tangga Angkasa hancur, yang kedua juga hancur. Dia belum ingin menikah lagi, Angkasa masih senang sendiri, menikmati hari-harinya dengan bekerja dan jalan dengan Rangga. Menyesal dia meninggalkan Aluna. Untungnya bisnisnya kembali berdiri. Kali ini Angkasa tidak ingin memikirkan wanita. Hatinya masih memikirkan Aluna, Aluna
Meskipun tidak disukai oleh orang tua Bram, Bram tetap saja membawa Aluna ke pertemuan-pertemuan keluarga. Bram tau kalau sekali bertemu belum tentu Keluarganya senang. Kali ini Aluna ikut masak-masak dirumah mewah Bram. Dia membuat ikan bakar, banyak keluarga yang akan datang nanti, Mama Bram memang tidak suka membeli makanan di restoran. Dia lebih suka masakan tangan. "Udah biasa masak?" tanya Mama Bram. "Iya, Bu. Aluna buka Restoran, ini lagi bangun juga, supaya tempatnya sedikit besar," ucap Aluna. Dia bukan mau sombong tetapi Mama Bram harus tahu kalau dia mendekati Bram bukan karena harta, dia juga punya usaha dan usahanya tidak kecil. Aluna sangat pintar mengolah masakan dan sambal buatannya juga enak, makanya rumah makannya laris. "Mama ini suka banget ikan bakar, Lun. Mama udah ngiler lihat ikan bakar kamu," ucap Mama Bram sambil melihat tetesan bumbu ikan bakar yang sedang Aluna kipas ikannya itu. Aluna membuat sendiri dengan tangannya. "Ada yang udah jadi, Bu. Aluna su
Seperti yang Aluna pikirkan, orang tua Bram tidak menyukainya. Masalahnya Aluna ini janda, Bram itu jejaka, belum pernah menikah meski mengasuh Milano. "Mas, aku bukan gak mau ikut makan malam sama Keluarga kamu, masalahnya Ibu kamu semalam telepon, habis pertemuan kita kemarin, aku sudah ceritakan." Bram sudah tahu semua itu, masalahnya Bram cocok dengan Aluna, dia sudah pernah punya anak dan pasti tidak masalah kalau Bram mengajak Milano sedangkan kalau dia mendapatkan gadis, mereka keberatan dengan adanya Milano dan sulit mencari wanita yang tulus saat ini. "Aku udah bilang dengan Ibu, aku yang jalani, aku akan terima kamu apa adanya, gak peduli kamu janda atau gak, aku yang jalani nantinya, Lun."Pernikahan tidak semudah itu, bukan masalah mereka berdua yang menjalani hubungan ini. Mereka punya keluarga yang harus disatukan. Kalau belum apa-apa saja, Aluna sudah tidak disetujui. Aluna jelas akan menyerah. "Gimana ya, Mas. Aku cerai dengan Mas Angkasa itu karena orang tuanya ti
Sepanjang jalan menuju Bekasi, Aluna hanya diam saja di dalam mobil, dia sedang memikirkan nasib mantan suaminya. Menyedihkan sekali kalau apa yang dikatakan oleh orang itu benar, Ulfa jalan dengan laki-laki lain, padahal Ulfa begitu dekatnya dengan Angkasa saat itu. "Kenapa, Lun?" tanya Bram sambil melirik Aluna yang melamun. Aluna terkejut mendengar suara Bram dan langsung menggeleng saja."Gak ada, Mas. Masih lama, ya?" tanya Aluna. "Sebentar lagi sampai, nanti ada orang tuaku, aku kenalkan kamu ke mereka." Aluna tidak siap, tetapi tidak apa, toh dia dan Bram tidak ada hubungan cinta apa pun, hanya teman biasa saja. Aluna sadar kalau dirinya janda, sedangkan Bram masih perjaka, Milano bukan anaknya tetapi anak Kakaknya yang meninggal dunia karena kecelakaan dengan istrinya. Bram yang menjaga Milano dari tiga tahun yang lalu. Bahkan karena itu, dia belum punya pasangan sampai sekarang. Sampai di hotel tempat acara, banyak sekali keluarga Bram. Mereka berjalan bersebelahan tetapi
Percuma saja, Aluna sudah tidak ada perasaan lagi pada Angkasa. Aluna juga tidak lagi berharap kembali kepada mantan suaminya. Aluna ingat Rose saja sudah membuatnya lelah sekali. Meskipun dia sangat cinta mati dengan Angkasa, kalau ingat Rose yang selalu jahat dengannya, cinta itu perlahan sirna. "Denger-denger, Siska anak Rose, suaminya ketangkap basah di hotel selingkuh dengan teman kantornya." Aluna mendapatkan cerita ini dari tetangga mertuanya yang sedang mampir di restorannya."Kamu denger gak Aluna?" Aluna tersenyum tidak enak, masalahnya Aluna tidak lagi mengurusi masalah rumah tangga mantan suaminya, nomornya saja sudah tidak Aluna simpan demi kesehatan mental dan pikirannya. Menjadi janda tidaklah mudah bagi Aluna. Dia mendapatkan nyinyiran dari banyak pihak. Aluna terima saja, orang yang mengumpat dan menjelekkannya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Gak denger, Bu. Aluna sibuk ngurus dapur," jawab Aluna masih duduk di meja kasir. Dia yang menjaga kasir. Rangga di
Kehidupan baru Aluna dimulai, sekarang dia mulai menutup semua kenangan indah bersama Angkasa. Memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi, sebagai seorang janda yang mempesona, banyak sekali saat ini yang mendekati Aluna bahkan mantan suaminya sendiri sering mengirim pesan pada Aluna dan mengeluh tentang istri barunya. Heran saja Aluna. "Angkasa ini kenapa sih?" Aluna sedang sibuk membangun restorannya yang baru, kebetulan dia mendapatkan donatur dan ikut berbagi keuntungan dengan Aluna, orang itu tidak lain adalah Bram. Bukan hanya Bram saja yang mendekati Aluna, teman Angkasa yang merusak rumah tangganya juga gencar sekali mendekati Aluna. Hanya saja tidak ada yang Aluna tanggapi karena dia masih belum memikirkan pernikahan untuk saat ini. Baru saja Aluna sibuk membalas pesan pelanggannya, Angkasa kembali menghubunginya. "Kenapa, Mas?" Aluna masih baik, bagaimanapun Angkasa adalah Ayah dari anaknya, meskipun mereka berpisah, Aluna tidak mau putus hubungan dengan Angkasa karena
Aluna menunggu Rangga selesai dibereskan. Dia duduk di ruang tamu dan terus mendengar pertengkaran Ulfa dan Rose. Baru saja menikah sudah konflik dan itu tentang uang lagi, harusnya Rose tidak perlu ikut campur masalah mahar seperti ini tetapi seperti kata Aluna. Dia hanya ingin menonton akhir dari Mertua nerakanya dan mantan suaminya yang penurut. Sebenarnya Angkasa dulu tidak menuruti seperti ini, tidak tahu kenapa semenjak kejadian fitnah itu, Angkasa lebih percaya dengan apa yang dikatakan orang tuanya daripada istrinya sendiri. "Lun, makan dulu!" Angkasa pusing mendengar ocehan Ulfa dan Rose di dalam kamar, dia menemui Aluna yang duduk sendirian tanpa malu dicibir oleh keluarga Angkasa. Aluna mengambil anaknya, bukan main peduli urusan rumah tangga orang. Terserahlah itu! "Udah Mas tadi sama Mas Bram makan dulu," jawab Aluna bohong. Jangan sampai Angkasa ini tidak tahu kalau dia juga sudah punya lelaki yang menyukainya. "Gak disuruh masuk?" "Oh, gak usah bentar doang, cuma n