Balanara hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarkan kisah Prem, tak dia duga, musuhnya dan musuh adiknya ini kini sudah berkolaborasi. Dan ini sangat berbahaya bagi keluarga mereka.“Akhirnya sesama penjahat kumpul jadi satu. Aku jadi curiga, hubungan Riona dengan orang yang bernama Direktur Ze itu sudah lama terjalin!” gumam Balanara.“Aku malah berpikir lain Bang, jangan-jangan si Direktur Ze itu saudaranya Riona beda ibu. Kan Abang pernah cerita Dato Simon itu banyak punya bini? Nah, bisa jadi keturunan-keturunannya itu salah satunya ya di Direktur Ze atau Kolonel Zia ini?”“Bisa jadi Prem, melihat keluarga kita…yah segala kemungkinan bisa saja terjadi!” sahut Balanara sambil hembuskan asap rokoknya.Ingat keluarga besar mereka pun sebelumnya tercecer di mana-mana, sebelum Tuhan akhirnya pertemukan dengan keluarga besar ini. Termasuk Balanara dan Prem, yang miliki ibu Kazakstan dan ibu turunan Pakistan-India.Kini kedua bersaudara yang sangat cocok ini sama-sama terdiam. Sebagai
Prem sementara melupakan soal Choky Aditya yang kini masih di cari-cari kepolisian juga Riona. Dia hari ini sengaja ingin berjunjung ke rumah sepupunya. Dato Hasim Zailani dan Bibi Natasha.Begitu datang Prem langsung di sambut tiga bocil bak boneka barbie, ketiganya bule habis nurun dari Bibi Natasha. Mereka berlarian menyambut Prem di lobby rumah mewah bak Istana ini.Ketiganya berebut di gendong ‘Om’ sepupunya ini, si bungsu yang paling manja, dia paling ngotot dan marah kalau kalah.“Ka Kania, Ka Mimi minggillll…Aldot yang naik duluan di punggung Om Plem..!” usir si bocil yang baru berusia 2,5 tahunan ini, mendorong kedua kakak perempuannya.Si bocil cadel nan menggemaskan ini sengaja di beri nama sama dengan kakek buyutnya, dan dialah satu-satu pria di keluarga ini.Walaupun ada dua kakak tertuanya laki-laki, Datuk dan Brandon, namun keduanya tak tinggal di sini.Datuk di alam masa lalu dan Brandon sejak bayi merah sudah tinggal di rumah Balang dan kedua istrinya, dan jadi anak a
“Jadi kamu akan pergi ke masalalu?” Balanara kaget juga, Prem ternyata sangat penasaran. Dia tak menyangka ceritanya soal pesan Datuk Hasim Zailani benar-benar bikin adiknya ini ingin pergi ke masalalu.“Iya Bang, pas bulan purnama ini akan pergi ke sana!” sahut Prem.Ia izin sekaligus pamit, karena aslinya Prem ingin tuntaskan rasa penasarannya yang tinggi. Apakah benar bisa melompat ke masalalu dengan rentang hampir 100 tahun dari sekarang?Yang baginya sangat tak masuk akal...!!!Dan apa benar dia bisa bertemu dengan keponakannya, yang justru sudah jadi pria dewasa di masa lalu tersebut!Inilah yang membuat Prem tak sabar ingin pergi ke sana, sebab bagi Prem ini sangat aneh dan bikin siapapun pasti akan penasaran. Apalagi jiwa Prem yang suka pecahkan setiap masalah sampai tuntas.“Awas yaa…kamu harus balik lagi ke masa kini, ingat musuh-musuh kita Choky dan Riona serta Santi, juga Kolonel Zia belum kamu tuntaskan!” cetus Balanara ingatkan adiknya.“Oke Bang, tenang saja, aku pasti
Datuk terlihat jadi lebih tua beberapa tahun, padahal usianya masih 30 an tahun. Kematian Putri Ratu seakan sangat membekas di hatinya alias belum move on.Prem bahkan sampai bandingkan dengan ayah kemenakannya ini di alam masa depan.Kalau saat ini Datuk pulang kembali ke masa depan dalam kondis begini. Bisa jadi dia lebih cocok jadi papa nya ayah-nya sendiri. Karena wajahnya yang terlihat menua beberapa tahun ini.Garis di dahi pria tampan ini bertambah dalam, tanda banyak mikir, benar-benar sangat berat beban pria ini selama beberapa tahun.Yang bikin ngenes lagi, Datuk tak punya keluarga di alam masalalu, sebab di tak mungkin bisa mendekati keluarganya dari keturunannya kakek-kakek buyutnya sendiri.Ada hukum alam yang melarangnya dan kalau di langgar, maka pilihanya hanya satu, riwayat Datuk selesai.Dan ini semua dia ceritakan ke Prem, pemuda ini pun kaget. Padahal dalam hatinya, kenapa sang kemenakan in mau tinggal menyendiri.Padahal kakek buyut mereka dan juga nenek buyut mer
“Prem, persiapkan senjatamu, kita saat ini sudah masuk wilayah para pemberontak!” Datuk menghentikan mobilnya di sebuah hutan lebat, dan kini mengambil senjata otomatisnya.Hutan ini terletak di daerah yang sulit di jangkau kendaraan, inilah yang membuat Datuk mengajak Prem keluar dari mobil dan mereka akan lanjutkan dengan jalan kaki.Prem yang pun kaget dan tanpa banyak cincong mengambil senjata dan kini dia melihat-lihat situasi di hutan lebat ini.Prem sebelumnya sudah berpengalaman berperang di hutan yang bersalju, kini dia kembali bersiap berperang di hutan belantara.Tapi tak ada salju, kecuali halimun tipis dan dingin yang sangat menusuk tulang.Mobik jenis jeep yang terkenal bandel lahap jalan berlumpur dan tanjakan ini di sembunyikan Datuk, agar tak menyolok di tengah hutan lebat tersebut.“Kita akan masuk ke hutan, terpaksa kita harus jalan kaki sejauh 5 kilometeran, tapi tetap waspada. Mereka bisa muncul tiba-tiba!” kembali Datuk peringatkan pemuda ini.Prem hanya mengang
Prem lalu berbisik pada Datuk, pria ini mengangguk dan dengan cepat Prem bergeser, dia tak peduli dengan desingan peluru, gerakankannya sangat cepat.Tapi inilah yang bikin musuh-musuhnya kelabakan. Prem yang terkenal nekat tanpa ampun sambil berlari memberondong para kelompok komunis ini dengan senjata otomatisnya.Di sisi lain, Datuk juga menembaki mereka dengan senjatanya, hingga kocar-kacirlah para pemberontak ini sudah puluhan orang yang kena dan tewas.“Kita di serbu, selamatkan diri masing-masing,” teriak pemimpin pemberontak ini, termasuk Panglima Syamsu yang kini membalas tembakan Prem dan dengan pongahnya berdiri di tempat terbuka, karena dia percaya diri sebab kebal senjata.Panglima Syamsu malah seakan nantang-nantang Prem dan Datuk, tangan kanan memegang pistol dan tangan kiri menepuk dada.“Bangsat betul ni orang, mentang-mentang kebal senjata malah nantang begitu!” sungut Prem jengkel bukan main.Prem sama dengan Balanara dan juga Datuk, kebal bacok, tapi tak kebal pelu
Pembicaraan mereka terpotong, karena sarapan selesai. “Prem, saatnya kamu kembali ke alam masa depan. Untuk kali ini tugas kamu sudah selesai!”“Abang mau kemana lagi..?”“Aku…mungkin akan ke Jepang, kayaknya aku harus kembali ke sana. Tak ada lagi yang harus aku perjuangkan di sini…istriku tak ada lagi…anakku di alam lain sebagai putra mahkota. Aku ingin kunjungi anakku satunya yang kini ada di Jepang!”“Alam lain…maksudnya bagaimana Bang? Eh Jepang, emank anak Abang ada lagi ya di negeri itu?”Datuk pun mengangguk, dengan nada sendu sambil menghela nafas, pria menceritakan jati diri kedua anaknya tersebut.Yakni Pangeran Hirosi Ichiwa Tanaka di Jepang anaknya dengan Putri Saiko dan Pangeran Hasim anaknya dengan Putri Ratu di Kerajaan Bateni.Dia tak bisa bertemu apalagi mengaku sebagai ayah pada kedua buah hatinya itu (baca bab-bab terdahulu, kisah cinta Datuk dengan kedua putri jelita berdarah biru tersebut).Terdiamlah Prem kini, dia malah memandang iba Datuk yang sebenarnya sanga
“Nggak ngomong apa-apa kok, kamunya aja paling salah dengar!” sahut Prem cepat-cepat. Barabe juga ni anak kalau sampai marah-marah, pikir Prem.“Sorry yee…gini-gini gue ahli beladiri,” sungut Angelina, hingga Prem terbahak dan lucu melihat si cantik tomboy ini bicara begitu, masa iya tangan mulus dan halus di tambah kaki jenjang begitu ahli beladiri.Saat ini keduanya sengaja pakai Bahasa Indonesia, Angelina walaupun lahir dan besar di Seoul, tapi dia di rumah dengan ibunya selalu gunakan bahasa Indonesia.“Bang, ntar malam sibuk nggak, kita jalan-jalan yuks?” ajak si tomboy.“Boleh, kebetulan malam ini free. Kemana kita?”“Nonton konser BTS, aku punya dua tiket VVIP, temanku ga jadi nonton. Dia lagi ada masalah dengan kekasihnya!”“Oh artis yang rata-rata wajahnya oplas itu ya?” ejek Prem, mata indah bak bintang kejora Angelina kembali melotot.“Dasar udik, emank kenapa kalau oplas?”“Yaa…siapa tahu aslinya jelek…eh kamu oplas juga ya, kok wajah kamu cantik pakai bingit?”“Huhh dasar
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman