Letnan Juan Cho perintahkan ke 20 anak buahnya angkat mayat ke 5 orang serdadu ini, dan mereka membawanya ke markas.“Terima kasih Tuan Prem atas rekaman videonya, ini akan jadi bukti kalau ke 5 orang ini sudah berbuat kriminal dan pantas di hukum mati!”Letda Juan Cho tadi sudah minta rekaman video ini di kirim ke ponselnya, dan ini sekaligus mereka bertukar nomor ponsel.Setelah menghormat yang di balas Prem, Letda Juan Cho dan 20 anak buahnya pergi dari tempat ini, Prem pun lega, hal buruk bisa di hindari.Dia pun tak pernah melupakan wajah Letnan Juan Cho yang dianggapnya sangat bijak dan hebat.Tidak membawa ego panas seorang komandan yang melihat 5 anak buahnya mati sekaligus tertembak olehnya.Baru saja akan berlalu dari sana, Prem kaget karena di depannya 20 orang warga desa ini menghadangnya.“Tuan Galo ada apa, kenapa kalian menghadang aku?” Prem memandang waspada pada si kepala kampung ini dan 20 an warganya.Apalagi mereka rata-rata membawa golok yang diselempangkan di pin
Perbuatan Prem yang menembak mati 5 tentara RRT ternyata berbuntut panjang. Pemerintah RRT secara resmi ajukan protes ke pemerintah Pakistan atas kematian 5 orang tentaranya itu.Alasan RRT tempat itu status qou dan tak boleh kedua pihak 'bertempur' di wilayah yang dianggap tak punya negara ini.Prem dan 10 anak buahnya pun dipanggil dan di sidang militer Pakistan, untuk dimintai keterangan apa yang terjadi sesungguhnya.Ke 11 orang ini pun kena sanksi disiplin, Letda Prem di mutasi dan kini dia akan di beri job lain. Prem di pindahkan ke bagian intelejen Pakistan, tak lagi di medan tempur.Walaupun sudah perlihatkan video kekerasan yang dilakukan ke 5 serdadu RRT, tapi Prem tetap kena sanksi disiplin.Di pindah ke bagian intelejen, di sini Prem malah suka, dia tak perlu lagi berbaju seragam militer, tapi baju biasa. Prem menjelma sebagai intel yang tugasnya mematai-matai musuh.Tapi resikonya, kalau tertangkap musuh, Prem di sumpah untuk tidak mengaku sebagai anggota intelejen negara
Prem mulai selidiki pub Sarkaface ini, ternyata nama ini sebuah perusahaan yang sengaja pasang logo dan nama di pub ini. Aliaskan iklankan perusahaannya di pub yang selalu rame ini dan berkelas ini.Saat iseng bertanya pada seorang penjaga keamanan itu, penjaga keamanan ini ngaku tak tahu di mana kantor Sarkaface ini.“Hmm…kemana aku harus selidiki ini,” pikir Prem Khan bingung sendiri. Tapi pemuda ini tak mau menyerah begitu saja, pendidikan di militer tak mengajarkan dia menyerah.Hingga suatu malam, dia melihat seorang wanita, yang agaknya waitres di pub tersebut. Terlihat dari pakaiannya yang belum ganti, sedang di ganggu dua pria mabuk saat keluar dari pub ini.Waitress wanita ini terlihat berusaha pertahankan tasnya yang mau di rampas dua pria mabuk tersebut. Prem pun datang dan dua kali tendangan keduanya preman ini terguling ke aspal.Saking kerasnya tendangan Prem, kedua preman sampai nanar dan tak bisa langsung bangkit, pandangan mereka berkunang, di tambah lagi sedang mabuk
Cuaca kota London yang akan masuki musim dingin sangat menusuk tulang, pukul 11 malam sudah banyak yang malas keluar dan lebih senang menarik selimut lalu tidur.Tapi pria satu ini tidak, dia beringsut-ingsut naik ke kapal berbobot puluhan ribu ton ini. Kapal barang bernama Sarkaface tujuan Asia Selatan dan membawa berbagai macam barang. Tapi ada satu barang yang harus dia amankan.Tapi bagi pria yang ternyata si agen mata-mata bernama Prem ini, satu barang itu yang amat berbahaya bagi negaranya. Kalau sampai berhasil di selundupkan ke negeri musuh."Ini harus di amankan, apapun resikonya," itulah pesan atasannya. .Benda ini tak begitu besar, tapi kalau di olah lagi, seperempat negaranya bisa luluh lantak. Cukup dengan satu hulu ledak dari bahan berbahaya ini. Bila sampai roket berisi hulu ledak nuklir dikirim ke negara, maka negaranya akan selesai!Prem kini sudah berhasil naik ke kapal besar ini, setelah tadi naik melalui sebuah tali besi yang jadi jangkar pesawat ini.Tubuhnya ber
Namun padatnya lalu lintas membuat Prem kehilangan jejak. Diapun terpaksa putar balik, saat mobil yang dia kejar lolos dan melaju sangat cepat di jalan bebas hambatan kota London ini.Prem membawa mobil yang sebelumnya di pakai 3 agen dari Pakistan, yang kini ketiganya agaknya sudah tewas.Dua orang tewas di tembak salah satu agen yang berkhianat tadi, dan orang yang berkhianat itu juga tewas di tembak Prem tepat di dahinya. Bersama 3 orang yang tak Prem kenal, yang membawa 3 koper, yang Prem tak tahu apa isinya.“Mau kemana kalian kabur, selama alat pelacak itu masih ada, aku akan dapat melacak kalian,” batin Prem menghibur hati, sambil membawa mobil ini ke flatnya kembali. Begitu sampai di flat sambil membawa 6 tas ini, Prem kaget bukan main, isinya ternyata uang euro pecahan 100 semuanya.Satu tas atau koper ini setelah Prem hitung berisi total 10 juta euro, yang artinya ada uang kontan 60 juta euro di hadapannya saat ini.Kalau di rupiahkan dengan kurs 16 ribu, di hadapan Prem a
“Hmm…Pakistan, papa tak punya mantan kekasih orang sana, kalau India...ya!” aku Balang apa adanya, saat Balanara menelponnya dan mengisahkan soal Prem Khan.“Siapa kekasih papa orang India itu?” Balanara kembali desak papanya yang terheran-heran dengan kelakuan anaknya ini.“Namanya Pooja…emank kenapa, kamu bertemu juga dengan wanita itu, selain si Prem Khan itu?” pancing Balang, yang kaget juga dengan cerita Balanara.“Pooja ya pah, oke thanks pah, kalau dia benaran anak papa dan bunda Pooja. Siap-siap ya, ibunda nya minta pertanggung jawaban!” Balanara tertawa dan Balang sampai bilang sompret pada anak sulungnya ini.Kedua anak beranak yang kini sangat akrab lalu saling mengingatkan agar hati-hati selama di London.Balang sudah tahu misi anaknya ini, tapi pria ini percaya dengan kemampuan Balanara, yang sampai kini masih rutin latihan beladiri dan juga berlatih menembakBegitu juga Balanara yang bilang papanya jangan terlalu capek lagi kerja, karena hampir 60 persen perusahaan suda
Prem kini tersenyum puas, misinya berhasil baik, benda ini berhasil dia rebut lagi, dengan santai nya dia membuka wine dan meneguknya pelan-pelan dengan gelas kecil di tangan. Sambil berjalan ke arah balkon dan menatap halaman hotel mewah ini yang terlihat ramai!Saat ingat si bule cantik berambut jagung tadi, senyum Prem makin lebar. “Cantik…apa perlu aku sesekali kencan dengan bule yaa, apa rasanya!” pikir Prem nakal.Sambil ingat pengalaman nakalnya yang aseek di desa di pegunungan Hilamalaya, kala mengencani 3 wanita sekaligus, yang salah satunya malah masih perawan.Semenjak itu hingga kini Prem belum lagi berkencan dengan wanita. Sebab dia kembali masuk kamp pelatihan, untuk di didik sebagai agen tangguh dan berani mati, dengan latihan yang sangat berat dan menguras tenaga plus otak. Prem pun berjalan santai menuju balkon dan dia makin lebar senyumnya, saat melihat banyak mobil patroli polisi di halaman hotel mewah ini.Hotel mewah ini modelnya melengkung, dan dari balkonnya d
Setelah berpisah dengan Prem usai sarapan. Balanara berangkat ke pinggiran kota London, dari informasi yang dia terima, 3 musuh besarnya berada di sebuah tempat.Tanpa dia sadar, kalau Prem pun sama, berangkat untuk serahkan koper berisi uranium pada 6 agen dari negaranya.Perjalanan di tempuh lumayan lama, Balanara sengaja bawa mobil sendiri, kini dia mulai mengintai sebuah bangunan yang di katakan tempat ke 3 musuh besarnya itu berada.Sudah 2 batang rokok dia habiskan, namun belum ada tanda-tanda musuhnya itu keluar dari bangunan itu.“Hmm…apa info ini salah…baiklah aku bersabar dulu. Siapa tahu info ini benar adanya,” Balanara menghibur hatinya, sambil menahan hati.Namun Balanara kaget setengah mati, tiba-tiba terdengar tembakan beruntun di sebuah bangunan yang berjarak 100 meteran dari tempat bangunan yang dia intai.Bukan bunyi tembakan itu yang membuat dia kaget, tapi saat melihat sosok seorang pria yang sedang berlari cepat, menghindari kejaran 5 orang yang membawa senjata.P
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman