Prem memutuskan tinggal dengan Kakek Radin dan Nenek Hanum, dia kasian dengan kakek dan neneknya yang hanya tinggal berduaan di rumah mewah dan besar di usia senjanya.Soal kerjaan, Prem tak perlu pusing, puluhan perusahaan sudah disodorkan ayahnya dan juga Balanara. Tapi Prem bilang ingin santai sejenak, setelah ‘pensiun’ dari Agen.Sehari-hari Prem hanya manfaatkan waktu mengunjungi semua keluarga besarnya. Niatnya coba lupakan Angelina.Itu juga atas saran Balanara, yang tahu adiknya ini ‘patah hati’ dengan sepupu misan mereka itu. Tapi..apakah bisa..?Ternyata tak bisa juga, semakin di lupakan bayangan dua wanita sekaligus membayang di matanya. Bayangan Putri Ako dan Ange bergantian di pelupuk matanya.Kalau sudah begini, gayanya persis seperti Datuk, tenang dan tak banyak bicara. Melihat sang cucu ini sering termenung, Nenek Hanum pun gemes sendiri, dia paham ada sesuatu.“Coba kamu jalan-jalan ke Surabaya, temui keluarga kita di sana, kamu kan belum pernah ketemu, dia itu cucu k
Tanpa Prem dan Tasya sadari, di rumah Nenek Cindy, di depan kakek dan kedua ortunya ini, Nenek Cindy blak-blakan bilang kalau Nenek Hanum minta Tasya dan Prem di jodohkan.“Bagaimana pendapat kalian?” Nenek Cindy menatap kedua orang tua Tasya, Tante Ina dan Om Jack Sartono.Kecantikan Tasya nurun ayahnya yang blasteran Surabaya-Tionghoa-Inggris dan saat muda pernah jadi model karena ketampanannya.Sedangkan Tante Ina anak dari Nenek Cindy dan Kakek Raymod yang berasal dari Manado. Hingga wajah Tante Ina tetap awet cantik hingga saat ini, nurun kakek Raymond yang Manado asli.Kakek Raymond suami kedua nenek Cindy, dengan suami pertamanya cerai dan memiliki sorang anak perempuan yang jadi kakak Tante Ina, yang kini tinggal di Bali dengan suaminya.“Hmm..aku sih tak masalah, Prem kan anak si Balang dengan mantan istri yang dari India dan Pakistan itu…cakep tu anak, mana ku dengar punya harta puluhan triliunan lagi.” sahut Tante Ina cuek.Tante Ina memang dikit borjouis dan matrealistis,
Hari ke 5, bel di apartemen Prem bunyi, pria bangor ini senyum sendiri. “Hmm..siapa lagi kawan Tasya yang datang mau di sembelih nih,” gumam Prem tertawa sendiri.Begitu pintu di buka. “Silahkan masuk sayang, masih piii…!” suara Prem tertahan, yang berdiri di depannya bukan teman-teman Tasya, tapi si cantik ini sendiri.“Tasya…tumben ke sini tak nelpon dulu kek!” bukannya menjawab, Tasya langsung mendorong tubuh kokoh Prem dan langsung masuk ke apartemennya.“Gila kamu Bang, masa semua teman-temanku Abang sikat tanpa sisa, benar-benar bangor tak ketulungan kamu ini Bang,” sungut Tasya sambil duduk di kursi apartemen ini.“Ma-masa sihh..kok…eh maksudnya kamu tahu darimana?” kaget bukan main Prem, Tasya ternyata tahu kelakuan bangornya ini dengan teman-temannya.“Tuh si Yasmen yang cerita, dia ngaku sampai ngesot pulang ke rumahnya, setelah Abang sikat bersama Sasha, lalu berturut-turut Hermaine, Sisi, Rionata dan yang lain-lain. Makan apa sih kamu itu, sampai kuat begitu.”Prem terdiam
Dua hari kemudian, Tasya jemput Prem lagi, setelah puas jalan-jalan, keduanya balik ke rumah nenek Cindy, sekaligus tempat tinggal Tasya.Nenek Cindy dan Kakek Raymond memang minta Tante Ina dan Jack Sartono tetap tinggal di sini, apalagi rumah ini sangat besar dan mewah.Begitu sampai di rumah Nenek Cindy lagi, Prem dan Tasya saling pandang, gadis cantik ini bingung, di rumah ini sudah ngumpul komplet, kakeknya dan ayah bundanya.Sepertinya ada yang mereka rundingkan.“Tumben nih pada ngumul,” sapa Tasya sambil mencium pipi kedua orang tuanya dan mencium tangan kakek dan neneknya.Prem pun berlaku sama, tanpa keduanya sadari, ke 4 orang ini saling pandang, Nenek Cindy pun sampai kedipkan mata pada anak dan menantunya, papa dan mamanya Tasya. “Kemana saja kalian jalan?” Tante Ina bertanya pada anak gadisnya yang tak sungkan bermanja-manja padanya.“Ajak Abang Prem jalan-jalan saja Mi!”“Oh yaa…Prem kok kamu tinggal di apartemen sih selama di sini! Kenapa nggak di sini saja, tuh kama
Balanara terdiam mendengar kisah Prem, adiknya ini curhat soal rencana pernikahan dengan Tasya, padahal mereka berdua tak ada niat hidup bersama membina rumah tangga.“Emank…kamu nggak bisa rubah rasa sayang jadi cinta..kurasa Tasya cakep banget, nggak kalah dengan Ange!” pancing Balanara.“Berat bang…karena aku mencintai Ange!” bantah Prem dan dia pun mengisahkan keakraban mereka selama di Surabaya.“Hmm…susah juga, sementara kamu sendiri belum pernah ungkapkan cinta pada Ange. Bagaimana dia tahu kamu mencintainya!” bantah Balanara, Prem pun mengangguk dan akui kesalahannya itu.Walaupun sempat dekat selama di Manchester, tapi tak sekalipun Prem singgung soal rasanya pada wanita cantik itu.“Ambil saja kedua-duanya jadi bini elohh,” Aisyah tiba-tiba nongol sambil gendong anaknya yang baru berusia 1 tahunan.“Hadeuhh kamu ka Aisyah, maunya iya...! Tapi tak mungkin, Tasya dan Ange punya prinsip, mereka anti poligami…eh...so-sorry ya Bang he-he!” Prem terkekeh, candaannya pas banget ken
Malamnya, Prem pun fokuskan diri untuk menyelundup ke vila yang di tempati wanita yang bernama Ah Ye ini. Dia lupakan sejenak urusan Ange, baginya ini lebih penting, daripada terus meratapi patah hati.Setelah berganti pakaian ringkas Prem mulai bergerak, dia sengaja jalan kaki menuju ke vila yang berjarak 100 meteran dari vila yang dia sewa.Tapi harus melewati hutan kecil sebelum sampai di vila tersebut, matanya tetap awas dan waspada menatap sekelilingnya.Begitu dekat, dia mulai pantau situasi, Prem terpaksa hati-hati karena terlihat ada beberapa CCTV yang terpasang di vila ini.Walaupun tak ada yang berjaga di depan. Tapi CCTV itulah yang jadi mata-mata yang lebih dari para penjaga dan bisa dengan mudah memergokinya.Prem kini sudah berada di dinding vila tersebut. Dia mulai cari jendela atau pintu yang bisa di masuki, tanpa harus timbulkan keributan.Terlebih kini dia tak bawa senjata api, kecuali nyali tinggi dan ilmu beladiri yang sudah mendarah daging.Prem kini mendekati seb
Ah Ye pun terdiam, kebingungan terlihat sesaat di matanya. Prem malah sebaliknya, ada rasa iba, karena wanita ini terjebak dalam permainan Madam Riona dan malah keterusan dan tak bisa keluar lagi dan kini jadi buruan aparat keamanan.Bukan hanya di Korea, Ah Ye bilang hampir semua negara di Asia, termasuk Indonesia memasukan namanya dalam daftar pencarian orang, alias jadi buronan interpol. “Bang Prem mau bantu aku..?”“Bantu bagaimana Ah Ye..?” Prem memandang wajah cantik Ah Ye, tergetar juga hatinya.“Aku akan kabur ke Amerika Selatan, agaknya di sanalah aku akan aman.”Ah Ye sebutkan tujuannya, dia beranggapan di sana akan aman dan pastinya ingin membuka lembaran baru.“Tapi…kalau kamu masih belum berubah, agaknya di manapun kamu berada pasti akan terus di buru. Apalagi kamu masuk daftar pencarian interpol yang paling di cari!”“Hmm…kayaknya aku sudah cukup begini. Lagian pasti semua anggota komplotanku habis di sikat aparat keamanan di Korea sini. Madam Riona juga sudah tewas, ja
Namun Prem tak menanggapi serius candaan Ah Ye, dia malah sibuk mencari cara untuk selundupkan wanita cantik ini keluar dari Korea.Penjagaan masih sangat ketat, baik di bandara ataupun di pelabuhan, inilah yang membuatnya pusing juga mencari jalan keluar yang aman.“Kita terpaksa harus menunggu lagi, agaknya penjagaan belum longgar.” Prem menghela nafas panjang.Tapi anehnya Ah Ye tenang-tenang saja, kakinya pun sudah berangsur pulih, dia pun juga saat jalan sudah normal.Ah Ye seakan aman sentosa bersama Prem, dia seolah tak mau tahu bagaimana pria ini sedang pusing cari cara, agar bisa mengirimnya ke luar dari negeri ginseng ini.Prem sebenarnya ngerti, Ah Ye sering memancingnya, tapi dia masih belum bisa lupakan Ange.Melihat Ange berduaan dengan kekasihnya di ruang kerja, walaupun dalam posisi tak macam-macam, sudah cukup telak memukul mentalnya. Inilah yang bikin Prem seakan tak selera dengan Ah Ye.Hari ke 7…atau seminggu kemudian.“Kayaknya kita mesti masih bersabar Ah Ye, aku
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman