“Sudahlah…lupakan!” sahut wanita jelita ini, sambil mengibaskan rambutnya yang panjang dan bergelombang melewati bahunya tersebut.“Ee...nona…kalau tak keberatan, saya akan ganti gaun nona itu...kapan nona ada waktu?”“Hmm…menarik juga…emank kamu sanggup gantikan gaunku yang berharga mahal ini,” pancing si cantik ini, sambil menatap tajam si tampan ini.Prem tersenyum lalu berbisik. “Jangankan gaun, kalau nona mau mobil pun aku belikan, namaku Prem, aku nginap di Hotel Andora, room 2018, presiden suite…selamat tinggal nona yang jelita, sampai bertemu lagi!” lalu Prem pun berlalu dari hadapan wanita jelita ini dan langsung keluar dari pub mewah ini.Si wanita ini menatap punggung Prem yang tak lama kemudian menghilang di antara pengunjung pub mewah ini. Tercium harum lembut parfum Prem yang membuat hidung mancung kecilnya kembang kempis.“Hmm..pria yang menarik dan…berani!’ gumam wanita jelita ini.Prem pun kini sudah balik ke hotelnya lagi, kali ini dia memang sengaja nginap di hotel
“Prem…siapakah kamu sebenarnya…???” mata Tezia yang bulat besar melotot, dia curiga dengan pemuda tampan ini.Prem tersenyum kecil, dia menutupi keceplosannya yang terlalu mendesak Tezia, ia pun pura-pura ambil wine dan meminumnya. Untuk redakan hatinya yang terburu nafsu.“Tezia, apakah kamu lupa dengan profesi aku..?”Prem sengaja pasang wajah serius, Tezia sampai tak memperhatikan, kalau saat ini mereka masih sama-sama belum berpakaian dan piston pemuda ini masih bebas ngacung di depan hidungnya.“Profesi…kamu kan bilang seorang pengusaha, jual beli senjata?” sahut Tezia, wajah-nya terlihat agak bingung.“Nah…itulah jawabannya! Aku punya beragam senjata-senjata baru yang ringan dan sangat canggih. Kalau memang dia adalah Kolonel Zia yang ku dengar punya hubungan yang erat dengan Kepala Staf Angkatan bersenjata…kamu ngerti kan, aku butuh jalan untuk nge-lobi!”“Woww…iya juga, aku hampir lupa he-he…sini dong sayang, peluk aku. Nanti aku akan selidiki. Oh ya, kalau misalnya Direktur Z
Besoknya, kondisi Prem sudah membaik, dia pun sudah bisa jalan perlahan, walaupun masih ada nyeri di kaki dan lengannya. Ditambah badannya bak habis bertarung melawan musuh orang satu kampung.Pegal-pegal tak terkira di sekujur badannya..!!!Hatinya marah tak kepalang dengan ulah anak buah Direktur Ze, yang hampir bikin dia celaka. Namun apalah daya, kondisi fisiknya belum 100 persen normal.Prem butuh istirahat minimal 10 harian, agar fisiknya prima lagi, untuk bikin perhitungan dengan musuh-musuhnya.“Hebat, kamu sudah bisa bangun dan berdiri sendiri, fisik Tuan Prem memang sangat kuat!” tiba-tiba dokter Badeea datang lagi. Tanpa banyak pertanyaan cek luka-luka di tubuh pemuda ini, di bantu seorang perawatnya.Kagum juga si dokter jelita ini, luka-luka di tubuh Prem cepat sekali keringnya, juga saat dia pegang kaki Prem, kakinya itu tak berasa sakit lagi.“Dok, apakah ini klinkk Badeea dan berada di distrik Ayub Khan?”“Benar sekali Tuan Prem, kenapa?” kembali dokter Badeea menatap
Si penguntit secara refleks membanting setiran ke kanan, namun apes saking kaget dan dan cepatnya mobil ini malah terangkat dua ban nya. Brakkkk…berhenti setelah menabrak marka jalan.Setelah terguling-guling hingga 5X mobil ini berhenti dengan ban ke empat naik ke atas. Mobil ini penyok parah, kedua orang yang berada di mobil ini berusaha keluar dari mobil itu, tapi kaki sial mereka terjepit.Dengan kondisi tubuh terluka, mereka berjibaku habis-habisan untuk keluar dari mobil naas ini. Namun tenaga mereka sudah tak mampu menarik kaki yang terjepit.Celakanya, ada percikan api di mobil ini. Bummm…percikan api mengenai tangki bbm dan mobil pun meledak.Prem yang ingin mendekat sampai kaget dan mundur lagi sambil saksikan kobaran api tersebut, yang muali membakar hebat mobil ini sampai tertinggal puing-puing besi saja lagi.Termasuk kedua penguntitnya yang gagal keluar dan terjebak di mobil tersebut, tubuh keduanya ikut hangus terbakar bersama mobil naas ini.Prem…kini kembali duduk san
Si pengawal ini tak melihat wajah Prem, karena berada di tempat gelap. Tapi keringat dingin sebesar biji jagung langsung menetes di dahinya. Kala pistol menempel di kepalanya.“S-saya tak tahu tuan…arghhhh..!” teriaknya.Namun mulutnya langsung diam, saat tembakan dari pistol berperedam sengaja Prem lepaskan dan kena pahanya. Kini moncong pistol itu di taruh ke mulutnya.“Sekali lagi kamu bohong, maka mulutmu yang aku lubangi,” ancam Prem dengan suara dingin.Terbanglah nyali si pengawal ini, akhirnya dia pun membocorkan di mana bos-bosnya ini menyimpan koper berisi uranium, yang dulu di bawa Prem.Tapi di rampas Jenderal Alesar dan hampir saja nyawa Prem melayang, andai tak di tolong Abangnya dan anak buah pamannya Arjan Khan.Krakkk….patahlah leher si pengawal ini. Tewas seketika! Setelahnya Prem pun berlalu dari sana setelah dengan dingin membunuh sang pengawal apes ini.Tak buang waktu, diapun pergi ketempat di mana uranium ini di sembunyikan. Setelah si pengawal tadi menyebukan t
Tugas Prem sukses besar, 3 hari kemudian Prem dipanggil lagi ke Markas Besar di Islamabad, Badan intel negara atau Pakistani State Intelligence (PSI).Hari ini berikan penghargaan buat Prem Khan Hasim Zailani, misinya yang dianggap mustahil dan berat, karena yang di hadapi orang sepenting Jenderal Alesar berhasil baik.Tertembaknya Brigader Jenderal Alesar membongkar skandal besar yang di lakukan sang jenderal ini bersama Direktur Ze alias Kolonel Zia.Puluhan orang termasuk agen-agen yang diketahui jadi kaki tangan kedua orang ini, langsung di tangkapi dan di jatuhi hukuman berat.“Selamat Letnan Prem, misi sukses” Letjen Farouk Al Sani sampai kirim ucapan selamat langsung melalui telpon.Beberapa orang yang terlibat komplotan Jenderal Alesar dan Direktur Ze di Simil alias Sidang Militer dan di jatuhi hukuman mati. Karena di anggap berkhianat pada negara ini.Tapi Kolonel Zia berhasil kabur dan sampai kini jadi buruan nomor satu negeri ini.Prem juga baru tahu, Direktur Ze ternyata b
“Duh kaki nenek jadi enak habis kamu pijat!” si nenek merem melek menikmati kakinya di urut Prem. Kakek Radin pun kaget si cucu ini punya bakat jadi tukang urut.“Ini iseng saja kek, kala Prem di penjara, ketemu orang India dan diajarin urut urat keseleo, eh malah jadi ngerti dikit soal urat!” aku Prem apa adanya.Rumah gede bak istana ini makin heboh, saat Balanara datang dan kaget adiknya ini tiba-tiba nongol tanpa kasih tahu.Tak lama datanglah Balang, Mami Bella, Mami Viona dan Biani serta Brandon. Sudah bisa di duga, begitu melihat Prem. Mami Viona langsung memeluk erat anak sambungnya ini.Wajah Prem benar-benar 100 persen mirip Salman dan pastinya si Kakek Radin saat muda.Tapi bedanya, wajah Prem selalu tersenyum, mendiang Salman mirip Balanara, banyak seriusnya.Si kecil Brandon bahkan awalnya panggil Abang Salman pada Prem. Dengan lugu sebut si Abangnya ini kelamaan di dalam ‘kubur’ hingga badannya agak gelap.Tak terasa Prem sampai meneteskan airmata bahagia, kini dia bisa
Pria ini terus mengikuti kemana Tika dan Prem keluar, begitu sampai di parkiran, 5 orang langsung menghadang dan mengurung Prem.Prem tenang-tenang saja, tidak ada ketakutan dalam dirinya, hanya Tika yang terkaget-kaget dan langsung berlindung di punggung pemuda ini.“Maaf…kenapa saya di hadang!” Prem bicara dalam Bahasa Indonesia yang mulai lancar dan tentu saja bersikap sopan.Prem aslinya tak ingin bikin masalah di negeri ayah kandungnya ini. Juga dia tak ingin rahasianya sebagai agen terbongkar.“Banyak bacot lohhh…!” salah seorang langsung lancarkan jotosan ke arah wajah Prem, badannya hanya sebahu Prem, sampai berjinjit dia melakukan itu, tapi dengan mudah Prem menghindar.Sebagai seorang agen handal, tangan dan kaki Prem sebenarnya alat mematikan, tapi dia tenang-tenang, belum mau terprovokasi. Prem sengaja mengalah.Tika sampai berteriak ngeri melihat serangan mendadak ini.“Tenang sobat, tak bisakah kita selesaikan dengan bicara?” kembali Prem ajak dialog, tapi orang ini mala
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman