Putri Ako menatap logo yang tadi Prem ambil dari salah satu pembunuh bayaran. “Kamu tahu ini apa putri?” Prem bertanya hati-hati.“Ini lambang sempalan yakuza tuan Prem, markas mereka di pinggiran kota Tokyo.”“Siapa pemimpinnya?” desak Prem. Putri Ako terlihat ragu menyebutkannya. Prem mendiamkan saja, dia sabar menunggu.Walaupun dia makin lama makin penasaran, agaknya banyak rahasia yang Putri Ako sembunyikan. "Aku harus tahu, inilah saat yang tepat," pikri Prem.“Namanya…Ucida…Hokari, dia..?”“Siapakah dia putri, kenapa kamu ragu menyebutkannya?” Prem menjadi tak sabaran.Putri Ako menghela nafas, terlihat berat sekali dia menyebutkan jatidiri orang yang bernama Ucida Hokari ini.“Kenapa dia berniat ingin membunuhmu Putri Ako?” kali ini dengan lembut Prem bertanya lagi.“Karena dia ingin memfitnah Kaisar…dan aku menolak kerjasama dengannya, dia adalah pamanku sendiri, adik ibuku. Dia marah dan khawatir kedoknya terbongkar…astaga…ya benar, dialah yang tempo hari datang dengan cadar
Prem kini amati sebuah bangunan yang lumayan mewah, pagarnya cukup tinggi dan hanya terbuka kalau ada mobil yang masuk. Itupun melalui 4 penjaga yang akan memeriksa. Sejak Prem tiba, sudah terlihat ada 4 orang yang selalu awas dan memeriksa dengan ketat bila ada yang masuk ke pagar tinggi ini. Tapi Prem yang tak kenal takut justru sengaja masuk terangan-terangan. Sebuah senjata berat terletak di pahanya. Prem memajukan mobilnya, begitu pintu di buka, bummm…pagar yang terbuka sedikit itu jebol di terjang moncong mobilnya. Prem tak peduli moncong mobil ini ringsek berat, mesin mobilnya langsung mati, mesinya jebol saking kerasnya benturan itu. Pagar itu terbuat dari besi, inilah yang membuat mobil Prem ringsek berat. 4 orang yang berada di depan pagar lansung jumpalitan terlempar. "Bangsaattt penyusuuup," teriak salah satu penjaga itu. Mereka buru-buru cabut pistol, tapi gerakan Prem lebih cepat. Empat tembakan beruntun membuat salju putih bernoda darah di halaman ini. Keributan d
Mereka pun menemukan sebuah penginapan sederhana dan beristirahat setelah makan malam, bahkan kadang saling menyuapi mesra.Kali ini Putri Ako tak sungkan memeluk tubuh Prem, selain halau dingin, juga si cantik ini merasa tentram berada dalam pelukan pemuda ini.Prem pun merasakan kebahagian yang belum pernah dia rasakan pada semua wanita yang dia kenal selama ini.Tanpa ragu dia mengecup dahi Putri Ako dan menyatakan rasa sayangnya. Inilah rasa cinta tanpa nafsu yang datang dari hati.“Benarkah…? Walaupun aku bukan gadis dan pernah memiliki anak hasil perko…” tiba-tiba Putri Ako buka matanya, tapi tak jadi teruskan kalimatnya.Karena Prem terlihat menggeleng kepalanya, tanda jangan ungkit masalalunya yang kelam. Lalu Prem pun mengangguk mantap.Bergaul selama hampir 2 bulanan membuat Prem mulai merasakan rasa cinta pada putri bangsawan ini. Tak peduli masalalu putri yang kelam ini.“Kalau tuan benar sayang, mau kan tuan tinggal di sini bersamaku dan kita tak terpisahkan lagi..?” si p
Tanpa sadar Prem mengangguk dan saling tatap dengan Putri Ako, tatapan penuh cinta. Nenek Kui malah tersenyum kecil, seolah ini bukan hal yang besar baginya.“Tuan Prem…kamu secara tak sadar bikin Putri Ako terikat dengan jiwamu selamanya!” cetus Nenek Kui spontan.“M-maksudnya bagaimana nek…aku tak paham!” Prem jadi penasaran kini langsung bertanya, di abutuh penjelasan, termasuk Putri Ako.Bukannya memberi jawaban, Nenek Kui malah kembali tersenyum menatap dua sejoli yang sedan di mabuk cinta ini.“Pasangan yang sepadan…dan sama-sama saling mencintai dengan hati bukan nafsu,” batin si nenek ini.Si nenek ini lalu menarik nafas panjang, yang bikin Prem dan Putri Ako makin penasaran. Nenek Kui seolah sembunyikan sebuah rahasia besar.“Sudahlah, jawabannya kelak ada di masa depan. Nenek tak bisa jelaskan saat ini, kamu mesti bersiap saat ini juga Prem. Bulan mulai terlihat! Kalau lambat bulan purnama akan hilang dan kamu akan tertahan selamanya di sini!” ucapan Nenek Kui sekaligus peri
Balanara hanya bisa menghela nafas, kematian Datuk membuatnya tak bisa berkata-kata lagi. “Yahh, mau gimana lagi nasibnya begitu.”Saat berkata begitu Balanara baru memperhatikan ada perubahan di diri Prem saat ini.Paling menyolok tentu saja warna kulitnya yang makin terang, masih untung mata dan hidung Prem tetap khas Pakistan-India, tapi kulit pemuda ini lah yang paling menyolok.“Prem, kamu sadar nggak kulit kamu itu kini mendekati kulit aku?” Balanara tak tahan juga untuk tidak bertanya.Prem tertawa kecil, anehnya kalau dulu pasti ngakak…dan saat itulah Balanara seolah melihat ‘Datuk’ dalam diri adiknya ini.Wibawa itulah yang tercipta secara alami di diri adiknya. Kini tanpa bertanya pun Balanara sudah paham apa yang terjadi. Balanara tersenyum maklum.“Datanglah ke rumah Ortu Abang, kasian, terutama ayahmu Bang Dato!” Balanara langsung bicara seolah sedang berhadapan dan bicara dengan Datuk.“Iya Nara, setelah ini aku akan temui ayah dan bundaku!” sahut Prem, seolah dia memang
Saat itu matanya melihat seorang pria dengan jas dan dasi, juga kacamata hitamnya. “Hmm…bukankah itu salah satu pengawal si Madam Riona,” batin Prem mulai menatap tajam pria yang dia lihat terlihat berdiri sekitar 50 meteran dari dirinya saat ini.Diapun buru-buru mengintai dari jarak yang tak terlau dekat, terus mengamati kemana pria ini berjalan.Pria berjas itu terlihat masuk ke sebuah kafe mewah dan menghilang ke dalamnya, tapi Prem tak mau kehilangan buruannya.Dia kini terus mengintai dan saat akan masuk dia kembali menunda langkahnya. Matanya kembali menatap tajam sebuah mobil datang dan singgah di depan kafe ini.Di lihatnya ada sebuah mobil mewah mampir di depan kafe mewah ini. Lalu turun seorang wanita yang…mirip dengan Madam Riona, di kawal 2 orang masuk ke kafe ini.“Aneh, apakah itu Madam Riona, tapi wajahnya agak beda…apakah dia lakukan operasi plastik??” batin Prem bertanya-tanya.Prem sebenarnya tak sadar, diapun berubah, tubuhnya tak lagi sawo matang, tapi mirip bulay
“Hellooo gantengggg, aku bukan Putri Ako, namaku Selena, kamu siapa sihh?” si pengenten wanita ini langsung kenalkan dirinya dan balik bertanya.Prem yang sempat terkaget-kaget kini langsung tepuk jidat, dia baru sadar ini masa depan dan adanya di Malaysia.“Aku Prem Hasim Zailani…oh ya, kamu jangan ribut dulu yaa, aku sedang memburu seseorang. Tunggu nanti kamu ku antar balik ke pesta pernikahanmu!”“Jangan, nggak boleh, aku nggak mau balik ke sana, aku mau ke Shah Alam, ke rumah nenekku, jijai tau ngga nikah sama pria tua itu, aku masih 18 tahun tauuu!” cerocos Selena.Prem lagi-lagi kaget. “Baiklah, suka-suka kamulah, sekarang diam yaa…!”Prem pun mencueki Selena yang langsung tak bisa bersuara lagi, dan dia perhatikan kelakuan pemuda ini yang serius menatap mobil yang keluar dari jalan tol ini.“Nahh itu dia!” Prem bergegas kembali ke moge nya, tiba-tiba Prem kaget, Selena kembali nemplok di jok moge nya.“Ehh kenapa kamu ikut lagi?”“Dasar bodoh, kamu tega ninggalin aku di sini,
Prem makin tak bisa bersuara, Selena dengan cueknya mempelorotkan gaun pengantennya dan hanya tersisa dua lembar penutup di badannya.Mau tak mau dia menoleh ke tempat lain, tubuh putih Selena sangat indah, di tambah buah melonnya yang lumayan gede...!Gaun penganten tadi di buangnya begitu saja di sebuah bak sampah, kemudian Selena mulai pasang jeans dan kaos oblong di badannya.Ajaibnya baju itu pas dan kini Prem melongo, Selena terlihat makin cantik dengan pakaian santai ini.Dengan cueknya Selena putar-putar badannya di depan cermin besar. Mematut-matut pakaian yang sangat cocok dia pakai.“Kamu cantik sekali pakai itu,” tanpa sadar Prem memuji Selena.“Oh yaa..tengkyuuu Abangkuuuuhh,” sahut Selena tertawa kecil.Barulah Prem tersadar dari sikapnya yang tak biasa ini. Dia lalu ambil tas ranselnya dan mengambil 5 gepokan uang dari tas ransel itu, pecahan uang 100 ringgit.Mata si bintang kejora ini melotot, saat Prem sodorkan 5 gepuk uang yang nilainya otomatis 50 juta ringgit.“B-
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman